- Novel-Eng
- Romance
- CEO & Rich
- Billionaire
- Marriage & Family
- Love
- Sweet Love
- Revenge
- Werewolf
- Family
- Marriage
- Drama
- Alpha
- Action
- Adult
- Adventure
- Comedy
- Drama
- Ecchi
- Fantasy
- Gender Bender
- Harem
- Historical
- Horror
- Josei
- Game
- Martial Arts
- Mature
- Mecha
- Mystery
- Psychological
- Romance
- School Life
- Sci-fi
- Seinen
- Shoujo
- Shounen Ai
- Shounen
- Slice of Life
- Smut
- Sports
- Supernatural
- Tragedy
- Wuxia
- Xianxia
- Xuanhuan
- Yaoi
- Military
- Two-dimensional
- Urban Life
- Yuri
Bab 2081 Berangkat
“Sudah!” Pangeran Willy menghela napas sedih. “Mungkin ini memang sudah takdir, aku tidak bisa berdiri lagi
seumur hidup ini....”
“Tidak akan. Aku pasti akan menemukan caranya.” Kata Dewi tergesa-gesa, “Nyalakan video, aku lihat
kakimu....”
Pangeran Willy melakukan panggilan video. Sebelumnya, setelah menjalani pengobatan, kakinya sudah mulai
bisa merasa, juga bisa merasakan sakit. Saat lututnya diketuk, bisa timbul sedikit respons. Tapi, sekarang malah
kembali ke kondisi sebelum pengobatan.
Sama sekali tidak ada respons, seperti kaki palsu.
Dewi sangat panik. Jika terus begini, semua usaha sebelumnya akan jadi sia-sia
“Pangeran, waktunya minum obat.”
Di saat ini, Robin membawakan segelas air dan sebutir kapsul untuk Pangeran Willy.
Saat Pangeran Willy ingin meminum obatnya, tiba-tiba Dewi berteriak, “Tunggu.”
Pangeran Willy menghentikan tangannya dan melihat Dewi, “Ada apa?”
“Yang kamu makan itu obat penahan rasa sakit?” Dewi melihat obat di tangan Pangeran Willy melalui layar,
“Kamu ada luka lain atau kaki sedang sakit?”
“Aku... Aku sakit kepala, makanya minum obat.” Mata Pangeran Willy berkedip.
“Kalau sakit kepala cukup minum obat sakit kepala saja, kenapa minum obat penahan rasa sakit?” Dewi panik,
“Sebenarnya mana yang sakit? Mungkinkah tulang lumbalmu bermasalah lagi?”
Pangeran Willy tidak bicara. Robin sungguh tidak tahan, dia berlutut, “Pangeran, meski Pangeran menghukumku,
aku juga tetap akan bicara.”
Lalu, Robin bicara di depan kamera, “Nona Dewi, sakit pinggang Pangeran sudah sembuh. beberapa hari yang
lalu. Entah kenapa, kondisi sekarang kembali seperti kondisi semula. Tidak, harusnya lebih parah dari sebelum
pengobatan ....
“Robin, lancang!” Pangeran Willy berteriak pelan, “Jangan bicara sembarangan!”
“Pangeran.
“Dian.” Pangeran Willy tidak mengizinkan Robin meneruskan kata-katanya, Robin hanya bisa menunduk dan
Follow on NovᴇlEnglish.nᴇtmundur ke sisi lain.
“Dewi, jangan mengkhawatirkanku, aku baik-baik saja....”
Saat Pangeran Willy melihat Dewi, terpampang senyum lembut di wajahnya.
“Kapan kamu kembali?”
Dewi tahu Willy tidak ingin membuatnya khawatir, jadi Willy menyembunyikan sakitnya. Dewi merasa memiliki
tanggung jawab yang tak bisa dia hindari, dia harus mengobatinya.
“Aku terikat di Denmark, aku takut tidak bisa kembali ke sana.”
orang tuaku.
Pangeran Willy tampak sedih, “Dua hari lalu adalah peringatan hari kematian kedua orang Aku ingin kembali
untuk berziarah. Tak disangka, saudara-saudara sepupuku sudah membuat perangkap untukku, menungguku
masuk p
Bab 2081 Berangkat
“Sudah!” Pangeran Willy menghela napas sedih. “Mungkin ini memang sudah takdir, aku tidak bisa berdiri lagi
seumur hidup ini....”
“Tidak akan. Aku pasti akan menemukan caranya.” Kata Dewi tergesa-gesa, “Nyalakan video, aku lihat
kakimu....”
Pangeran Willy melakukan panggilan video. Sebelumnya, setelah menjalani pengobatan, kakinya sudah mulai
bisa merasa, juga bisa merasakan sakit. Saat lututnya diketuk, bisa timbul sedikit respons. Tapi, sekarang malah
kembali ke kondisi sebelum pengobatan.
Sama sekali tidak ada respons, seperti kaki palsu.
Dewi sangat panik. Jika terus begini, semua usaha sebelumnya akan jadi sia-sia
“Pangeran, waktunya minum obat.”
Di saat ini, Robin membawakan segelas air dan sebutir kapsul untuk Pangeran Willy.
Saat Pangeran Willy ingin meminum obatnya, tiba-tiba Dewi berteriak, “Tunggu.”
Pangeran Willy menghentikan tangannya dan melihat Dewi, “Ada apa?”
“Yang kamu makan itu obat penahan rasa sakit?” Dewi melihat obat di tangan Pangeran Willy melalui layar,
“Kamu ada luka lain atau kaki sedang sakit?”
“Aku... Aku sakit kepala, makanya minum obat.” Mata Pangeran Willy berkedip.
“Kalau sakit kepala cukup minum obat sakit kepala saja, kenapa minum obat penahan rasa sakit?” Dewi panik,
“Sebenarnya mana yang sakit? Mungkinkah tulang lumbalmu bermasalah lagi?”
Pangeran Willy tidak bicara. Robin sungguh tidak tahan, dia berlutut, “Pangeran, meski Pangeran menghukumku,
aku juga tetap akan bicara.”
Lalu, Robin bicara di depan kamera, “Nona Dewi, sakit pinggang Pangeran sudah sembuh. beberapa hari yang
lalu. Entah kenapa, kondisi sekarang kembali seperti kondisi semula. Tidak, harusnya lebih parah dari sebelum
pengobatan ....
“Robin, lancang!” Pangeran Willy berteriak pelan, “Jangan bicara sembarangan!”
“Pangeran.
“Dian.” Pangeran Willy tidak mengizinkan Robin meneruskan kata-katanya, Robin hanya bisa menunduk dan
mundur ke sisi lain.
“Dewi, jangan mengkhawatirkanku, aku baik-baik saja....”
Saat Pangeran Willy melihat Dewi, terpampang senyum lembut di wajahnya.
“Kapan kamu kembali?”
Dewi tahu Willy tidak ingin membuatnya khawatir, jadi Willy menyembunyikan sakitnya. Dewi merasa memiliki
tanggung jawab yang tak bisa dia hindari, dia harus mengobatinya.
“Aku terikat di Denmark, aku takut tidak bisa kembali ke sana.”
orang tuaku.
Pangeran Willy tampak sedih, “Dua hari lalu adalah peringatan hari kematian kedua orang Aku ingin kembali
untuk berziarah. Tak disangka, saudara-saudara sepupuku sudah membuat perangkap untukku, menungguku
masuk perangkap sendiri....
“Tidak masuk akal.” Dewi sangat marah, “Kamu tidak mungkin memperebutkan posisi raja dengan mereka.
Kenapa mereka tidak mau melepaskanmu?”
“Aku juga mau tanya kenapa.” Pangeran Willy tersenyum kecut, “Mungkin kalau aku mati, mereka baru puas.”
“Willy, jangan begitu, semangatlah!” Dewi cemas, buru-buru berkata, “Begini saja, aku akan ke Denmark untuk
mengobatimu.”
“Benarkah? Kamu mau ke sini?” Pangeran Willy terperanjat gembira, tapi dia langsung merasa khawatir, “Tidak
Follow on Novᴇl-Onlinᴇ.cᴏmbisa. Aku tidak bisa melibatkanmu....”
“Tidak mungkin melibatkan Nona Dewi.” Jawab Robin buru-buru, “Bukankah Raja juga sedang mencarikan dokter
untukmu, Pangeran? Kita bisa minta Nona Dewi ke sini untuk kepentingan ini. Dengan begitu, orang-orang itu
tidak akan berani mengganggu Nona Dewi. Lagi pula, saat Nona Dewi datang mengobati waktu itu, identitasnya
disembunyikan. Orang-orang itu tidak tahu siapa Nona Dewi ini.”
“Ini memang sebuah solusi.” Pangeran Willy masih ragu dan tidak bisa memutuskan, “Tapi, kalau begini, apa L
akan marah?”
“Tidak apa-apa, dia bukan orang yang berpikiran sempit.” Dewi segera berkata, “Seingatku, di rumahmu ada
ruang pengobatan, semua alat pengobatannya lengkap. Aku berikan daftarnya, kalian siapkan dulu obatnya,
besok aku berangkat.”
“Terima kasih, Dewi!”
“Aku sudah janji akan menyembuhkanmu, aku tidak akan mengingkari janjiku!”
erangkap sendiri....
“Tidak masuk akal.” Dewi sangat marah, “Kamu tidak mungkin memperebutkan posisi raja dengan mereka.
Kenapa mereka tidak mau melepaskanmu?”
“Aku juga mau tanya kenapa.” Pangeran Willy tersenyum kecut, “Mungkin kalau aku mati, mereka baru puas.”
“Willy, jangan begitu, semangatlah!” Dewi cemas, buru-buru berkata, “Begini saja, aku akan ke Denmark untuk
mengobatimu.”
“Benarkah? Kamu mau ke sini?” Pangeran Willy terperanjat gembira, tapi dia langsung merasa khawatir, “Tidak
bisa. Aku tidak bisa melibatkanmu....”
“Tidak mungkin melibatkan Nona Dewi.” Jawab Robin buru-buru, “Bukankah Raja juga sedang mencarikan dokter
untukmu, Pangeran? Kita bisa minta Nona Dewi ke sini untuk kepentingan ini. Dengan begitu, orang-orang itu
tidak akan berani mengganggu Nona Dewi. Lagi pula, saat Nona Dewi datang mengobati waktu itu, identitasnya
disembunyikan. Orang-orang itu tidak tahu siapa Nona Dewi ini.”
“Ini memang sebuah solusi.” Pangeran Willy masih ragu dan tidak bisa memutuskan, “Tapi, kalau begini, apa L
akan marah?”
“Tidak apa-apa, dia bukan orang yang berpikiran sempit.” Dewi segera berkata, “Seingatku, di rumahmu ada
ruang pengobatan, semua alat pengobatannya lengkap. Aku berikan daftarnya, kalian siapkan dulu obatnya,
besok aku berangkat.”
“Terima kasih, Dewi!”
“Aku sudah janji akan menyembuhkanmu, aku tidak akan mengingkari janjiku!”