- Novel-Eng
- Romance
- CEO & Rich
- Billionaire
- Marriage & Family
- Love
- Sweet Love
- Revenge
- Werewolf
- Family
- Marriage
- Drama
- Alpha
- Action
- Adult
- Adventure
- Comedy
- Drama
- Ecchi
- Fantasy
- Gender Bender
- Harem
- Historical
- Horror
- Josei
- Game
- Martial Arts
- Mature
- Mecha
- Mystery
- Psychological
- Romance
- School Life
- Sci-fi
- Seinen
- Shoujo
- Shounen Ai
- Shounen
- Slice of Life
- Smut
- Sports
- Supernatural
- Tragedy
- Wuxia
- Xianxia
- Xuanhuan
- Yaoi
- Military
- Two-dimensional
- Urban Life
- Yuri
Bab 2084 Pertarungan Internal Istana
Setelah menutup telepon, Dewi memeriksa catatan teleponnya. Ada satu telepon tak terjawab, Lorenzo yang
menelepon ketika ia berada di atas pesawat.
Hanya satu telepon, tak ada pesan lainnya.
Dewi ragu-ragu apakah harus meneleponnya kembali, tetapi teringat Lorenzo bertemu dengan Juliana kemarin
malam dan tak menjelaskan apa pun padanya, maka ia tak ingin menjelaskan apa pun juga.
Ketika memikirkan hal ini, Dewi menyimpan ponselnya kembali dan menarik koper. la melangkahkan kaki
berjalan keluar....
“Nona Dewi, ‘kan?”
Di saat ini, beberapa pria berpakaian setelah hitam menghalangi jalan Dewi, “Aku diutus Yang Mulia untuk
menjemputmu, silakan sebelah sini.”
Sebelum Dewi kemari, Willy sendiri yang merekomendasikannya pada Raja. Raja mengirim orang untuk
menjemputnya. Dewi datang ke Denmark sebagai dokter yang terhormat.
Jadi, wajar jika ada orang yang menjemputnya sekarang.
Follow on NovᴇlEnglish.nᴇt
Namun, Dewi merasa ada yang aneh. Ketika ia ingin bertanya, beberapa orang itu langsung mengelilinginya dan
mendesaknya masuk ke dalam mobil.
Dewi langsung merasa ada yang tidak beres, ia tidak bersedia naik mobil. Lalu, ia bicara dengan sikap waspada,
“Pangeran Willy mengutus orang untuk menjemputku, lebih baik aku telepon dia dulu.”
“Tidak perlu, naik mobil dulu saja.”
Seorang pengawal langsung mendorong Dewi ke dalam mobil.
Dewi mengernyitkan kening, ketika ia ingin mengamuk. Tiba-tiba, terdengar suara familier, “Tabib Dewi!”
la menoleh, orang itu adalah Robin. Di belakangnya ada beberapa tentara kerajaan dan perwira
militer tua.
Robin membungkuk memberi hormat dulu, lalu berkata sambil tersenyum, “Semuanya, dia adalah Tabib khusus
yang diundang oleh Yang Mulia. Lebih baik aku yang mengantarnya saja, tak perlu merepotkan kalian.”
Robin benar-benar merendahkan statusnya untuk memberi harga diri pada lawan bicara.
Beberapa orang itu tidak bisa marah secara terang-terangan, tapi mereka juga punya tugas sendiri. Jadi, mereka
bicara dengan nada memaksa, “Kami juga diperintah untuk ...."”
“Diperintah? Siapa yang memberi perintah?” Perwira militer tua itu maju dan bertanya dengan dingin, “Yang
Mulia meminta kalian menjemput Tabib ini ke Istana? Kenapa aku tak mendengar perintah itu? Atau aku pastikan
sekali lagi?”
Wajah beberapa orang itu berubah ketika berhadapan dengan perwira militer tua itu. Mereka lekas
menundukkan kepala memberi hormat dan buru-buru pergi.
Robin menghela napas lega, lalu membungkukkan punggung berterima kasih pada perwira. militer tua itu.
“Terima kasih, Pak Franky!”
“Yang Mulia tidak mungkin ada waktu untuk menangani hal-hal sepele seperti ini. Tak disangka, ada yang
mencari kesempatan dalam kesempitan. Untung saja kamu mencariku tepat waktu, kalau sampai terjadi apa-
apa dan menunda pengobatan Pangeran Willy, maka akan gawat sekali....” Franky mendesah tak berdaya.
“Benar, untung saja. Kalau tidak... duh....” Robin mendesah panjang.
“Yang Mulia selalu mengkhawatirkan kesehatan Pangeran.” Franky menepuk pundaknya, “Hanya saja, Yang Mulia
sudah tua, banyak hal yang tak bisa ditanganinya sendiri....”
“Aku paham, aku paham....”
Kedua orang itu berbasa-basi, lalu perwira militer tua itu pergi terlebih dulu. Sebelum pergi, ia melirik Dewi
Follow on Novᴇl-Onlinᴇ.cᴏmsejenak.....
“Nona Dewi, maaf atas kejadian tadi. Ayo, kita naik mobil.”
Robin takut terlalu lama di sini, malah akan menimbulkan masalah baru, lebih baik membawa Dewi pergi.
“Tampaknya pertarungan Istana belum selesai.”
segera
Dewi menatap kaca spion belakang, ia menyadari ada yang mengikuti mereka dari belakang.
“Cepat, lebih cepat.” Robin mendesaknya dengan buru-buru, lalu mendesah tak berdaya, “Orang- orang ini
selalu mencari kesempatan, benar-benar tak akan melepaskan dengan begitu mudah....”
“Biar aku aja.” Dewi bertukar posisi dengan sopir, “Pasang navigasi.”
“Baik.” Sopir itu lekas memasukkan tempat tujuan di navigasi mobil.
Dewi menghidupkan mobil, menginjak pedal dan meluncur keluar.
Sopir itu masih belum duduk dengan benar, ia hampir saja menabrak kaca depan. Di kursi belakang, Robin jatuh
dari kursinya, ia ketakutan dengan wajah memucat....
Tapi, Dewi tak memedulikan banyak hal. la mempercepat laju, menyalip di tengah-tengah mobil. Menyetir mobil
begitu cepat dan tiba di kastel Willy dalam waktu singkat....