- Novel-Eng
- Romance
- CEO & Rich
- Billionaire
- Marriage & Family
- Love
- Sweet Love
- Revenge
- Werewolf
- Family
- Marriage
- Drama
- Alpha
- Action
- Adult
- Adventure
- Comedy
- Drama
- Ecchi
- Fantasy
- Gender Bender
- Harem
- Historical
- Horror
- Josei
- Game
- Martial Arts
- Mature
- Mecha
- Mystery
- Psychological
- Romance
- School Life
- Sci-fi
- Seinen
- Shoujo
- Shounen Ai
- Shounen
- Slice of Life
- Smut
- Sports
- Supernatural
- Tragedy
- Wuxia
- Xianxia
- Xuanhuan
- Yaoi
- Military
- Two-dimensional
- Urban Life
- Yuri
Bab 2104 Berakting
Robin tidak mengerti maksud Willy. Namun, saat ini mereka juga hanya bisa bertaruh.
“Tok, tok!”
Saat ini, terdengar suara ketukan dari luar. Kemudian, bawahannya melapor, “Pangeran, Pak Franky datang.”
“Masuklah.” Willy dan Robin saling memandang.
Kemudian, pintu dibuka dan masuklah Franky.
Franky memberi hormat pada Willy, lalu langsung berkata, “Pangeran, Yang Mulia menyuruhku untuk menjemput
Anda dan Tabib Dewi ke istana.”
Mendengar hal ini, ekspresi Robin berubah drastis. Willy malah terlihat sangat tenang, dia berkata sambil
tersenyum, “Aku tidak masalah, Yang Mulia bisa memanggilku kapan saja. Tapi, mengenai Dewi, aku harus
memberitahunya dulu...”
Selesai bicara, Dewi masuk dengan memakai jubah putih dan membawa kotak medis.
Melihat Franky, dia sedikit tertegun, kemudian menatap Willy.
Follow on NovᴇlEnglish.nᴇt
“Dewi, aku perkenalkan sebentar.” Willy langsung mengenalkan mereka berdua, lalu berkata, “Dewi, Yang Mulia
menyuruh Pak Franky untuk menjemput kita ke istana.”
“Bukankah besok dia mau datang ke sini?” Dewi langsung bertanya, “Untuk apa sekarang kita. pergi ke sana?”
Mioco”
“Tabib Dewi.”
Baru saja Willy mau menjelaskan, Franky sudah maju selangkah dan berkata dengan sopan, “Yang Mulia
mengetahui kehebatan Anda dalam medis, juga sangat mengagumi Anda. Yang Mulia mau mengundang Anda ke
istana untuk bertamu, berharap Anda bersedia.”
Sebagai pengikut setia Raja, bisa bersikap begitu sopan pada Dewi sudah termasuk menjaga gengsi Dewi.
Sayangnya, Dewi tidak termakan cara ini, “Aku tidak suka bertamu. Kalau Yang Mulia ingin menanyakan sesuatu,
bisa langsung datang bertanya ke sini.”
“Dewi...”
“Tabib Dewi.” Kali ini nada suara Franky menjadi lebih tegas, “Anda masih muda, mungkin tidak. mengerti. Yang
Mulia khusus mengundang Anda, juga mengutusku untuk menjemput Anda secara langsung. Ketulusan ini
sungguh tidak pernah terjadi sebelumnya. Semoga Anda tidak
1/2
menyulitkanku dan Pangeran Willy.”
“Kenapa menyulitkan?” Dewi bertanya dengan bingung, “Aku datang untuk mengobati pasien, juga tidak
melanggar hukum. Kenapa Yang Mulia mau bertemu denganku? Kalau aku tidak pergi. malah jadi menyulitkan
kalian?”
“Tabib Dewi.”
Franky masih mau bicara lagi, tapi Willy sudah memotong perkataannya, “Dewi adalah teman baikku, juga
penyelamat hidupku. Dia tidak pernah suka dikekang, juga tidak suka berurusan dengan politik. Berhubung dia
tidak ingin pergi ke istana, kita pun jangan menyulitkannya. Mengenai Yang Mulia, aku akan menjelaskan
padanya.”
“Pangeran....” Franky masih ingin bicara, tapi Willy sudah membungkuk padanya, “Aku mohon.”
Melihat hal ini, Franky juga tidak berani memaksa lagi, hanya bisa menghela napas panjang, “Baiklah. Kalau
begitu, aku tunggu Anda di luar.”
Selesai bicara, dia pun keluar.
Follow on Novᴇl-Onlinᴇ.cᴏm
Hari ini, suasana hati Dewi memang sudah tidak bagus. Ribut seperti ini, dia semakin kesal. Namun, melihat
Willy bersikap rendah diri seperti ini, dia juga merasa sangat tidak enak hati. Jadi, dia berkata dengan pelan,
“Willy, maaf, aku tidak ingin menyulitkanmu, tapi aku juga tidak ingin pergi ke istana.”
“Kalau tidak mau, tidak perlu pergi. Awalnya masalah ini memang tidak ada hubungannya denganmu.” Di depan
Dewi, Willy selalu bersikap sangat lembut, “Aku sudah merasa tidak enak hati karena sudah melibatkanmu. Jika
ada masalah, aku sendiri yang akan menyelesaikannya, tidak ingin menyeretmu ke dalamnya.”
“Tapi, apa kamu tidak akan kesulitan saat pergi ke istana?” Dewi sedikit mencemaskan Willy
“Tidak apa-apa, aku bisa mengurusnya.” Willy menepuk-nepuk lengan Dewi, “Sudahlah, tidak boleh membuat
Pak Franky menunggu lama. Aku pergi dulu. Hari ini kamu jangan terlalu lelah. Selesai memeriksa Robin, kamu
istirahatlah.”
“Ya.” Dewi mengangguk, lalu melihat Willy pergi.
“Haiz...” Robin menghela napas dengan sedih, “Awalnya mengira kali ini bisa menyerang balik dengan lancar.
Tapi, sekarang kelihatannya segalanya sudah berakhir.”
“Apa yang berakhir?” Dewi bertanya dengan bingung.
“Semua salahku, semua salahku.” Robin sangat menyalahkan dirinya, “Tidak seharusnya aku pergi ke istana dan
melapor pada Yang Mulia, tidak seharusnya aku mengungkapkan identitas Anda, juga tidak seharusnya aku
mengatakan hubungan Anda dengan Tuan Lorenzo.