- Novel-Eng
- Romance
- CEO & Rich
- Billionaire
- Marriage & Family
- Love
- Sweet Love
- Revenge
- Werewolf
- Family
- Marriage
- Drama
- Alpha
- Action
- Adult
- Adventure
- Comedy
- Drama
- Ecchi
- Fantasy
- Gender Bender
- Harem
- Historical
- Horror
- Josei
- Game
- Martial Arts
- Mature
- Mecha
- Mystery
- Psychological
- Romance
- School Life
- Sci-fi
- Seinen
- Shoujo
- Shounen Ai
- Shounen
- Slice of Life
- Smut
- Sports
- Supernatural
- Tragedy
- Wuxia
- Xianxia
- Xuanhuan
- Yaoi
- Military
- Two-dimensional
- Urban Life
- Yuri
Bab 2107 Berada Dalam Prediksi
Lorenzo terdiam sejenak, lalu berkata dengan datar, “Kalau begitu, harus lihat sikapnya.
“Sekarang Anda adalah penolongnya satu-satunya. Demi balas dendam dan naik takhta, dia akan memenuhi
semua syarat yang Anda berikan.” Jasper berkata dengan penuh arti.
“Ya, termasuk Dewi.” Lorenzo tertawa mencibir, “Mungkin demi membantunya, Dewi akan datang memohon
padaku.”
“Ugh...”
Jasper tidak berani bicara, hanya merasa segalanya berada dalam prediksi tuannya ini.
Termasuk menggunakan kesempatan ini untuk membereskan Keluarga Henderson.
Asalkan Dewi tidak melakukan hal yang di luar prediksi, maka mereka pemenang terbesar.
Namun, hal yang paling dipedulikan oleh Lorenzo hanyalah Dewi.
pun akan menjadi
Follow on NovᴇlEnglish.nᴇt
Dewi bersin dua kali, merasa ada orang yang memakinya. Dia menggosok-gosok hidungnya, lalu melihat
ponselnya, sama sekali tidak ada pesan atau panggilan masuk.
Namun, sekarang dia tidak bisa berpikir begitu banyak. Mobil sudah sampai di istana.
Dewi turun dari mobil, masih dengan memakai jubah putih dan memakai kacamata khusus dokter. Tadi pagi
rambutnya tidak disisir, maka sedikit berantakan, tetapi masih cantik.
Dia, yang berpenampilan begitu seadanya, terlihat sedikit tidak cocok dengan kemewahan istana.
“Tabib Dewi, silakan!” Franky mempersilakan dengan sopan.
Dewi ikut di samping Willy, lalu berjalan masuk ke bagian dalam istana.
Willy sudah cukup lama tidak datang kemari. Dia menyipitkan matanya dan melihat ke depan, lalu sedikit
mendesah, “Jika mau dihitung, sudah 10 tahun tidak datang ke sini.”
“Benar. Terakhir kali datang kemari, Anda masih remaja.” Franky mengenang kembali, “Saat itu adalah hari
ulang tahun Yang Mulia. Anda datang untuk menghadiri pesta.”
“Ya.” Willy menertawakan dirinya sendiri, “Saat itu, aku berguling jatuh dari tangga, sungguh memalukan.
Banyak orang yang menertawakanku. Hanya Kakek yang memapalku.”
“Ini bukan salah Anda, ada orang yang mencelakai Anda.”
Membicarakan hal ini, Franky merasa sedikit sedih, “Selagi Yang Mulia tidak ada, mereka memaksa Anda untuk
coba berdiri.”
“Jelas-jelas kaki Anda sudah lumpuh selama bertahun-tahun, tapi mereka masih memaksa Anda berdiri. Saat
Anda tidak bisa berdiri, mereka malah menarik Anda dari kursi roda, lalu melonggarkan pegangan mereka,
membuat Anda berguling jatuh dari tangga.”
Membicarakan hal ini, Franky semakin marah, “Sekelompok binatang itu menindas Anda karena mengandalkan
kekuasaan orang tua mereka. Kemudian, beberapa dari mereka malah bilang. mereka masih anak-anak, maka
suka bermain.”
“Mereka memang masih anak-anak, lebih kecil dariku.” Willy tersenyum, sepertinya tidak emosi karena masa
lalu itu, sebaliknya sangat tenang, “Beberapa anak yang lebih besar dariku terus. memberi perintah di samping,
tapi tidak bertindak sendiri.”
“Sejak saat itu, Yang Mulia pun tidak membiarkan Anda datang ke istana. Itu bukan karena tidak. peduli pada
Anda, melainkan tidak ingin melihat Anda ditindas lagi.” Franky menghela napas, “Pangeran, Yang Mulia sangat
menyayangi Anda, hanya saja... beliau juga tidak begitu berdaya.”
“Aku tahu.” Willy tersenyum kecut, dia mendongak dan melihat rerumputan hijau yang ada di kejauhan sana,
“Dewi, lihat, saat kecil, aku sering menunggang kuda di sana... juga terjatuh di
Follow on Novᴇl-Onlinᴇ.cᴏm
sana.”
Mendengar hal ini, Dewi semakin kasihan pada Willy, “Sama-sama satu keluarga, kenapa mereka bersikap
seperti itu padamu?”
“Ayahku adalah putra sulung, paling mungkin mewarisi takhta...” Willy berkata penuh arti, lalu mengalihkan
pembicaraan, “Kelihatannya hari ini masih ada tamu lain.”
Melihat ada beberapa mobil mewah lain yang terparkir di kejauhan sana, Willy pun menyipitkan
matanya.
“Yang Mulia masih memanggil beberapa anggota keluarga yang lain, yaitu beberapa sepupu Anda.” Franky
berkata pelan, “Tidak perlu khawatir. Yang Mulia tidak akan membuat Anda kesulitan.”
Willy tidak bicara, hanya diam.
“Aku malah ingin bertemu dengan orang-orang
Tangan Dewi terkepal sangat erat.
itu.”
Mendengar Willy dan Franky menceritakan kisah sewaktu Willy kecil, Dewi merasa sangat emosi. Dia sungguh
ingin memberikan keadilan bagi Willy.