- Novel-Eng
- Romance
- CEO & Rich
- Billionaire
- Marriage & Family
- Love
- Sweet Love
- Revenge
- Werewolf
- Family
- Marriage
- Drama
- Alpha
- Action
- Adult
- Adventure
- Comedy
- Drama
- Ecchi
- Fantasy
- Gender Bender
- Harem
- Historical
- Horror
- Josei
- Game
- Martial Arts
- Mature
- Mecha
- Mystery
- Psychological
- Romance
- School Life
- Sci-fi
- Seinen
- Shoujo
- Shounen Ai
- Shounen
- Slice of Life
- Smut
- Sports
- Supernatural
- Tragedy
- Wuxia
- Xianxia
- Xuanhuan
- Yaoi
- Military
- Two-dimensional
- Urban Life
- Yuri
Bab 2108 Relasi
Sesampainya di bagian dalam istana, tidak disangka di sini sangat hangat, seperti rumah yang megabh, tapi
tetap tidak kehilangan kehangatan.
Di tembok, tergantung sebuah foto keluarga yang besar. Di dalam foto itu, ada banyak orang. Paling tengah
adalah Raja, lalu di sekitarnya penuh dengan putra putri dan cucu-cucu.
Di dalam foto itu, Dewi melihat Willy sewaktu muda, sangat mirip dengan sekarang, hanya saja saat itu dia
masih belum lumpuh. Tatapan matanya juga sangat bersinar.
Matanya yang berwarna biru terlihat seperti bintang yang bersinar terang di langit.
Dia bersandar di samping Raja, senyum di wajahnya sangat polos. Bisa terlihat dirinya saat itu sangat bahagia.
Bagaimanapun juga, orang tuanya berdiri di sampingnya dalam kondisi baik-baik saja.
“Saat masih kecil, malah berharap cepat besar...” Tiba-tiba Willy mendesah, “Sungguh bodoh!”
“Orang memang akan bertumbuh besar.”
Tiba-tiba terdengar suara yang berwibawa. Dewi menoleh, ternyata raja ini sama seperti di televisi, terlihat
penuh welas asih, juga sangat ramah.
Follow on NovᴇlEnglish.nᴇt
“Yang Mulia.” Willy membungkuk dan menundukkan kepala untuk memberi hormat.
Demi bersikap sopan, Dewi juga menundukkan kepala untuk memberi hormat.
“Selamat datang, Tabib Dewi.” Raja menatap Dewi dalam-dalam, kemudian berkata pada Willy, “Willy,
bersikaplah seperti dulu, panggil Kakek saja, tidak perlu begitu asing.”
“Baik, Kakek.” Willy mengangguk.
“Duduklah.” Raja menyuruh mereka duduk.
Dewi juga tidak sungkan, dia langsung duduk di sofa.
Para pelayan istana menyajikan kue dan teh hitam ala Eropa, lalu diam-diam menyingkir ke samping.
Franky berdiri di belakang Raja, sambil menundukkan kepala dan tidak bicara.
“Kemarin subuh Robin datang ke istana untuk melaporkan beberapa hal. Sekarang aku ingin mengklarifikasinya
dengan kalian.”
Raja membuat sebuah gerakan tangan.
Seorang wanita paruh baya yang berpenampilan seperti sekretaris membawa sebuah pena
1/2
perekam. Dia memberi hormat terlebih dahulu pada Raja dan Willy, kemudian mulai memutar
rekaman itu.
Ini adalah suara Robin saat melapor pada Raja. Pertama-tama, Robin berkata bahwa penyakit lama Willy kembali
kambuh setelah kembali ke kastel, lalu mengatakan bahwa Willy mengundang seorang tabib yang sangat hebat
ke kastel untuk memeriksa dan mengobatinya.
Tabib memeriksa bahwa dia terkena racun, kemudian menemukan bahwa sumber air di seluruh kastel sudah
diracuni oleh seseorang. Minyak esensi milik Pangeran Willy juga beracun.
Robin juga membawa sampel air dan minyak esensi yang beracun untuk diperiksa.
Dalam seluruh proses ini, perkataan Robin memiliki bukti. Namun, dia tidak mengungkit masalah lain, juga tidak
mengatakan tersangka yang dicurigai, bahkan tidak mengungkit masalah Willy menerima penindasan lain
selama beberapa tahun ini.
Di tengah-tengah, Raja bertanya beberapa pertanyaan. Selain itu, dia tidak memberikan pendapat apa pun.
Sebaliknya pada akhirnya, dia menyuruh Robin meminta tabib itu datang ke istana. untuk menemuinya. Dia
ingin menanyakan masalah ini secara langsung.
Robin langsung panik, lalu buru-buru menolak.
Follow on Novᴇl-Onlinᴇ.cᴏm
Kalau dia tidak menolak, itu masih baik-baik saja. Begitu menolak, Raja pun mencurigai tujuannya. Saat ini,
barulah Robin mengungkapkan identitas Dewi yang lain.
Mendengar hasil rekaman ini, ssmuanya sama dengan perkataan Robin, tidak ada masalah apa
pun.
Hanya saja, belakangan semua fokus Raja malah berpusat pada hubungan Lorenzo dan Dewi.
Mengenai perkataan Robin di awal, Raja hampir tidak merespons. Namun, begitu mendengar bahwa Dewi adalah
tunangan Lorenzo, Raja pun langsung mengajukan pertanyaan. Apa kabar ini benar? Apa Lorenzo sendiri yang
mengakui secara resmi bahwa Dewi adalah tunangannya?
Robin menjawab “ya” dengan yakin, bahkan masih mengatakan beberapa hal mengenai hubungan Lorenzo dan
Dewi.
Terhadap hal ini, Raja malah bertanya dengan sangat detail, berulang kali memastikan apa Lorenzo serius
terhadap Dewi, juga bertanya apa ada kemungkinan mereka menikah. Saat ini, barulah dia rileks, lalu berkata
nanti akan menghubungi Willy secara langsung dan mengurus
kasus ini.
Mendengar hal ini, tak peduli betapa polos dan bodohnya Dewi, dia juga bisa mengerti kehebatan relasi di
dalamnya. Daripada masalah Willy dicelakai atau tidak, Raja lebih peduli terhadap relasi dengan Lorenzo.