- Novel-Eng
- Romance
- CEO & Rich
- Billionaire
- Marriage & Family
- Love
- Sweet Love
- Revenge
- Werewolf
- Family
- Marriage
- Drama
- Alpha
- Action
- Adult
- Adventure
- Comedy
- Drama
- Ecchi
- Fantasy
- Gender Bender
- Harem
- Historical
- Horror
- Josei
- Game
- Martial Arts
- Mature
- Mecha
- Mystery
- Psychological
- Romance
- School Life
- Sci-fi
- Seinen
- Shoujo
- Shounen Ai
- Shounen
- Slice of Life
- Smut
- Sports
- Supernatural
- Tragedy
- Wuxia
- Xianxia
- Xuanhuan
- Yaoi
- Military
- Two-dimensional
- Urban Life
- Yuri
Bab 2118 Tidak Ada Harapan
“Tentu saja suka.” Jawab Dewi tanpa ragu sedikit pun, “Kenapa tiba-tiba menanyakan hal ini?”
“Aku ingin tahu, seberapa dalam perasaanmu terhadap Lorenzo ....” Willy memastikan sekali lagi, “Setelah
mendengar bahwa dia mau tunangan dengan orang lain, kamu masih menyukainya?”
“Dia seharusnya sedang marah padaku, marah karena aku tidak mendatanginya, malah pergi ke Denmark tiba-
tiba, jadi sekarang dia sengaja membuatku marah, ingin memancingku pergi ke Kota Snowy mencarinya.”
Dewi mengucapkan isi hatinya dengan jujur.
“Aku dan dia bisa bertengkar, marah, bahkan saat bertengkar parah, juga bisa mengatakan putus, tapi di hatiku,
tidak pernah terpikir untuk berpisah dengannya....”
“Hm.” Bibir Willy terangkat tipis, “L adalah orang kaya dan berpengaruh di seluruh negeri, penampilannya luar
biasa, kemampuannya sangat hebat, dia adalah seorang dewa yang memiliki cela, kemungkinan semua wanita
akan menyukainya....”
tidak
Follow on NovᴇlEnglish.nᴇt
“Tidak ada hubungannya dengan itu semua.” Dewi menggeleng, “Meskipun suatu hari dia tidak kaya lagi, tidak
punya kemampuan, bahkan wajah tampannya itu hancur, aku akan tetap menyukainya.”
Ini adalah pertama kalinya dia mengatakan hal itu, sebelumnya tidak ada yang pernah menanyakan hal itu
padanya, tapi sekarang, dia sangat mengerti isi hatinya ....
Dia benar-benar mencintai Lorenzo, kalau pun seumur hidupnya ini harus menikahi seseorang, dia pasti akan
menikahi Lorenzo, kalau tidak, dia tidak akan menikah.
“Benarkah?” Willy menatap Dewi dalam-dalam, tatapannya sangat kacau, “Iri sekali dengan L...."”
Benar, iri sekali.
Iri karena dia memiliki pacar seperti Dewi, iri karena dia memiliki tubuh yang bagus, kemampuan yang bagus, iri
karena dia memiliki bibi yang melindunginya, membuka jalan baginya....
Sedangkan Willy, tidak punya apa-apa.
Willy kadang berpikir, kalau dia bisa memiliki tubuh yang sehat seperti Lorenzo, memiliki seorang pelindung, apa
nasibnya akan sama?
Apa dia bisa bertemu dengan Dewi? Apa Dewi akan mencintainya seperti dia mencintai Lorenzo?
“Kamu juga pasti akan menemukannya.” Dewi menghibur Willy sambil tersenyum, “Kamu juga sangat hebat dan
luar biasa, pasti akan bertemu dengan wanita yang menyukaimu dengan sepenuh hati.”
“Di dunia ini, tidak ada wanita yang lebih baik darimu.”
Willy menatap Dewi dalam-dalam, ada perasaan yang sangat familier di matanya. “Bagaimana mungkin??
Banyak wanita yang lebih cantik, lembur, dan pengertian dariku....
“Dewi.” Willy memotong perkataannya, dengan penuh kasih sayang dia berkata, “Kalau aku bilang, aku
menyukaimu, sangat menyukaimu, apa kamu akan memberiku kesempatan?”
“Hah?” Dewi terpana, dia tidak pernah memikirkan pertanyaan ini, bagaimanapun orang lain memperingatinya,
tapi dia tidak pernah menyangka Willy akan menyukainya.
Tapi....
Apa ucapannya sekarang ini adalah sungguhan?
“Aku tulus.” Willy mengakui sekali lagi, “Sebenarnya saat pertama kali kamu datang ke Kastel untuk
mengobatiku, aku langsung menyukaimu, kalau tidak, aku juga tidak akan mungkin keluar dari istana,
membahayakan diri demi mencarimu, lalu ....”
Follow on Novᴇl-Onlinᴇ.cᴏm
“Willy.” Dewi buru-buru memotong ucapannya, “Kita ini sahabat.”
Perkataannya itu, menunjukkan sikap yang jelas.
Dari awal hingga akhir, dia hanya menganggapnya sahabat, tidak pernah ada pemikiran tentang pria dan wanita
sedikit pun.
“Bukankah kalian sudah putus?” Willy masih mencoba sedikit keberuntungan, “Apa tidak bisa memberikanku
satu kesempatan?”
“Aku tidak menganggap ini putus, dia hanya marah padaku, kami hanya perlu bertemu saja.” Dewi sangat
percaya diri, “Lagi pula, kalau dia benar-benar ingin putus denganku, aku hanya akan melajang, tidak akan
berpacaran lagi.”
Perkataan itu, langsung menutup kesempatannya.
Willy tidak ingin mengatakan apa-apa lagi, ucapan yang sudah sampai di mulutnya, disimpannya kembali, ia
hanya bisa mendesah tak berdaya, “Baiklah.”
“Kamu sudah berputar-putar mengajukan banyak pertanyaan, sekarang bisakah kita kembali ke masalah utama
Dewi bertanya dengan khawatir, “Sebenarnya ada masalah apa?”