- Novel-Eng
- Romance
- CEO & Rich
- Billionaire
- Marriage & Family
- Love
- Sweet Love
- Revenge
- Werewolf
- Family
- Marriage
- Drama
- Alpha
- Action
- Adult
- Adventure
- Comedy
- Drama
- Ecchi
- Fantasy
- Gender Bender
- Harem
- Historical
- Horror
- Josei
- Game
- Martial Arts
- Mature
- Mecha
- Mystery
- Psychological
- Romance
- School Life
- Sci-fi
- Seinen
- Shoujo
- Shounen Ai
- Shounen
- Slice of Life
- Smut
- Sports
- Supernatural
- Tragedy
- Wuxia
- Xianxia
- Xuanhuan
- Yaoi
- Military
- Two-dimensional
- Urban Life
- Yuri
Bab 2134 Bersumpah
Lorenzo menghampirinya dan duduk di atas sofa, lalu melihatnya dengan tak berdaya, “Tapi, kalau kamu tidak
mengatakan semuanya, sepertinya kamu tidak akan bisa mengerjakan hal lainnya. Ayo, katakan saja.”
“Kamu beri tahu aku dulu, mau mengatakan hal apa?”
Dewi menatapnya dengan cemas.
“Kamu katakan dulu.” Lorenzo mengangkat dagunya.
“Jangan-jangan kamu mau menikah dengan Juliana?” Dewi mengangkat tinjunya dan berteriak dengan
emosional, “Kalau kamu berani, aku pasti akan membunuhmu!”
“Heh!” Lorenzo tertawa.
“Kenapa tertawa?” Dewi bergegas ke arahnya seperti kucing liar kecil, lalu memegang wajahnya dengan
tangannya dan memperingatkannya dengan penuh emosi. “Kamu sudah melahapku, maka harus tanggung
jawab. Tidak boleh suka sama orang lain, juga tidak boleh
meninggalkanku!”
“Ya.” Lorenzo mengangguk, “Tidak suka orang lain, juga tidak meninggalkanmu!”
Follow on NovᴇlEnglish.nᴇt
“Kalau begitu, kamu....”
“Aku tidak akan menikah dengan wanita lain, juga tidak akan menyentuh wanita lain.” Lorenzo menekan
dagunya dan menatapnya dengan lembut, “Dari awal sampai akhir, hanya kamu seorang. Sekarang sudah
tenang?”
“Ya.” Dewi tersenyum puas.
Lorenzo mencium keningnya, “Katakanlah.”
“Masalahnya begini...."”
Dewi mulai menceritakan seluruh kejadian dari sudut pandangnya.
Semuanya dimulai ketika dia menerima telepon dari Willy...
Butuh sekitar setengah jam baginya untuk menyelesaikan keseluruhan cerita,
mendeskripsikannya secara objektif, tanpa melebih-lebihkan emosi apa pun, dan tanpa mengungkapkan
pemikiran pribadinya.
Setelah selesai, Dewi bilang saat sebelum dia pergi, Willy memintanya untuk menyampaikan perkataannya ke
Lorenzo, ‘Aku memohon padanya untuk membantuku. Kalau dia bersedia membantuku kali ini, ke depannya aku
pasti akan membalas budinya!”
Perkataan ini diucapkan Dewi dengan meniru nada bicara Willy.
1/2
Setelah mendengarnya, mata Lorenzo langsung menyipit dan sudut bibirnya terlihat naik sedikit, “Dia benar-
benar bilang begitu?”
“Sesuai dengan perkataannya!” Dewi dengan yakin menjamin, “Saat itu dia bilang dengan begitu. serius. Kurasa
sangat penting, jadi aku mengingatnya dengan jelas.”
“Hm.” Lorenzo mengangguk, tapi tidak mengungkapkan apa yang dipikirkannya.
“Jawabanmu hanya ‘hm’ begitu saja?” Dewi dengan tercengang menatapnya, “Kamu tak ingin mengatakan apa
pun selain itu?”
“Willy memanfaatkanmu dan membohongimu. Kamu sepertinya tidak marah?” tanya Lorenzo.
“Saat aku baru tahu, aku memang lumayan marah.” Dewi sedikit mencibir dan berkata dengan tidak senang.
“Setelah itu, aku teringat kondisinya, lalu mulai memahaminya
Dulu aku tahu kehidupannya memang sangat sulit, tapi kali ini aku baru benar-benar memahaminya.
Aku sama sekali tak bisa membayangkan, dalam satu kastel yang berisi lebih dari delapan puluh orang
semuanya diracuni. Betapa jahatnya orang-orang itu. Tidak hanya mencelakai Willy, bahkan orang-orang di
kastel juga tidak terlepas dari perbuatan mereka.
Follow on Novᴇl-Onlinᴇ.cᴏm
Padahal Willy adalah Pangeran, dia malah dicelakai seperti ini. Dia bahkan tidak berani menuntut, karena dia
tahu Raja yang sudah tua itu sama sekali tidak akan memberikan keadilan untuknya.
Karena itu, dia hanya bisa menggunakan tanganku untuk mencari kebenaran dan memberikannya kesempatan
untuk mengajukan banding. Tentu saja, dia juga salah karena melibatkanmu juga, tapi ....
Saat seseorang sudah mencapai posisi seperti itu, bisa dibilang tidak berdaya.”
Dewi menceritakannya dalam sekali bicara, terdengar simpati dan rasa kasihannya terhadap Willy.
“Kamu dan dia sama sekali tidak ada perasaan cinta sedikit pun?” Lorenzo terus bertanya, “Sedikit pun tidak
ada?”
“Aku bersumpah, benar-benar tidak ada.” Dewi berjanji dengan begitu meyakinkan, “Selain kamu, aku sama
sekali tak ada perasaan apa pun terhadap pria lain.”
Hehe...Lorenzo tersenyum puas, “Akhirnya kamu sadar!”
Ini adalah pertama kalinya Dewi berbicara tentang cinta terhadapnya. Mungkin baginya ini sama sekali bukan
pembicaraan tentang cinta, tapi Lorenzo merasa puas saat mendengarnya....
Dengan adanya perkataannya ini, hati Lorenzo merasa aman.
Lorenzo juga bisa fokus mengerjakan pekerjaannya tanpa terganggu lagi.