- Novel-Eng
- Romance
- CEO & Rich
- Billionaire
- Marriage & Family
- Love
- Sweet Love
- Revenge
- Werewolf
- Family
- Marriage
- Drama
- Alpha
- Action
- Adult
- Adventure
- Comedy
- Drama
- Ecchi
- Fantasy
- Gender Bender
- Harem
- Historical
- Horror
- Josei
- Game
- Martial Arts
- Mature
- Mecha
- Mystery
- Psychological
- Romance
- School Life
- Sci-fi
- Seinen
- Shoujo
- Shounen Ai
- Shounen
- Slice of Life
- Smut
- Sports
- Supernatural
- Tragedy
- Wuxia
- Xianxia
- Xuanhuan
- Yaoi
- Military
- Two-dimensional
- Urban Life
- Yuri
Bab 2135 Bersikukuh
“Apa?” Dewi masih tidak mengerti apa maksud Lorenzo, “Kamu tidak ada pertanyaan lagi?”
“Tidak ada.” Lorenzo menggelengkan kepala, “Sudahlah, ayo makan.”
“Tunggu....” Dewi buru-buru menariknya, “Bukannya tadi kamu bilang mau bilang sesuatu?”
“Yang mau kubilang adalah....” Lorenzo menekan dagunya, lalu menatapnya dengan penuh kasih, “Ayo,
menikah!”
“Hah?” Dewi tertegun, “Kapan?”
“Secepat mungkin.” Lorenzo menggunakan ibu jarinya mengelus bibirnya dengan pelan, “Aku mau menikah
denganmu! Kalau kamu? Apa kamu mau menikah denganku?”
“Mau,” jawab Dewi dengan tanpa ragu.
Lorenzo tersenyum puas, lalu memegang bagian belakang kepalanya dan menciumnya dengan penuh kasih
Dewi duduk mengangkang di atas tubuh Lorenzo. Dia memegang wajah Lorenzo dan membalas ciumannya
dengan antusias.
Follow on NovᴇlEnglish.nᴇt
Saat keduanya berciuman dengan penuh gairah, dari luar terdengar ketukan pintu, “Tuan, Tuan Sammy datang!”
Lorenzo melepaskan Dewi dengan tak berdaya. Dia menyeka noda cairan di bibir Dewi dengan tangannya, lalu
berkata dengan lembut, “Kamu makan dulu, aku akan kembali sebentar lagi.”
“Oke.” Dewi mengangguk dengan patuh dan melihatnya pergi.
Saat pintu tertutup, Dewi baru teringat masih belum minta tolong padanya. Lorenzo juga belum mengatakan
pemikirannya, dia mau menolong Willy atau tidak...
Ah, dia selalu tenggelam dalam ketampanannya. Setiap kali, ia pasti berada di bawah kontrol Lorenzo, masalah
yang penting pun sampai terabaikan....
Namun, sekarang Lorenzo ada kerjaan, Dewi juga tidak enak hati mengganggunya. Lebih baik dia makan dulu.
Dewi benar-benar lapar karena belum makan sepanjang hari. Saat melihat satu meja yang penuh dengan
makanan lezat, dia tidak bisa menahan diri untuk melahap dengan buru-buru.
Saat Dewi sedang makan, ponselnya berbunyi lagi. Mina-lah yang menelepon, lalu Dewi segera menjawabnya
dan membuka pengeras suara, “Halo, Mina.”
“Nona Dewi, apa aku mengganggumu?”
“Tidak, aku sedang makan.”
“Itu... Apa Nona bebas berbicara?”
“Ya. Aku sedang sendirian di kamar. Lorenzo sedang di ruang kerja.” Dewi tahu apa yang ingin dia tanyakan.
“Kenapa? Apa karena masalah Willy?”
“Aku tadi sudah mencoba menghubungi Pangeran, tapi teleponnya tak tersambung. Robin juga tak menjawab
panggilan teleponku. Aku minta rekan kerjaku memeriksa sebentar. Pangeran mungkin dibawa pergi oleh orang-
orang Yang Mulia Raja....”
“Aku yang
sudah membuatnya terlibat.” Dewi seketika tidak ada nafsu makan lagi.
“Nona Dewi, sekarang yang bisa menyelamatkan Pangeran hanya Tuan L. Apa Nona bisa memohon pada Tuan L
untuk membantu?” Mina memohon dengan panik, “Dengan kekuatan. Tuan L, kalau mau menolong Pangeran
adalah hal yang mudah. Dia juga tak akan kehilangan apa
pun....
“Kalau ada kesempatan, aku akan bicara baik-baik dengannya.” Dewi segera menenangkannya. “Kamu jangan
panik. Aku akan mengurusnya, kamu obati lukamu dulu dengan tenang.”
“Baiklah....” Mina tidak bicara lagi, “Kalau begitu, aku akan menunggu kabar Nona. Kalau ada yang perlu aku
Follow on Novᴇl-Onlinᴇ.cᴏmlakukan, Nona bisa mencariku kapan saja.”
“Oke.” Setelah menunggu di kamar selama satu jam, Lorenzo masih belum kembali. Dewi merasa sedikit panik.
Saat ini, ada suara yang akrab terdengar dari luar, “Jasper, cepat bujuk Lorenzo, Sifatnya begitu keras kepala.”
“Hehe, Tuan mungkin ingin dia sendiri yang memutuskan,” kata Jasper seraya tertawa, “Tuan tak perlu
khawatir.”
“Kali ini tidak sama. Ini adalah undangan dari Presiden
0
Ucapan Sammy langsung terhenti sampai setengah, karena saat ini pintu kamar terbuka dan Dewi keluar dari
kamar.
Matanya terbuka lebar karena terkejut dan menatap Dewi dengan tercengang. Tatapan matanya seolah tak
percaya, “Ini, ini ....”
“Halo.” Dewi menyapanya dengan sopan, lalu bertanya pada Jasper, “Apa Lorenzo sudah selesai?”
“Nona Dewi, Tuan masih mengurus dokumen,” jawab Jasper dengan hormat, “Aku akan menganjarmu ke sana.”
“Tidak perlu. Kamu antar tamu saja. Aku sendiri yang akan mencarinya.”
Dewi pergi ke ruang kerja dengan kaki telanjang.