- Novel-Eng
- Romance
- CEO & Rich
- Billionaire
- Marriage & Family
- Love
- Sweet Love
- Revenge
- Werewolf
- Family
- Marriage
- Drama
- Alpha
- Action
- Adult
- Adventure
- Comedy
- Drama
- Ecchi
- Fantasy
- Gender Bender
- Harem
- Historical
- Horror
- Josei
- Game
- Martial Arts
- Mature
- Mecha
- Mystery
- Psychological
- Romance
- School Life
- Sci-fi
- Seinen
- Shoujo
- Shounen Ai
- Shounen
- Slice of Life
- Smut
- Sports
- Supernatural
- Tragedy
- Wuxia
- Xianxia
- Xuanhuan
- Yaoi
- Military
- Two-dimensional
- Urban Life
- Yuri
Bab 2150 Pesta Perjamuan Part 2
“Tuan Presiden terlalu sungkan, tidak perlu sampai keluar menyambutku secara langsung!”
Lorenzo bersalaman dengan Presiden.
“Sudah seharusnya aku lakukan, hari ini kalian datang ke perjamuanku, aku sebagai tuan rumah harus
menyambut tamu-tamu yang datang secara langsung, hahaha...” Presiden tersenyum dan mengalihkan
pandangannya ke Dewi, “Wanita cantik ini?”
“Dia adalah tunanganku, Wiwi”
Lorenzo tidak pernah menyebut nama asli Dewi ke dunia luar, ia tidak ingin membocorkan identitas Tabib Dewa,
jadi ia terus memanggilnya Wiwi di depan orang-orang ini.
“Tunangan?” Presiden melirik Juliana sekilas, namun dengan cepat ia kembali tersenyum, “Haha, Lorenzo,
ternyata kamu sudah punya tunangan! Selamat, ya!”
Percakapan ini sangat akrab, Dewi teringat saat pertama kali menghadiri acara makan malam di kediaman Ivan,
Ivan sepertinya juga berkata seperti ini
Follow on NovᴇlEnglish.nᴇt
Saat itu, orang-orang juga sangat terkejut melihatnya.
“Sudah lama aku punya tunangan.” Lorenzo merangkul Dewi dan berkata terus terang, “Sebelumnya di
kediaman Ivan, dialah yang kembali menyelamatkanku dengan mengendarai mobil bom itu!”
“Ternyata begitu.” Presiden sangat terkejut, tatapan matanya berubah menjadi tatapan kagum menatap Dewi,
“Aku pernah dengar hal ini, Nona Wiwi benar-benar menjadi seorang pahlawan di kalangan wanita!”
“Anda terlalu memujiku.” Dewi tersenyum sungkan.
“Tidak, tidak, kamu kami anggap sebagai penyelamat kami.” Presiden sangat bersemangat, “Jika bukan karena
bantuanmu waktu itu, mungkin kita tidak akan punya hari-hari yang damai seperti ini hari ini, benar ‘kan?”
“Benar, benar!”
Di bawah kepemimpinan Sammy, semua orang setuju.
“Aku tahu, wanita yang Lorenzo sukai pasti wanita yang berbeda dari seluruh wanita pada umumnya, tapi aku
tidak menyangka ternyata dia begitu unik!”
Presiden terus memuji Dewi.
“Jangan puji dia lagi, memujinya hingga ia sungkan, hahaha.” Lorenzo merangkul Dewi dengan manja.
“Hahaha...” Tuan Presiden tertawa terbahak-balak, “Masuklah, kita mengobrol di dalam!”
Presiden berkata sambil membuat isyarat mempersilakan masuk, ia berjalan berdampingan dengan Lorenzo,
sambil berjalan sambil mengobrol ....
Tiga keluarga besar mengikuti mereka dari belakang, Sammy dan gerombolan pengawal mengikuti mereka di
paling belakang.
Mereka masuk ke aula utama, istri dari Tuan Presiden telah menyiapkan hidangan kelas atas, ia menyambut
mereka dengan hangat, pertama-tama ia mempersilakan wanita untuk duduk terlebih dahulu.
Tuan Presiden dan Lorenzo, serta beberapa pria duduk mengobrol di sisi lain ruang tamu, sebagai orang dengan
kekuatan terbesar di Keluarga Henderson, Juliana juga duduk di antara pria-pria itu.
Sejak masuk, Presiden mengenalkan Dewi pada istrinya, oleh sebab itu, Nyonya Presiden begitu ramah pada
Dewi, menjaganya sepenuhnya.
Namun, seluruh perhatian Dewi terpusat pada Lorenzo, ia duduk dengan postur elegan di atas sofa,
menyilangkan kaki, satu tangannya sedikit bergoyang memegang gelas anggur dan mendengar perkataan
Presiden.
Orang-orang lainnya mendengarkan dengan serius, seperti telah diajarkan sebelumnya, mereka mendengarkan
Follow on Novᴇl-Onlinᴇ.cᴏmpidato itu dengan hati-hati.
Hanya Lorenzo yang sangat santai mendengarkannya, ia bahkan masih menatap Dewi dengan lembut.
Dewi menatapnya sambil tersenyum, ia lalu memalingkan wajah dengan tenang, duduk dengan patuh,
menjawab perkataan demi perkataan yang dikatakan oleh Nyonya Presiden.
Meskipun suasananya agak serius dan membosankan, namun Dewi membiarkan dirinya. beradaptasi perlahan-
lahan.
Hanya saja, ia tidak menyangka obrolan itu berlangsung lebih dari satu jam.
Belum ada tanda-tanda akan mulai makan.
Perutnya sudah sedikit lapar, ia tidak tahu bagaimana harus melanjutkan obrolan dengan Nyonya Presiden, ia
menatap Lorenzo dengan tidak berdaya.
Namun, Lorenzo kini sedang berbicara, semua orang memperhatikannya dengan fokus, bahkan Presiden
mendengarkannya dengan raut wajah serius.
la tidak sempat memedulikannya.
Dewi menatap ke arah lain, ia menyadari Jeff ada di sisi aula satunya lagi, ia mencari sosok Mina
di antara keramaian.