- Novel-Eng
- Romance
- CEO & Rich
- Billionaire
- Marriage & Family
- Love
- Sweet Love
- Revenge
- Werewolf
- Family
- Marriage
- Drama
- Alpha
- Action
- Adult
- Adventure
- Comedy
- Drama
- Ecchi
- Fantasy
- Gender Bender
- Harem
- Historical
- Horror
- Josei
- Game
- Martial Arts
- Mature
- Mecha
- Mystery
- Psychological
- Romance
- School Life
- Sci-fi
- Seinen
- Shoujo
- Shounen Ai
- Shounen
- Slice of Life
- Smut
- Sports
- Supernatural
- Tragedy
- Wuxia
- Xianxia
- Xuanhuan
- Yaoi
- Military
- Two-dimensional
- Urban Life
- Yuri
Bab 2159 Tidak Sensitif Dalam Hubungan Asmara
Dewi sama sekali tidak mendengar perkataan awal yang Lorenzo ucapkan. Hanya perkataan terakhir yang
didengar dengan sangat jelas, membuatnya merasa sangat kesal.
Sejak hari pertama Dewi mengenal Juliana, wanita itu terus menjadi “nyamuk” yang ikut campur dalam
hubungan mereka, terus-menerus mengganggu.
Selain itu, tadi Dewi mendengar sendiri tentang beberapa rahasia dari mulut Tamara. Tidak disangka Lorenzo
malah melindungi Juliana dan mengatakan bahwa dia tidak sejahat itu.
Hal ini membuat hati Dewi sangat tidak nyaman.
Selain itu, dia juga merasa Lorenzo terlalu melindungi Juliana.
“Bagaimana lukamu? Coba kulihat ...."”
Lorenzo menarik tangan Dewi. Saat ingin memeriksa lukanya, Dewi malah menarik tangannya, lalu berbalik
badan dengan mengambek.
“Kenapa?” Lorenzo sangat heran, “Kamu marah?”
Apa ini masih kurang jelas??
Dewi menunjukkan rasa tidak senangnya secara terang-terangan, tidak disangka pria ini malah bertanya?
Follow on NovᴇlEnglish.nᴇtDewi semakin marah.
“Tadi masih baik-baik saja, kenapa kamu marah?” Lorenzo kebingungan, “Apa salahku?”
Dewi masih tidak bicara, hanya saja dirinya sangat emosi, bagaikan balon yang hampir mau meledak.
Lorenzo tak bisa berkata-kata, dia pun menendang kursi samping pengemudi.
“Uh, itu...”
Jasper, yang terus tidak berani berbicara, akhirnya terpaksa menjelaskan, “Nona Dewi, sebenarnya Tuan tidak
bermaksud seperti itu. Nona jangan salah paham.”
“Kalau begitu, apa maksudnya?” Dewi bertanya dengan emosi.
“Benar, apa maksudnya?”
Lorenzo masih tidak mengerti, sebenarnya perkataan apa yang membuat Dewi marah?
“Tadi maksud perkataan Tuan adalah mungkin Nona Juliana tidak ada kaitan dalam beberapa masalah. Selain itu,
dia tidak berani berulah macam-macam di depan Tuan, juga tidak akan
berani melakukan hal buruk terhadap Nona... Hanya seperti itu saja, bukan berkata betapa baik dirinya.”
Sejak awal, Jasper sudah mengerti. Sayangnya, Lorenzo yang tidak sensitif ini tidak menyadarinya.
Benar saja, sekarang Lorenzo baru mengerti, ternyata Dewi marah karena perkataan itu.
Dia pun
buru-buru berkata sambil menunjuk Jasper, “Perkataannya benar.”
“Kamu ....” Dewi sungguh emosi. Apa kelak setiap kali bertengkar, harus ada orang yang mendengar di samping,
lalu menjadi penerjemah di antara mereka??
Apa Lorenzo tidak bisa memahami maksudnya, lalu berbicara baik-baik dengannya?
Bahkan meminta bantuan bawahan dalam hal ini.
Pantas saja sebelumnya saat mereka berdua bertengkar, Lorenzo selalu menyuruh Jasper menelepon untuk
menjelaskan dan membujuk, sedangkan dirinya sendiri tidak bisa meminta maaf secara langsung.
“Kamu masih marah??”
Lorenzo sedikit frustrasi, maka dia pun menendang jok kursi Jasper lagi.
“Nona Dewi.” Tentu saja Jasper mengerti alasannya, maka dia lanjut menjelaskan, “Tuan tidak pernah
berpacaran, ini adalah hubungan pertamanya sehingga tidak ada pengalaman. jadi, saat berinteraksi, dia
terlihat kikuk. Mohon Nona maklum.”
“Ya, benar.” Lorenzo buru-buru mengangguk.
“Haiz ....”
Follow on Novᴇl-Onlinᴇ.cᴏm
Dewi menghela napas panjang, sambil memegang dahinya, benar-benar tidak bisa membalas perkataannya.
Berpacaran terlalu melelahkan.
“Nona Dewi, jangan marah. Tuan ...."”
“Diam!” Dewi tidak ingin dengar lagi.
“Baik.” Jasper buru-buru tutup mulut, tidak berani bicara lagi.
“Kamu memang terlalu banyak bicara.” Lorenzo menendang jok kursi Jasper lagi, lalu mengulurkan tangan untuk
memeluk Dewi, “Tidak apa-apa, jangan marah.”
Jasper kehabisan kata-kata. Ada apa ini? Seolah-olah dirinya yang membuat Nona Dewi marah??
Setelah setengah jam, akhirnya mereka kembali ke kastel.
Setelah turun dari mobil, Mina baru ada kesempatan untuk mendekati Dewi, “Nona Dewi, Nona tidak apa-apa,
‘kan?”
“Tidak apa-apa.” Dewi berkata dengan merasa bersalah, “Hari ini sungguh maal, sudab membawamu ke sana,
tapi tidak bisa bersenang-senang, malah terus bersama sekelompok pria
ita.”
“Tidak apa-apa, biasanya aku juga seperti ini saat bekerja.” Mina berkata sambil tertawa, “Apa tangan Nona
baik-baik saja? Kabarnya, tangan Nona terluka, ya?”