- Novel-Eng
- Romance
- CEO & Rich
- Billionaire
- Marriage & Family
- Love
- Sweet Love
- Revenge
- Werewolf
- Family
- Marriage
- Drama
- Alpha
- Action
- Adult
- Adventure
- Comedy
- Drama
- Ecchi
- Fantasy
- Gender Bender
- Harem
- Historical
- Horror
- Josei
- Game
- Martial Arts
- Mature
- Mecha
- Mystery
- Psychological
- Romance
- School Life
- Sci-fi
- Seinen
- Shoujo
- Shounen Ai
- Shounen
- Slice of Life
- Smut
- Sports
- Supernatural
- Tragedy
- Wuxia
- Xianxia
- Xuanhuan
- Yaoi
- Military
- Two-dimensional
- Urban Life
- Yuri
Bab 2202 Sebuah Gedung
Willy ditempatkan di kastel yang lain, di dalamnya juga disiapkan ruang medis,
Di dalam kastel, ada banyak pelayan dan bawahan. Namum, hanya ada dia dan Mina di sana.
Mendengar pengaturan ini, Dewi bertanya dengan tak mengerti, “Di dalam kastel Lorenzo ini, ada begitu banyak
kamar. Kenapa menempatkan Willy di sini? Ini terlalu jauh, setiap kali datang harus naik mobil.”
“Nona Dewi, ini pengaturan dari Tuan.” Jeff melapor sambil menunduk.
Perkataan itu langsung membungkam Dewi. Kalau dulu, dia masih akan berdebat dan harus melakukan sesuai
keinginannya.
Namun, sekarang dia merasa dirinya sudah berutang terlalu banyak pada Lorenzo, tidak boleh membuat pria itu
pusing lagi.
Jadi, dia pun mengangguk tak berdaya, “Baiklah.”
“Nona Dewi, begini cukup bagus. Aku dan Pangeran Willy lebih leluasa tinggal di sini.” Mina malah suka dengan
pengaturan ini, “Kalau tinggal di sana, setiap hari harus bertemu Tuan Lorenzo, itu benar-benar canggung.”
“Ya.” Willy juga berkata sambil tersenyum, “Lorenzo punya kebiasaan hidupnya sendiri. Kami tinggal di sini, tidak
Follow on NovᴇlEnglish.nᴇtakan mengganggunya.”
“Lagi pula, ini juga dekat. Setiap hari aku akan kemari, itu juga leluasa.” Dewi menghibur, “Obatku sudah habis.
Aku akan suruh orang racik dulu, nanti malam akan kemari lagi.”
“Tidak perlu buru-buru. Di pesawat, aku sudah diberi obat. Kamu datang besok juga tidak apa- apa.” Willy
berkata dengan lembut, “Cepat urus urusanmu. Baru sampai di rumah, seharusnya ada banyak hal yang harus
diurus.”
“Ya.” Dewi berpesan sebentar pada Mina, menyerahkan obat anti radang dan anti nyeri, lalu pergi bersama Jeff.
Dalam perjalanan pulang, Dewi menulis resep dan menyerahkannya pada Jeff, agar dia bisa menyuruh orang
untuk menyiapkan obat-obatan itu.
Jeff segera menyuruh orang untuk menyiapkannya, juga memberikan daftar peralatan di ruang medis, lihat apa
ada yang masih mau ditambah.
Melihat sekilas, Dewi langsung bilang peralatannya sudah sangat lengkap, tidak perlu tambah apa-apa, hanya
saja perlu tambah beberapa perlengkapan kecil.
Mereka berdua pun sampai di rumah sambil mengobrol. Nola dan sekelompok pelayan menunggu Dewi di depan
pintu.
Melihat mereka, Dewi sangat gembira, dia langsung mengobrol dengan mereka.
Nola menyiapkan beragam makan malam. Kebetulan Dewi sudah lapar, maka langsung cuci tangan dan menuju
ruang makan.
“Makan pelan-pelan, jangan sampai tersedak.”
Nola menatap Dewi sambil tersenyum, tatapannya penuh dengan kasih sayang.
“Hm, enak sekali.”
Dewi makan dengan sangat lahap. Selama pelariannya beberapa waktu ini, dia tidak pernah sekali pun makan
kenyang. Sebelumnya di istana juga tidak ada nafsu makan: Sekarang akhirnya bisa makan sepuasnya.
“Kalau Nona suka, kelak setiap hari kami akan membuatkannya untuk Nona.” Nola menuangkan minuman
anggur untuk Dewi, “Ini dikirim dari Bordeaux. Coba cicipi.”
Dewi minum seteguk, merasa sangat puas, “Enak. Erghh....”
Dia sangat kenyang sampai bersendawa, “Tidak bisa makan lagi, terlalu kenyang. Aku harus meracik obat.”
Dalam hati, dia terus memikirkan masalah pengobatan. Bukan hanya Willy, tapi masih ada luka Mina, serta
Robin dan beberapa orang di dalam kastel. Semuanya menunggu diobati olehnya.
“Nona Dewi, kami menyiapkan ruang kerja untukmu. Ayo, aku antar ke sana.”
Follow on Novᴇl-Onlinᴇ.cᴏm
Jeff terus menunggu di samping.
“Ada ruang kerja? Kapan menyiapkannya?”
Dewi sangat terkejut.
“Saat Nona pulang sebelumnya, Tuan sudah menyuruh orang menyiapkannya.” Jeff menjelaskan, “Tapi,
beberapa waktu ini aku dan Jasper tidak ada di sini, maka Sonny yang mengawasi pengerjaannya. Entah sesuai
dengan selera Nona atau tidak. Nona lihatlah dulu. Kalau ada yang tidak puas, aku akan menyuruh orang
memperbaikinya.”
“Ada ruang kerja saja, itu sudah sangat bagus. Mana mungkin masih berani pilih-pilih?”
Dewi sangat menantikan.
“Nona Dewi, sudah kembali?” Sonny datang menyambut, “Ruang kerja Nona sudah selesai, menunggu
kedatangan Nona.”
“Di mana?” Dewi melihat sekeliling, “Yang mana?”
“Yang ini.”
Sonny menunjuk sebuah gedung yang ada di depan. Di atasnya, ada papan nama yang tertulis nama Dewi
dengan warna emas.