- Novel-Eng
- Romance
- CEO & Rich
- Billionaire
- Marriage & Family
- Love
- Sweet Love
- Revenge
- Werewolf
- Family
- Marriage
- Drama
- Alpha
- Action
- Adult
- Adventure
- Comedy
- Drama
- Ecchi
- Fantasy
- Gender Bender
- Harem
- Historical
- Horror
- Josei
- Game
- Martial Arts
- Mature
- Mecha
- Mystery
- Psychological
- Romance
- School Life
- Sci-fi
- Seinen
- Shoujo
- Shounen Ai
- Shounen
- Slice of Life
- Smut
- Sports
- Supernatural
- Tragedy
- Wuxia
- Xianxia
- Xuanhuan
- Yaoi
- Military
- Two-dimensional
- Urban Life
- Yuri
Bab 2204 Pergi Diam-diam
Lorenzo memeluk Dewi masuk ke kamar, lanjut mendekapnya.
Sudah dibilang, pria yang hasratnya baru bangun, bagaikan hewan buas.
Sekarang Lorenzo juga seperti ini.
Dia selalu merasa tidak cukup, terus-menerus merengkuh tubuh Dewi. Setiap kali membuat Dewi sangat
kelelahan, baru berhenti setelah wanita itu tak bertenaga.
Awalnya, Dewi sudah tidur cukup lama di pesawat. Kali ini dibuat tidak tidur semalaman oleh Lorenzo, sekarang
dia pun tidur pulas.
Bersandar di pelukan Lorenzo, bagaikan hewan jinak.
Lorenzo berbaring miring, sebelah tangannya memeluk Dewi dan sebelah tangannya yang lain mengelus rambut
wanita itu, sambil menatapnya dengan lembut.
Suasana hati Dewi sangat sederhana dan terus terang, terkadang gembira, terkadang marah, tidak pernah
ditutup-tutupi.
Kalau tahu besok pagi Lorenzo harus pergi ke Negara Maple, juga pergi bersama Juliana, Dewi pasti akan marah.
Memikirkan ekspresi Dewi yang begitu galak saat bertengkar, dia pun menyunggingkan senyum tipis.
Karena mencintai wanita ini, maka melihat ekspresi marahnya juga tetap cinta.
Lorenzo mencium kening Dewi dan memeluknya dengan erat, tapi dia tidak tidur.
Sekarang sudah pagi. Cahaya mentari pagi sudah masuk dari jendela, dengan lembut menyinari tubuh Dewi
bagaikan kain tipis.
Lorenzo melihat jam dinding, ternyata sudah jam 05.30.
Dia pun pelan-pelan menarik lengannya, mengenakan jubah mandinya, dan diam-diam meninggalkan kamar.
Saat di depan pintu, dia menoleh lagi untuk melihat Dewi, tatapannya sangat tidak rela./
Namun, akhirnya dia tetap menutup pintu pelan-pelan dan pergi dengan cepat.
Follow on NovᴇlEnglish.nᴇt
“Tuan, mobil sudah siap.”
“Aku akan mandi di ruang kerja. Tunggu aku di bawah. Jangan membangunkannya.”
“Baik.”
*
1/3
Selesai mandi, Lorenzo ganti baju dan buru-buru turun. Saat melewati kamarnya sendiri, dia tak bisa menahan
diri untuk menoleh.
Kamarnya sangat tenang, sepertinya Dewi masih tidur.
Demi tidak bertengkar, Lorenzo terpaksa pergi saat Dewi masih tidur.
Dia pun turun ke bawah dan masuk ke mobil.
Jeff buru-buru mendekat, “Tuan, apa sungguh tidak perlu aku temani? Situasi di Negara Maple sangat bahaya,
lebih baik aku menemani Tuan.”
“Kamu tinggallah, jaga rumah. Kalau ada masalah, beri tahu aku.” Lorenzo berpesan, “Awasi dia baik-baik. Tidak
peduli apa pun, tidak boleh membiarkannya pergi.”
“Mengerti.” Jeff mengangguk.
“Kalau dia mau keluar untuk menenangkan diri, harus mengutus orang untuk mengikutinya. Jangan sampai
terjadi masalah.”
Lorenzo berpesan lagi.
“Baik, Tuan tenang saja.” Jeff berkata, “Ada aku di rumah, tidak akan terjadi apa-apa.”
Lorenzo melirik kamar utama di lantai dua itu, lampu depan masih menyala. Mengingat keintiman mereka tadi,
tatapan Lorenzo sangat lembut, semoga Dewi tidak marah saat bangun nanti.
Saat terdengar suara mobil menyala, Dewi terbangun. Namun, dia sungguh terlalu lelah. Dia hanya berbalik
badan dan memeluk bantal, lalu lanjut tidur.
Di bantal, masih tersisa aroma dan kehangatan Lorenzo. Dewi seperti memeluk pria itu.
Dia sedang bermimpi dirinya menikah dengan Lorenzo.
Pernikahan diadakan di dalam hutan, ada banyak binatang buas yang hadir.
Dengan memakai mahkota bunga dan baju pengantin yang sangat cantik, dia berlari di alam terbuka. Lorenzo
berdiri di atas gunung sambil mengulurkan tangan padanya, sedang menunggu kedatangannya.
Pemandangan ini benar-benar romantis dan hangat seperti di dalam dongeng.
Mimpi ini sangat indah. Dewi pun tersenyum bahagia. Namun, saat dia hampir sampai di tempat Lorenzo, tiba-
tiba terdengar suara petir.
Lalu, tanah yang dia pijak mulai retak.
Dalam sekejap, tanah bergoyang hebat dan retak, memisahkan mereka berdua.
©
Selesai mandi, Lorenzo ganti baju dan buru-buru turun. Saat melewati kamarnya sendiri, dia tak bisa menahan
diri untuk menoleh.
Kamarnya sangat tenang, sepertinya Dewi masih tidur.
Demi tidak bertengkar. Lorenzo terpaksa pergi saat Dewi masih tidur.
Dia pun turun ke bawah dan masuk ke mobil.
Jeff buru-buru mendekat, “Tuan, apa sungguh tidak perlu aku temani? Situasi di Negara Maple sangat bahaya,
lebih baik aku menemani Tuan.”
“Kamu tinggallah, jaga rumah. Kalau ada masalah, beri tahu aku.” Lorenzo berpesan, “Awasi dia baik-baik. Tidak
peduli apa pun, tidak boleh membiarkannya pergi.”
“Mengerti.” Jeff mengangguk.
“Kalau dia mau keluar untuk menenangkan diri, harus mengutus orang untuk mengikutinya. Jangan sampai
terjadi masalah.”
Lorenzo berpesan lagi.
Follow on Novᴇl-Onlinᴇ.cᴏm
“Baik, Tuan tenang saja.” Jeff berkata, “Ada aku di rumah, tidak akan terjadi apa-apa.”
Lorenzo melirik kamar utama di lantai dua itu, lampu depan masih menyala. Mengingat keintiman mereka tadi,
tatapan Lorenzo sangat lembut, semoga Dewi tidak marah saat bangun nanti.
Saat terdengar suara mobil menyala, Dewi terbangun. Namun, dia sungguh terlalu lelah. Dia hanya berbalik
badan dan memeluk bantal, lalu lanjut tidur.
Di bantal, masih tersisa aroma dan kehangatan Lorenzo. Dewi seperti memeluk pria itu.
Dia sedang bermimpi dirinya menikah dengan Lorenzo.
Pernikahan diadakan di dalam hutan, ada banyak binatang buas yang hadir.
Dengan memakai mahkota bunga dan baju pengantin yang sangat cantik, dia berlari di alam terbuka. Lorenzo
berdiri di atas gunung sambil mengulurkan tangan padanya, sedang menunggu kedatangannya.
Pemandangan ini benar-benar romantis dan hangat seperti di dalam dongeng.
Mimpini sangat indah. Dewi pun tersenyum bahagia. Namun, saat dia hampir sampai di tempat Lorenzo, tiba-
tiba terdengar suara petir.
Lalu, tanah yang dia pijak mulai retak.
Dalam sekejap, tanah bergoyang hebat dan retak, memisahkan mereka berdua.
2/3
Dewi meneriakkan nama Lorenzo, Lorenzo menyuruhnya jangan takut, lalu berlari ke arahnya. Retakan itu
semakin lama semakin besar. Lorenzo malah tetap melompat dan jatuh di tengah- tengah jurang itu.
Bagaikan ditelan oleh seekor binatang buas.
“Ha ..."
Dewi pun terbangun dengan penuh keringat. Dia membuka matanya dan tanpa sadar mengulurkan tangan
untuk meraba sampingnya, tapi tidak menemukan diri Lorenzo.
Dia melihat sekeliling sambil memanggil Lorenzo, juga sudah mencari di kamar mandi, tapi pria itu tetap tidak
ada.