- Novel-Eng
- Romance
- CEO & Rich
- Billionaire
- Marriage & Family
- Love
- Sweet Love
- Revenge
- Werewolf
- Family
- Marriage
- Drama
- Alpha
- Action
- Adult
- Adventure
- Comedy
- Drama
- Ecchi
- Fantasy
- Gender Bender
- Harem
- Historical
- Horror
- Josei
- Game
- Martial Arts
- Mature
- Mecha
- Mystery
- Psychological
- Romance
- School Life
- Sci-fi
- Seinen
- Shoujo
- Shounen Ai
- Shounen
- Slice of Life
- Smut
- Sports
- Supernatural
- Tragedy
- Wuxia
- Xianxia
- Xuanhuan
- Yaoi
- Military
- Two-dimensional
- Urban Life
- Yuri
Bab 2209 Nasihat Dari Mina
“Aku baru melihat pesanmu.” Terdengar suara Lorenzo, “Ada apa?”
“Apa kamu pergi bersama Juliana ke Negara Maple?” tanya Dewi.
Lorenzo terdiam sejenak, lalu menjawab dengan suara berat, “Ya!”
Dewi langsung marah, dia pun mengomel dengan menggebu-gebu, “Lorenzo, kamu pergi tanpa pamit, juga
diam-diam pergi bersama Juliana. Sebenarnya, kamu mau apa?”
“Aku mengurus pekerjaan.” Lorenzo menjelaskan dengan sabar, “Tentang pergi dengan siapa, itu tidak penting.”
“Kalau tidak penting, kenapa harus menyembunyikannya dariku?” Semakin bicara, Dewi semakin emosi, “Kalau
tidak penting, kenapa kamu pergi tanpa pamit??”
Dia benar-benar tidak bisa memahami perilaku Lorenzo. Kalau sungguh pergi mengurus pekerjaan, bisa jelaskan
padanya. Untuk apa sembunyi-sembunyi seperti ini?
“Sekarang aku masih ada urusan. Nanti malam baru bicara denganmu lagi.”
Lorenzo menjawab pertanyaan Dewi.
Follow on NovᴇlEnglish.nᴇt
“Lorenzo, kalau kamu berani menutup telepon ini, aku....”
Dewi belum selesai bicara, Lorenzo sudah mengakhiri panggilan.
Dia hampir mengira dirinya salah dengar. Dia melihat layar ponselnya, yakin panggilan sudah diputus. Saat ini,
dia baru bereaksi, emosinya benar-benar mau meledak.
Dari kaca spion, Sonny melihat Dewi. Mau menghiburnya, tapi juga tidak tahu harus bicara apa.
Sesampainya di rumah, suasana hati Dewi sangat sedih. Baru saja mau naik ke atas, Mina menghentikannya,
“Nona Dewi!”
“Mina, kenapa kamu kemari?” Dewi buru-buru bertanya, “Apa terjadi sesuatu pada Willy?”
“Bukan.” Mina buru-buru menggeleng, “Pangeran baik-baik saja. Aku datang untuk mengantarkan ini.”
Dia mengeluarkan sebuah kotak yang sangat cantik. Begitu dibuka, dalamnya berisi kue kacang merah.
Pangeran yang mengajariku membuatnya. Dia bilang Nona suka, maka aku mengantarkannya kemari untuk
Nona.”
“Terima kasih.” Melihat kotak berisi kue itu, hati Dewi sangat terharu, “Ayo, duduk di atas.
“Ya, baik.”
Mina ikut Dewi naik ke atas. Nola mengantarkan minuman, lalu pergi.
Saat di kamar, Mina memberitahukan kondisi penyakit Willy pada Dewi. Bilang kalau kondisinya hari ini sangat
bagus, juga sudah mencoba untuk duduk. Meski baru duduk sebentar sudah sangat menderita, tapi itu sudah
jauh lebih baik daripada beberapa hari yang lalu.
Dewi bilang kondisi penyakitnya perlu diobati pelan-pelan, masih butuh beberapa waktu.
“Nona Dewi, sepertinya Nona sedang ada masalah. Ada apa?” Mina menatapnya.
“Tidak ada apa-apa....” Dewi tidak ingin membicarakan masalahnya dan Lorenzo.
“Sepertinya Tuan Lorenzo tidak ada di rumah. Apa dia pergi dinas?”
Dengan cepat, Mina menyadari masalahnya.
“Dia pergi ke Negara Maple.” Memikirkan hal ini, Dewi langsung marah.
“Nona marah karena masalah ini?” tanya Mina.
“Dia pergi tanpa pamit sama sekali. Selain itu, dia jelas-jelas pergi bersama Juliana, bahkan masih menutupinya
dariku ..."”
Follow on Novᴇl-Onlinᴇ.cᴏm
Akhirnya, Dewi menceritakannya.
“Mungkin dia tidak ingin Nona salah paham.” Mina menghibur, “Sebenarnya, pria punya pemikiran seperti ini.
Merasa kalau bicara sejujurnya, malah akan bertengkar, maka langsung pilih berbohong agar tidak repot.
Namun, ini tidak menunjukkan bahwa dia punya hubungan dengan juliana.”
“Sebenarnya, dulu aku tidak seperti ini ....” Dewi juga sangat dilema, “Aku tak pernah khawatir tentang
mendapatkan atau kehilangan sesuatu, juga tidak pernah penuh curiga. Dulu aku sangat tenang. Namun,
belakangan ini, entah kenapa aku selalu emosi.”
“Itu menandakan Nona terlalu peduli padanya.” Mina berkata sambil tersenyum, “Kalau sungguh menyukai
seseorang, pasti akan begitu. Ini reaksi yang normal.”
“Menurutku, seharusnya Nona percaya pada Tuan Lorenzo.”
“Coba lihat, dia tidak pernah menyembunyikan hubungan kalian. Saat turun dari pesawat, dia turun sambil
memeluk Nona. Semua orang melihatnya, termasuk Juliana.”
“Kalau dia sungguh punya hubungan dengan Juliana, kenapa malah berbuat begitu?”
“Setiap pria yang berbisnis tidak bisa dikontrol. Kalau dia sungguh ada hubungan dengan Juliana, dia sama
sekali tidak perlu menutup-nutupinya.”
“Dia tidak ada hubungan apa-apa dengan Juliana. Menutupinya dari Nona mungkin hanya karena takut Nona
marah dan emosi. Jadi, dia pun memilih tidak bilang...”