- Novel-Eng
- Romance
- CEO & Rich
- Billionaire
- Marriage & Family
- Love
- Sweet Love
- Revenge
- Werewolf
- Family
- Marriage
- Drama
- Alpha
- Action
- Adult
- Adventure
- Comedy
- Drama
- Ecchi
- Fantasy
- Gender Bender
- Harem
- Historical
- Horror
- Josei
- Game
- Martial Arts
- Mature
- Mecha
- Mystery
- Psychological
- Romance
- School Life
- Sci-fi
- Seinen
- Shoujo
- Shounen Ai
- Shounen
- Slice of Life
- Smut
- Sports
- Supernatural
- Tragedy
- Wuxia
- Xianxia
- Xuanhuan
- Yaoi
- Military
- Two-dimensional
- Urban Life
- Yuri
Bab 2210 Berbaikan
Mendengar perkataan ini, Dewi pun berpikir dalam-dalam, sepertinya memang benar seperti itu.
Meski Lorenzo punya banyak kekurangan, tapi satu-satunya kelebihannya adalah tidak perlu repot-repot
bermain trik, juga tidak perlu menyembunyikan apa pun.
Kalau dia sungguh ada hubungan dengan Juliana, dia bisa langsung berpacaran terang-terangan dengan wanita
itu. Untuk apa serepot ini?
“Masih ada satu hal lagi.” Mina melihat keluar, lalu bertanya dengan suara kecil, “Siapa yang memberi tahu
Nona kalau Tuan Lorenzo dan Juliana pergi ke Negara Maple?”
Dewi tertegun sejenak, lalu tanpa sadar bicara, “Saat sedang mengobrol, Nona Young tidak sengaja
membahasnya.”
“Nona tidak pernah suka bersosialisasi. Kenapa bisa bertemu dengan Nyonya Young?” Mina merasa sangat
bingung, “Semalam sepertinya aku lihat ada mobil yang datang mencari Nona. Siapa itu?”
“Yang datang semalam adalah Nyonya Presiden. Dia mengajakku pergi ke pameran lukisan, lalu
Dewi memberitahukan kejadian di pameran lukisan hari ini pada Mina.
Follow on NovᴇlEnglish.nᴇt
Setelah mendengarnya, ekspresi Mina menjadi serius, “Entah kenapa aku merasa ada beres...."”
yang tidak
“Apa yang tidak beres?”
tanya
Dewi.
“Aku juga tidak bisa mengatakannya.” Mina tidak mengerti, “Nanti saat kembali, aku akan tanya pada
Pangeran.”
“Ini masalah antara wanita, jangan beri tahu dia.” Dewi tidak setuju, “Tapi menurutku, perkataanmu tadi benar
juga. Mungkin aku yang terlalu curiga, seharusnya aku percaya pada Lorenzo dan menahan temperamenku.”
“Benar, tidak mudah kalian bisa bersama, harus menghargainya dengan baik.” Mina berkata dengan penuh
makna, “Jangan terlalu memedulikan detail-detail ini, juga jangan terprovokasi oleh orang yang berniat jahat.
Kalian harus saling percaya.”
“Provokasi Mendengar kata ini, Dewi langsung tertegun, “Maksudmu, Nyonya Young itu sengaja menyebarkan
berita ini untuk merusak hubunganku dan Lorenzo?”
“Aku tidak tahu.” Mina berkata, “Namun, intinya ini sedikit mencurigakan. Nona sangat baik hati, tapi jangan
termakan jebakan orang lain.”
“Ya, aku mengerti. Terima kasih.”
Tiba-tiba Dewi merasa sepertinya kecerdasan intelektualnya sudah pulih kembali.
“Aku harus kembali. Nona istirahatlah lebih awal.”
Mina berdiri dan bersiap pergi.
“Besok pagi aku akan ke sana.” Dewi mengantarnya keluar, sambil berpesan, “Ingat, kakimu juga harus
dioleskan obat.”
“Aku tahu.”
Selesai mandi, Dewi berbaring di ranjang sambil melihat ponselnya, Lorenzo tidak
meneleponnya, dalam hati dia merasa sedikit sedih. Namun, teringat perkataan Mina, Dewi pun merasa dia
harus memercayai Lorenzo.
Saat sedang berpikir begitu, Lorenzo menelepon. Dia pun buru-buru menjawabnya, “Halo?”
“Apa sudah tidak marah?” tanya Lorenzo.
Entah kenapa begitu mendengar perkataan ini, Dewi merasa sedikit sedih. Suaranya pun melembut, “Masih.”
Follow on Novᴇl-Onlinᴇ.cᴏmLorenzo merespons, “Hm?”
“Minta maaf.” Dewi sengaja berkata dengan galak, “Cepat!”
“Baiklah....” Lorenzo menghela napas, “Maaf, tidak seharusnya aku pergi tanpa berpamitan.”
“Lalu?” Dewi bertanya dengan pura-pura marah.
“Sebenarnya, aku bukan sengaja menyembunyikannya darimu, hanya tidak mau membuatmu marah.” Lorenzo
menjelaskan, “Selain itu, aku juga ingin secepatnya menyelesaikan masalah ini, lalu segera pulang
menemanimu!”
Hati Dewi langsung melembut, bahkan suaranya juga melembut, “Baiklah, aku memaafkanmu.”
“Kelak tidak boleh emosi sembarangan.” Lorenzo mulai menasihatinya, “Harus patuh, mengerti?”
“Mengerti.” Dewi berkata dengan patuh, “Kalau begitu, cepatlah pulang begitu urusanmu selesai. Kalau ada
waktu, juga harus meneleponku. Tidak boleh mengabaikanku.”
“Aku tahu.” Lorenzo menyunggingkan senyum menawan, lalu bertanya lagi, “Siapa yang memberitahumu kalau
aku pergi ke Negara Maple bersama Juliana?”
“Saat beberapa nyonya mengobrol, aku tanpa sengaja mendengar....” Dewi tidak mau menimbulkan masalah,
maka dia berkata dengan sederhana, “Itu tidak penting. Aku merasa scharusnya kamu memberitahuku dulu,
tidak seharusnya menutupinya dariku.”
“Ya.” Lorenzo tidak banyak bertanya, hanya berpesan beberapa hal pada Dewi, lalu mengakhiri panggilan.