- Novel-Eng
- Romance
- CEO & Rich
- Billionaire
- Marriage & Family
- Love
- Sweet Love
- Revenge
- Werewolf
- Family
- Marriage
- Drama
- Alpha
- Action
- Adult
- Adventure
- Comedy
- Drama
- Ecchi
- Fantasy
- Gender Bender
- Harem
- Historical
- Horror
- Josei
- Game
- Martial Arts
- Mature
- Mecha
- Mystery
- Psychological
- Romance
- School Life
- Sci-fi
- Seinen
- Shoujo
- Shounen Ai
- Shounen
- Slice of Life
- Smut
- Sports
- Supernatural
- Tragedy
- Wuxia
- Xianxia
- Xuanhuan
- Yaoi
- Military
- Two-dimensional
- Urban Life
- Yuri
Bab 2213 Rasanya Pernah Bertemu
Dewi berkata, “Dilihat dari beberapa pemeriksaan, transplantasi jantung yang dulu dijalani oleh Nona Tamara,
seharusnya sangat berhasil. Awalnya termasuk sangat stabil, tapi belakangan ini mungkin karena pergolakan
emosinya, juga karena ...."”
“Seharusnya dia mengalami depresi parah, berulang kali mencoba bunuh diri, juga banyak mengonsumsi obat.
Ini jadi beban yang sangat besar bagi jantungnya. Karena itu, tiba-tiba mengalami serangan jantung.”
“Dalam pengobatan modern, kondisi ini sangat merepotkan. Sekarang aku menggunakan metode pengobatan
tradisional untuk menstabilkan kondisinya. Tapi, ini juga hanya bisa menstabilkan.”
“Pengobatan tetap harus dilakukan sesuai cara pengobatan modern sebelumnya. Karena penyakit ini sudah
sampai tahap seperti ini, tidak ada gunanya menggunakan pengobatan tradisional.”
“Tentu saja, aku bisa memberikan bantuan sebelum dia menjalani pengobatan. Tapi, kalau dia masih menyiksa
dirinya lagi, Dewa pun tak akan bisa menyelamatkannya.”
“Jadi, yang terutama adalah menstabilkan emosinya dulu. Suruh dia bekerja sama dalam pengobatan, saat
bersamaan juga harus menghargai nyawanya.”
Follow on NovᴇlEnglish.nᴇt
“Aku mengerti.” Mendengar perkataan ini, Nyonya Presiden mengangguk sambil berlinang air mata, “Terima
kasih atas saranmu. Perkataanmu sangat menyeluruh.”
“Kalau begitu, Nyonya lanjutkanlah kesibukanmu. Aku pergi dulu.”
Dewi membereskan barang-barang, bersiap untuk pergi.
Nyonya Presiden buru-buru menahannya, “Dewi, apa kamu bisa tinggal semalam di sini? Aku khawatir nanti
malam terjadi masalah lagi pada Tamara. Sekarang dokter lain sama sekali tidak bisa menolongnya.”
“Sebenarnya, juga tidak ada gunanya aku di sini.” Dewi berkata, “Sudah cukup ada beberapa
dokter itu....”
“Tapi, kondisi emosi Tamara tidak stabil. Kalau dia ribut lagi saat bangun, dokter-dokter itu juga tidak berani
memberikan obat karena akan memengaruhi jantungnya. Ini sangat merepotkan.”
Nyonya Presiden berkata dengan cemas, “Kalau kamu ada di sini, kamu bisa melakukan akupunktur padanya. Itu
tidak akan memengaruhi jantungnya. Aku pun bisa lebih tenang.”
“Benar juga.” Dewi berpikir, “Baiklah, aku tinggal semalam. Nanti baru dibicarakan lagi setelah masa kritis
malam ini sudah lewat.”
“Baguslah.” Nyonya Presiden sangat gembira, “Aku akan menyuruh orang membawamu ke kamar tamu untuk
istirahat.”
“Baik.” Dewi mengangguk.
“Nona Dewi, aku ikut dengan Nona.” Mina segera berkata, “Nona bisa istirahat dengan tenang. biar aku yang
jaga. Kalau ada masalah, aku akan memanggil Nona. Jangan sampai Nona tidak tidur nyenyak.”
“Oke.” Dewi juga tidak bersikap sungkan pada Mina. Bagaimanapun juga, dia sendiri harus menjaga kondisinya,
barulah bisa mengobati pasien.
Nyonya Presiden melirik Mina sekilas dan tidak bicara apa-apa. Dia menyuruh orang mengantar Dewi ke kamar
tamu.
Juga mengatur tempat istirahat untuk Sonny dan yang lainnya,
Selesai mandi, Dewi duduk di ranjang sambil melihat catatan medis Tamara dan beberapa laporan pemeriksaan.
Mina mendekat, lalu bertanya, “Apa penyakit Nona Tamara itu sungguhan?“.
“Omong kosong.” Dewi meliriknya, “Apa mungkin bohong?”
“Benar juga.”
Follow on Novᴇl-Onlinᴇ.cᴏm
Mina berpikir, ini benar juga. Kalau bohong, bagaimana mungkin bisa membohongi Nona Dewi?
Mungkin Nyonya Presiden tidak ada masalah. Pangeran yang berpikir terlalu banyak.
“Tapi, aku merasa sepertinya ada hal yang aneh.” Dewi melihat data itu, sambil berpikir, “Sepertinya aku pernah
lihat Nona Tamara ini di suatu tempat. Wajahnya sedikit familier...”
“Nona pernah bertemu dengannya?” Mina buru-buru bertanya, “Mungkinkah dulu ada konflik?”
“Tidak.” Dewi menggeleng, “Aku hanya merasa dia sedikit familier, tapi seharusnya aku tidak pernah bertemu
dengannya... Aduh, aku juga tidak ingat jelas. Tidak mau berpikir lagi, aku mau
tidur.”
“Ya, ya, Nona istirahatlah dengan baik. Kalau ada masalah, aku akan memanggil Nona.”
Mina bantu Dewi membereskan barang. Selagi Dewi tidak memperhatikan, dia memotret laporan pemeriksaan
itu dengan ponselnya, lalu meletakkan barang-barang yang sudah dibereskan di atas meja.
Dewi berbaring di ranjang, lalu tidur dengan cepat.
Mina mematikan lampu, juga berniat tidur sebentar. Saat ini, ada pesan masuk di ponselnya. Mina pun
mengambilnya dan melihat, ternyata itu pesan dari Willy, “Apa Dewi baik-baik saja?”