- Novel-Eng
- Romance
- CEO & Rich
- Billionaire
- Marriage & Family
- Love
- Sweet Love
- Revenge
- Werewolf
- Family
- Marriage
- Drama
- Alpha
- Action
- Adult
- Adventure
- Comedy
- Drama
- Ecchi
- Fantasy
- Gender Bender
- Harem
- Historical
- Horror
- Josei
- Game
- Martial Arts
- Mature
- Mecha
- Mystery
- Psychological
- Romance
- School Life
- Sci-fi
- Seinen
- Shoujo
- Shounen Ai
- Shounen
- Slice of Life
- Smut
- Sports
- Supernatural
- Tragedy
- Wuxia
- Xianxia
- Xuanhuan
- Yaoi
- Military
- Two-dimensional
- Urban Life
- Yuri
Bab 2214 Kekerasan Rumah Tangga
“Cukup baik. Malam ini kami tinggal di Istana Presiden....
Mina melaporkan situasi melalui pesan.
Dengan cepat, Willy membalas, “Lindungi dia dengan baik, jangan sampai terjadi masalah.”
“Baik, Pangeran tenang saja.” Mina membalas, “Pangeran cepatlah tidur. Ini sudah jam setengah dua pagi.”
“Tidak bisa tidur. Besok kalau Dewi sudah pulang, beri tahu aku.”
“Mengerti.”
Selesai mengirim pesan, Mina mendongak dan melihat Dewi yang terbaring di ranjang. Tatapan Mina penuh
dengan rasa iri.
Meskipun Dewi sudah menjadi wanita milik Lorenzo, tapi Pangeran Willy tetap tidak bisa melepaskannya.
Sepertinya inilah cinta.
Tengah malam, baru saja Mina tertidur, sudah ada orang yang mengetuk pintu, mengatakan bahwa Tamara
bangun dan menggila.
Mina buru-buru membangunkan Dewi
Dewi segera berpakaian, lalu bergegas pergi sambil membawa tas medisnya.
Follow on NovᴇlEnglish.nᴇt
Sekarang kondisi tubuh Tamara sangat lemabh, tapi dia tetap berteriak marah secara gila-gilaan di ranjang,
memaki dengan bahasa yang tak dimengerti.
Seperti kutukan orang yang sedang menghadapi kematian.
“Tamara, tenanglah.”
Nyonya Presiden menutup mulut Tamara dengan sapu tangan, tidak membiarkannya berteriak seperti itu.
Beberapa dokter itu sudah tak berdaya. Mereka tidak berani memberikan obat penenang pada Tamara,
semuanya menunggu Dewi turun tangan.
Dewi segera mengambil kotak jarumnya dan melakukan akupunktur pada Tamara.
Tamara memelototi Dewi dengan tajam. Tatapan matanya sangat dingin bagaikan ular berbisa.
Namun, dengan cepat dia tertidur dan terbaring tak bergerak di ranjang.
“Sepertinya tidak bisa terus seperti ini.” Dewi mengerutkan keningnya, “Cepat panggil dokter psikiatri.”
1/2
“Sudah dipanggil ...” Nyonya Presiden sangat kelelahan, “Terima kasih, Dewi. Kamu tidurlah lagi”
“Nyonya, aku pulang dulu untuk merarik obat. Besok aku akan mengantarnya kemari” Dewi melihat jam
tangannya, “Obat ini harus dikonsumsi tepat waktu setiap hari, bisa membantu menenangkan emosinya.
Dengan begitu, kalian bisa lebih leluasa untuk mengobatinya.”
“Sudah menyusahkanmu. Aku antar kamu keluar.”
“Tidak perlu
Dewi ingin menolak, tapi Nyonya Presiden tetap bersikeras mengantarnya.
Melihat Nyonya Presiden sangat kelelahan, Dewi juga merasa sedikit simpati, “Nyonya, jangan terlalu khawatir.
Penyakit ini juga bukan tak bisa disembuhkan. Asalkan menjalani pengobatan dengan baik, masih ada harapan
untuk pulih kembali.”
“Semoga seperti itu.” Nyonya Presiden menghela napas dengan sedih, “Haiz, aku sudah berutang terlalu banyak
pada anak itu...”
“Apa sekarang Presiden tidak ada di rumah?”
Dari awal sampai akhir, Dewi menyadari dia tidak melihat Presiden.
“Dia sedang sibuk urusan negara, belakangan ini tidak di sini.” Nyonya Presiden tersenyum pahit, “Setiap hari
dia sibuk bekerja. Mengenai masalah di rumah, semuanya diurus olehku.”
“Oh.” Dewi mengangguk dan tidak bicara apa-apa lagi, “Nyonya juga istirahatlah sebentar, jangan sampai
dirimu sendiri tumbang. Aku pergi dulu.”
“Hari ini sudah menyusahkanmu. Sampai jumpa!”
Follow on Novᴇl-Onlinᴇ.cᴏm
“Sampai jumpa!”
Dewi membawa Mina naik ke mobil.
Dari kaca spion, Mina melihat bayangan Nyonya Presiden yang kurus tak bertenaga. Dia pun mendesah, “Bagi
orang yang sangat berkuasa sepertinya, seharusnya dia bisa melakukan apa saja. Kenapa putrinya malah jadi
seperti ini?”
“Benar.” Dewi juga sangat tidak mengerti, “Sebenarnya, apa yang dialami oleh Nona Tamara?”
“Sonny, apa kamu tahu?” tanya Mina.
“Aku hanya pernah dengar kalau pernikahannya di Dubai sangat tidak bahagia. Mantan suaminya bisa
melakukan kekerasan dalam rumah tangga.” Sonny berkata, “Kabarnya, saat itu Presiden sangat marah, bahkan
mengutus orang untuk membereskan mantan suami itu. Tapi, kemudian
“Kemudian bagaimana?” Mina bergosip.
“Sepertinya Nona Tamara berselingkuh. Mantan suami memegang kelemahannya....” Sonny berkata dengan
suara kecil, “Jadi, masalah ini sulit diselesaikan. Kemudian, demi bercerai, mereka juga ribut sangat lama. Saat
Tuan Lorenzo turun tangan, barulah mantan suami itu mau melepaskan Nona Tamara.”
“Sungguh keterlaluan.” Mina berkata dengan emosi, “Sungguh benci pria yang bisa melalukan kekerasan. Pria
itu juga cukup bernyali, bahkan berani melakukan kekerasan terhadap putri Presiden. Tapi, apa Nona Tamara
sungguh berselingkuh?”
“Aku juga kurang tahu....” Sonny menggeleng. “Mengenai hal lainnya, aku juga dengar dari bawahan Presiden.
Waktu itu Presiden mengutus mereka untuk membereskan mantan suami itu.”