- Novel-Eng
- Romance
- CEO & Rich
- Billionaire
- Marriage & Family
- Love
- Sweet Love
- Revenge
- Werewolf
- Family
- Marriage
- Drama
- Alpha
- Action
- Adult
- Adventure
- Comedy
- Drama
- Ecchi
- Fantasy
- Gender Bender
- Harem
- Historical
- Horror
- Josei
- Game
- Martial Arts
- Mature
- Mecha
- Mystery
- Psychological
- Romance
- School Life
- Sci-fi
- Seinen
- Shoujo
- Shounen Ai
- Shounen
- Slice of Life
- Smut
- Sports
- Supernatural
- Tragedy
- Wuxia
- Xianxia
- Xuanhuan
- Yaoi
- Military
- Two-dimensional
- Urban Life
- Yuri
Bab 2265 Menjaga Kandungan
Melihat ekspresi marah Nyonya Presiden, Dewi langsung menghapus pemikirannya, “Kelihatannya tebakanku
salah. Kalau bukan Denny, maka aku benar-benar tidak tahu masih ada siapa lagi.”
“Kalau bicara omong kosong lagi, aku akan merobek mulutmu.”
Nyonya Presiden sangat marah, seolah-olah dia sangat terhina.
“Kamu coba saja, lihat siapa yang merobek siapa.” Dewi tidak sungkan.
“Kamu....” Nyonya Presiden marah sampai gemetar.
“Nyonya, tenanglah.” Pengawal wanita memegang ponsel, berkata pada Nyonya Presiden dengan pelan, “Tadi
aku menerima telepon dari rumah yang mengatakan Nona sudah bangun, sedang membuat keributan....”
“Pergi desak hasil tesnya.” Perintah Nyonya Presiden.
“Baik.” Pengawal wanita segera pergi mendesak.
“Sungguh emosi.” Nyonya Presiden sangat kesal, “Kalau bukan karena keberadaan Lorenzo tidak diketahui,
sekarang aku sudah membereskanmu.”
Dewi sama sekali tidak memedulikannya, terus makan.
“Di saat seperti ini, kamu masih bisa makan?” Nyonya Presiden tidak mengerti, “Kamu tidak berpikir, bagaimana
Follow on NovᴇlEnglish.nᴇtkalau kamu benar-benar hamil?”
“Apanya yang bagaimana?” Dewi berkata dengan tenang, “Kalau hamil, aku akan keluar dan menjaga
kandunganku.”
“Apa kamu bisa keluar?” Nyonya Presiden mencibir, “Mati di sini adalah pilihan terakhirmu!”
“Tunggu dan lihat saja!” Dewi sama sekali tidak takut padanya.
“Tidak tahu diri.” Nyonya Presiden merasa sangat menggelikan, “Penjagaan di sini sangat ketat, tidak ada yang
bisa menyelamatkanmu, kamu juga tidak akan bisa keluar!”
“Udara di sini tidak bagus, sebaiknya kamu jangan banyak bicara omong kosong.”
Dewi malas memedulikannya.
“Kamu ...."”
Nyonya Presiden sama sekali tidak bisa menang berdebat dengannya, hanya bisa menahan amarah, terus
menunggu.
Setelah berlalu beberapa saat, akhirnya dokter datang melapor dengan membawa hasil tes, “Nyonya, hasil tes
sudah keluar.”
“Coba aku lihat.” Nyonya Presiden mengambil laporan tes, ekspresinya berubah drastis, “Benar saja....
“Hamil empat minggu.” Dokter mengumumkan.
“Benarkah?” Dewi segera bertanya, “Aku benar-benar hamil? Kalian jangan membohongiku.”
“Kamu lihat saja sendiri.” Nyonya Presiden memberikan hasil tes padanya.
Dewi melihat lembaran hasil tes, langsung tercengang.
Dia sama sekali tidak menyangka malah bisa hamil di saat seperti ini.
“Apa anak ini, adalah milik Lorenzo?”
Nyonya Presiden bertanya.
Dewi kembali ke akal sehat, berkata dengan dingin, “Omong kosong!”
“Baguslah kalau benar.” Nyonya Presiden tersenyum dingin, “Kamu sendirian masih tidak cukup untuk
membuatnya muncul. Sekarang ditambah dengan anak di dalam perutmu, kalau begitu....”
“Tentu saja bukan miliknya.” Tiba-tiba Dewi mengubah keadaan.
“...” Nyonya Presiden tercengang, “Apa katamu?”
“Aku bilang anak ini bukan milik Lorenzo.” Dewi berkata dengan lantang, “Kamu jangan berpikir untuk
mengancamnya dengan ini.”
“Mana mungkin? Kalau bukan miliknya, lantas milik siapa?” Tanya Nyonya Presiden.
Follow on Novᴇl-Onlinᴇ.cᴏm
“Bukan urusanmu....”
Dewi tidak ingin Lorenzo tahu bahwa dia hamil. Pria itu belum menampakkan diri sampai sekarang, itu berarti
benar-benar terjadi masalah. Di saat seperti ini, lebih tidak boleh menambah masalahnya.
“Kamu mengira aku akan percaya padamu?” Nyonya Presiden tidak terjebak, berkata dengan dingin, “Kamu
tenang saja, Lorenzo akan segera datang menyelamatkanmu.”
Selesay bicara, dia memberi perintah, “Mulai sekarang, jangan beri dia makanan, hanya beri air setiap hari!”
“Baik.” Sipir menerima perintah sambil menunduk.
“Kamu jaga kandunganmu di sini dengan baik.”
Nyonya Presiden menatapnya dengan dingin, lalu memberi instruksi sambil melangkah pergi, “Tunggu sampai
dia sekarat karena kelaparan, ambil videonya dan kirimkan padaku, aku ingin 1. melihatnya baik-baik, untuk
menghilangkan penderitaan karena rasa rindu!”
“Baik.”
Melihat kepergian Nyonya Presiden, Dewi emosi sampai menggerakkan gigi.
Beberapa sipir masuk, membawa pergi teh dan camilan, tidak meninggalkan apa pun untuknya....
Dewi bersandar di ranjang, mengelus Rongrong, dalam hati berpikir kapan akan kabur dari
sini ....