- Novel-Eng
- Romance
- CEO & Rich
- Billionaire
- Marriage & Family
- Love
- Sweet Love
- Revenge
- Werewolf
- Family
- Marriage
- Drama
- Alpha
- Action
- Adult
- Adventure
- Comedy
- Drama
- Ecchi
- Fantasy
- Gender Bender
- Harem
- Historical
- Horror
- Josei
- Game
- Martial Arts
- Mature
- Mecha
- Mystery
- Psychological
- Romance
- School Life
- Sci-fi
- Seinen
- Shoujo
- Shounen Ai
- Shounen
- Slice of Life
- Smut
- Sports
- Supernatural
- Tragedy
- Wuxia
- Xianxia
- Xuanhuan
- Yaoi
- Military
- Two-dimensional
- Urban Life
- Yuri
Bab 482
Carles menatap Daniel dengan takut-takut. la ragu berbicara, ia merasa dirinya harus meminta maaf,
tetapi ia tidak bisa membuka mulutnya.
Walaupun ia hanyalah anak berumur tiga tahun, tetapi ia juga punya harga diri.
“Sudahlah!” Daniel bermurah hati, “Istirahatlah baik-baik.”
Kemudian, ia menginstruksikan tiga orang perawat itu, “Jaga mereka baik-baik.”
“Baik, Presdir.” Ketiga perawat bergegas maju menjaga anak-anak.
Daniel melihat Carlos sejenak, lalu membalikkan badan pergi.
Ryan bergegas mengikuti.
Daniel menginstruksikan Ryan dengan suara rendah, lalu Ryan menoleh dan memerintah mereka,
“Kalian semua, jaga baik-baik keamanan tiga anak ini.”
“Baik.” Empat pengawal itu menundukkan kepala menerima perintah.
“Carlos, Carles, Carla, mari kembali ke kamar.”
Tiga perawat membawa anak-anak masuk ke dalam kamar pasien.
Di luar, empat orang pengawal berjaga seperti patung, tidak membiarkan orang lain mendekat.
Follow on NovᴇlEnglish.nᴇt“Mereka sedang apa?” Carla agak takut, ia bersembunyi di dalam dekapan Nita, lalu menatap ke luar
dengan takut.
“Jangan takut, mereka adalah orang yang diminta Presdir Daniel untuk melindungi kalian.” Nita
menghibur Carla.
“Kak Carlos, cucu besar itu bukan orang jahat?” Carles mengernyitkan kening, lalu bertanya dengan
cemas, “Apakah dia yang menculik mami?”
“Aku sudah bicara dengannya, ia tidak menculik mami.” Carles berbaring kelelahan di atas ranjang.” la
bilang, besok malam mami akan pulang.”
“Benarkah?” Carles bersukacita, wajah tampannya menyunggingkan senyuman.
“Bagus sekali.” Carla bertepuk tangan dengan senang, “Akhirnya bisa bertemu mami.”
“Mami, Mami!” Roxy berseru sambil mengepakkan sayap.
“Sudahlah, Carles, Carla. Carlos perlu istirahat. Kalian juga istirahat, ya?” Perawat Virly membujuk
Carles dan Carla, “Pas sekali di samping sini ada dua ranjang kecil. Kalian tidur dulu, kakak pergi
buatkan susu.”
“Botol susuku dibawa kemari?” Mata besar Carla berbinar, ia bertanya dengan penuh harapan, “Dan
juga boneka alpacaku.”
“Semuanya ada dibawa kemari. Tenang saja.” Nita mengeluarkan barang mereka dari dalam kotak.
“Aku tidak mau botol susu, aku mau minum dari gelas. Aku adalah laki-laki sejati!”
Carles mengecilkan suara, takut mengganggu Carlos.
“Oke, oke, pria sejati silakan naik ke tempat tidur dulu.”
Ketiga perawat sibuk menjaga tiga anak.
Di sisi lain, Daniel ke ruang laboratorium, ia menunggu hasil dari Lily di sana.
Ryan merasa Daniel agak tergesa-gesa, tetapi ia paham perasaan tak sabarnya itu.
Jika tiga anak itu adalah anak kandung Tuan Daniel, maka hubungannya dengan Tracy akan semakin
stabil, bahkan masalah pemegang warisan Grup Wallance pun dapat terselesaikan!
“Drrtt.” Ponsel Ryan bergetar, ia melihat sekilas, lalu berkata kepada Daniel. “Paman Sanjaya yang
menelepon.”
“Jangan beritahu dia masalah tes DNA.” Daniel memberi perintah.
“Baik.” Walaupun Ryan tidak paham alasannya, tetapi ia hanya mematuhi perintahnya. Lalu, ia
menjawab telepon langsung di tempat, “Paman Sanjaya!”
Follow on Novᴇl-Onlinᴇ.cᴏm“Kedua anak lainnya juga ke Rumah Sakit Kasih?” tanya Sanjaya.
“Iya, baru sampai.” Ryan menjawab, “Kedua anak itu memukul dan memarahi Tuan Daniel, untung
saja Tuan Daniel tidak marah dengan mereka.”
“Mana mungkin Tuan muda marah pada anak umur 3 tahun.” Sanjaya menghela
napas, “Ketiga anak itu sangat menggemaskan, jika sering-sering berhubungan dengan mereka, Tuan
Daniel juga akan menyukai mereka.”
“Benar kata Anda.” Ryan tersenyum.
“Aku barusan mendapatkan telepon dari Nona Devina, ia bilang besok malam akan datang menjenguk
Tuan besar.” Nada bicara Sanjaya semakin suram “Apakah Tuan tahu masalah ini?”
Ryan tidak menjawab, ia menyerahkan ponsel kepada Daniel.
“Aku tahu.” Daniel menjawab dengan tenang, “Besok pukul 7 malam. Aku akan bertemu dengannya di
lantai bawah rumah sakit, lalu menemaninya langsung bertemu kakek.”
“Baiklah.” Sanjaya tidak banyak bertanya lagi setelah mendapatkan jawaban, “Keadaan Tuan besar
hari ini membaik, tadi saat ia terbangun, ia ingin bertemu denganmu. Apa besok pagi Tuan bisa
kemari?”
“Oke, besok pagi aku ke sana.” jawab Daniel. “Aku sudah mengurus anak-anak di sini. Kamu tidak
perlu kemari lagi.”
“Baik.”