- Novel-Eng
- Romance
- CEO & Rich
- Billionaire
- Marriage & Family
- Love
- Sweet Love
- Revenge
- Werewolf
- Family
- Marriage
- Drama
- Alpha
- Action
- Adult
- Adventure
- Comedy
- Drama
- Ecchi
- Fantasy
- Gender Bender
- Harem
- Historical
- Horror
- Josei
- Game
- Martial Arts
- Mature
- Mecha
- Mystery
- Psychological
- Romance
- School Life
- Sci-fi
- Seinen
- Shoujo
- Shounen Ai
- Shounen
- Slice of Life
- Smut
- Sports
- Supernatural
- Tragedy
- Wuxia
- Xianxia
- Xuanhuan
- Yaoi
- Military
- Two-dimensional
- Urban Life
- Yuri
Bab 492
“Kabar baik?” Sanjaya bersuka cita, “Kalau begitu, bagus sekali. Begitu tuan besar senang,
kesehatannya akan membaik.”
“Ia pasti sangat senang mendengar kabar ini.”
Dalam pikiran Daniel sudah terbayang adegan membahagiakan itu…
Tuan besar memang sudah sangat menyukai tiga anak itu. Jika ia tahu mereka adalah darah daging
keluarga Wallance, cicit kandungnya sendiri. Entah seberapa besar rasa gembiranya!!
“Kamu mengatakannya, membuatku tak sabar ingin mengetahuinya.” Sanjaya sangat menantikan.
Di saat ini, perawat masuk menggantikan baju tuan besar. Daniel keluar dulu.
“Tuan Daniel, semua telah diatur!” Ryan bergegas mendekat memberi laporan, “Semalaman Anda
tidak tidur, sekarang pergi tidurlah.”
“Semalam Tuan tidak tidur?”
Sanjaya baru keluar dari kamar, kebetulan ia mendengar ucapan ini.
“Sibuk menjaga tiga anak..” Ryan tersenyum.
“Tak disangka tuan Daniel dapat berhubungan baik dengan tiga anak itu.” Sanjaya sangat lega, “Aku
Follow on NovᴇlEnglish.nᴇtmalah cemas kalian akan berkelahi.”
“Paman Sanjaya, di matamu aku begitu kekanak-kanakan?” Daniel kehilangan kata katanya, “Aku
berkelahi dengan anak umur tiga tahun?”
“Haha, kamu selalu tidak menyukai anak kecil. Aku cemas mereka akan membuatmu marah secara tak
sengaja. Temperamenmu pun begitu… hehe…” Sanjaya tertawa dengan rasa tidak enak, “Tiga anak
itu adalah anak kesayangan tuan besar. Aku sungguh cemas, jika terjadi sesuatu dengan mereka, aku
tidak bisa bertanggung jawab.”
“Tenang saja, mereka sangat baik.” Ujung bibir Daniel terangkat.
“Mereka sekarang masih berada di rumah sakit? Bagaimana keadaan Carlos?” Sanjaya bertanya
dengan perhatian.
“Alergi makanan, sudah disuntik. Sekarang ruam merahnya sudah membaik.” Jawab Ryan. “Anda
jangan cemas, semua telah diatur dengan baik.”
“Baguslah kalau begitu.” Sanjaya menghela napas. “Kalau begitu, nanti aku ke sana antar mereka
pulang dulu, baru kembali ke sini.”
“Tidak perlu.” Daniel langsung berkata, “Aku sudah meminta Lily mengaturnya, tiga anak itu tinggal di
rumahku. Kamu tidak usah cemas lagi.”
“Tinggal di rumahmu?” Sanjaya sangat terkejut, “Tuan selalu suka ketenangan, kenapa tiba-tiba
meminta anak-anak tinggal di rumahmu? Tuan tidak takut mereka mengganggumu?”
“Tidak, mereka sangat menggemaskan.” Alis mata Daniel menjadi lembut ketika mengungkit tiga anak
itu.
“Tuan Daniel, kamar telah disiapkan.” Saat ini, kepala rumah sakit melapor secara langsung
“Iya.” Daniel pergi bersama kepala rumah sakit. Ia berencana istirahat sebentar, agar dapat
menghadapi malam nanti.
“Ini…. Sanjaya memandang punggung Daniel, ia bertanya pada Ryan dengan bingung, “Apa yang
terjadi? Kenapa tuan tiba-tiba berubah?”
“Berubah?” Ryan tersenyum misterius, “Ada kejutan yang tak dapat Anda bayangkan.”
“Ugh.” Sanjaya semakin bingung mendengarnya.
“Guru, tenang saja. Ini adalah hal baik.”
Ryan tersenyum sambil memberi hormat kepada Sanjaya, lalu berbalik badan mengejar Daniel.
Sanjaya sedang berusaha memahami situasi, tiba-tiba perawat memanggilnya. Ia lekas masuk
Follow on Novᴇl-Onlinᴇ.cᴏmmenjaga tuan besar dan tidak berpikir banyak.
Daniel sedang berbaring istirahat di atas ranjang. Ia melihat waktu di jam tangannya, tak terasa sudah
jam 11 siang.
Masih tersisa delapan jam dari waktu pertemuannya dengan Devina.
Di saat ini, seharusnya Devina sudah bersiap membawa Tracy berangkat ke Kota Bunaken, ‘kan?
Selama mereka masuk ke dalam Kota Bunaken, maka mereka akan dalam pengawasan Thomas.
Mereka tidak akan berani melakukan trik lain.
Tracy sedang terbaring tengkurap di atas ranjang. Tiba-tiba, pintu kamar dibuka Sesosok wanita
bertubuh anggun dan langsing masuk ke dalam. Di belakangnya diikuti beberapa pengawal.
“Berat juga lukamu.” Devirra duduk di atas sofa mengawasi Tracy dengan dingin
Tracy pelan-pelan bangun ketika mendengar suara. Ia menggerakkan tubuhnya yang kesakitan hingga
mati rasa. Ia ingin membalikkan badan, tetapi punggungnya terlalu sakit. Ia benar-benar tak mampu
bergerak….
Tangan Devina memberikan instruksi.
Sarah mendekat dan membalikkan Tracy dengan kasar.
Tracy kesakitan hingga seluruh tubuhnya gemetar. Rambutnya teruntai kacau di depan matanya,
menutupi wajah pucatnya.