- Novel-Eng
- Romance
- CEO & Rich
- Billionaire
- Marriage & Family
- Love
- Sweet Love
- Revenge
- Werewolf
- Family
- Marriage
- Drama
- Alpha
- Action
- Adult
- Adventure
- Comedy
- Drama
- Ecchi
- Fantasy
- Gender Bender
- Harem
- Historical
- Horror
- Josei
- Game
- Martial Arts
- Mature
- Mecha
- Mystery
- Psychological
- Romance
- School Life
- Sci-fi
- Seinen
- Shoujo
- Shounen Ai
- Shounen
- Slice of Life
- Smut
- Sports
- Supernatural
- Tragedy
- Wuxia
- Xianxia
- Xuanhuan
- Yaoi
- Military
- Two-dimensional
- Urban Life
- Yuri
Bab 514
“Kenapa bengong?”
Daniel mencubit pipit Tracy dengan tidak senang. Ia berpikir ketika ia mengungkit hal ini, Tracy
seharusnya terharu dan menangis senang, lalu lekas memeluk dan menciumnya dengan mesra.
Namun, ia malah tercengang...
“Tidak apa...” Kesadaran Tracy telah kembali, lalu tersenyum, “Aku hanya merasa kebahagiaan ini
terlalu tiba–tiba....”
“Kamu tidak senang?” Daniel mengernyitkan kening memandangnya.
“Tentu saja bukan.” Tracy mengulurkan tangan memeluknya, lalu meletakkan wajahnya di dada Daniel.
Ia mendengar detak jantung yang kuat, lalu mendesah, “Beberapa tahun ini, terlalu banyak hal yang
kualami. Aku selalu merasa hal baik bukan milikku. Sekarang kebahagiaan datang, aku merasa seperti
sedang bermimpi....”
“Bodoh.” Daniel memeluknya, “Ini bukan mimpi!”
“Semoga saja bukan..”
Follow on NovᴇlEnglish.nᴇtTracy membenamkan wajahnya ke leher Daniel. Mencium aroma tubuhnya. Akhir akhir ini, ia ingin
selalu berdekatan dengannya, seolah merasa jika ia tidak berhati hati, Daniel akan menghilang...
Daniel menggendongnya, membaringkannya di ranjang. Ia sangat menginginkan Tracy, tapi ia takut
tubuh Tracy belum sanggup menerimanya.
Jadi, ia memeluknya dengan pelan dan menepuk pundaknya dengan lembut.
“Aku tidur sebentar. Besok bangun pagi, aku buatkan sarapan untuk kalian.”
Tracy bergumam lelah, ia seperti seekor kucing mungil yang lengket, meringkuk patuh di dalam
dekapan Daniel. Wajah kecilnya dekat dengan bagian jantung Daniel. Ia merasa nyaman dan hangat,
tertidur sambil mendengar detak jantungnya.
Satu tangan Daniel menopang kepalanya, ia berbaring miring berhadapan dengannya, menatapnya
dengan tenang.
Dulu, ia tidak suka Tracy yang berisik, sekarang ia tidak berisik, dirinya malah mulai
merasa cemas....
Sejak ia kembali, ia mulai berubah. Ia mulai penuh kekhawatiran, depresi dan bimbang...
Ini sebenarnya efek psikologis atau dalam tubuhnya benar–benar ada penyakit tersembunyi?
Daniel sangat gelisah, tetapi ketika melihatnya tidur nyenyak. Ia pun menenangkan dirinya, mungkin
Tracy hanya kelelahan, istirahat dalam beberapa hari akan membaik...
Daniel membungkuk mengecupnya, lalu memeluknya tidur.
Tengah malam, di luar turun hujan. Tiba–tiba, terdengar suara guntur yang keras, Tracy terbangun
dengan terkejut, seluruh tubuhnya gemetaran.
Daniel jelas–jelas sedang tidur, tapi tetap memeluknya erat tanpa sadar. Satu tangan menepuk
pundaknya, satu tangan lagi menutupi telinganya, membenamkan wajah Tracy ke dalam dekapannya.
Tracy berangsur–angur tenang kembali ketika mendengar detak jantungnya. Menggosok-gosok
wajahnya di dalam dekapannya, lalu lanjut tidur.
la seperti pohon besar yang melindunginya.
Dengan adanya Daniel, dirinya sama sekali tidak takut apa pun.
Di pagi hari, terdengar suara tawa riang anak–anak dari luar. Daniel bangun, lalu segera menyentuh
bantal di sampingnya, ia tidak menemukan sosok Tracy.
Follow on Novᴇl-Onlinᴇ.cᴏmla lekas bangkit dari ranjang mencarinya. Tracy tidak berada di kamar mandi maupun ruang kerja.
Seketika, ia panik. Ia lekas membuka pintu mencarinya. Ia menemukan Tracy yang berpakaian santai
dengan celemek di pinggangnya sedang mengantarkan sarapan ke meja makan.
Tiga anak sedang berdiskusi, apakah sarapan yang dibuat mami akan berhasil. Carles sulit bergerak.
Ia duduk di atas meja ingin mencicipinya terlebih dahulu.
Carlos menegurnya dengan tegas, “Tidak boleh, harus menunggu Mami dan Paman Daniel, baru boleh
mulai makan.”
“Walaupun kita anak kecil, tetap harus punya sopan santun.” Carla berbicara dengan suara gemasnya,
lalu menoleh bertanya pada Roxy, “Benar tidak. Roxy?”
“Benar, benar!”
Biasanya Roxy memang paling melindungi Carla. Pokoknya apa pun yang diucapkan Carla, Roxy
selalu mengatakan benar.
“Baiklah.” Carles menarik kembali tangannya, tetapi matanya masih terus menatap bakpao babi itu. Air
liurnya sudah mau menetes, “Entah kapan Paman Daniel bangun, aku ingin sekali makan.”
“Aku pergi panggil Paman Daniel...”
Carlos bersiap naik ke lantai atas, lalu menyadari Daniel sedang berdiri di koridor memandang mereka.
Ia lekas memanggil, “Paman Daniel, cepat turun sarapan.”