- Novel-Eng
- Romance
- CEO & Rich
- Billionaire
- Marriage & Family
- Love
- Sweet Love
- Revenge
- Werewolf
- Family
- Marriage
- Drama
- Alpha
- Action
- Adult
- Adventure
- Comedy
- Drama
- Ecchi
- Fantasy
- Gender Bender
- Harem
- Historical
- Horror
- Josei
- Game
- Martial Arts
- Mature
- Mecha
- Mystery
- Psychological
- Romance
- School Life
- Sci-fi
- Seinen
- Shoujo
- Shounen Ai
- Shounen
- Slice of Life
- Smut
- Sports
- Supernatural
- Tragedy
- Wuxia
- Xianxia
- Xuanhuan
- Yaoi
- Military
- Two-dimensional
- Urban Life
- Yuri
Bab 621
“Apa yang terjadi?” Tracy bertanya dengan panik.
“Aku... Aku berhutang pada orang, lalu ditangkap...” Windy sedang menangis, terdengar ketakutan
yang sangat jelas dari suaranya, “Aku mohon, bantu aku. Jika tidak, aku akan mati.”
“Di mana kamu? Beri tahu alamatnya padaku.”
Tracy berkumur dan membersihkan busa di wajahnya, lalu dengan cepat keluar untuk ganti baju.
“Di gang kecil di belakang Bar Kaisar.” Windy berkata dengan suara gemetar, “Harus datang seorang
diri. Kalau tidak, mereka akan membunuhku...”
Selesai bicara, panggilan telepon itu terputus.
Setelah mengganti baju, Tracy segera kcluar sambil membawa ponselnya.
“Nona Tracy, sarapan...” Scorang pelayan wanita belum selesai bicara, tetapi Tracy sudah melewatinya
dan dengan cepat turun ke bawali.
“Nona Tracy, Nona Tracy...” Pelayan wanita itu mengikuti dari belakang dan bercriak.
“Aku ada urusan, akan segera kembali.” Tracy buru–buru turun, lalu berkata kepada pengawal yang
sedang memarkir mobil di depan pintu,“Cepat, antar aku ke Bar Kaisar.”
“Hah? Bar Kaisar?” Pengawal yang bernama Hartono ilu tertegun.
Follow on NovᴇlEnglish.nᴇt“Benar, sckarang, cepat.” Tracy sangat panik.
“Baik.” Hartono tidak berani mengulur–ulur waktu, maka dia segera membuka pintu mobil.
“Nona, mau pergi ke mana?” Saat ini Bibi Juni keluar dari dapur sambil membawa sarapan. Saat
melihat adegan ini, dia buru–buru mengejar dan bertanya, “Sebentar lagi harus pergi ke pantai untuk
mengambil foto pernikahan....
“Bibi Juni, aku ada urusan, mau pergi sebentar. Aku akan segera kembali. Bantu aku beri tahu Daniel.”
Saat berbicara, ‘Tracy sulah masuk ke dalam mobil, lalu dia mendesak dengan cemas, “Cepat jalan!”
“Oh.” Hartono hanya bisa menghidupkan mesin mobil dan mulai mengemudi.
Di ruang kerja lantai dua, Daniel sedang menemani ketiga anaknya belajar di pagi hari. Tiba–tiba,
terdengar ketukan pintu dari luar, lalu seorang pelayan wanita melapor dengan hati–hati, “Tuan Daniel,
Nona Tracy pergi.”
“Apa?” Daniel mengalihkan tatapannya dari buku, “Pergi ke mana:
“Tidak tahu, tapi kelihatannya sangat mendesak, entah apa yang terjadi.” Pelayan wanita itu berkata
dengan tergesa–gesa, “Saya takut Anda khawatir, jadi saya kemari untuk memberi tahu Anda.”
Daniel menutup bukunya, lalu berkata kepada ketiga anaknya, “Malam ini baru lanjut membacakan
buku untuk kalian, ya?”
“Baik, Papi!” Anak–anak mengangguk dengan patuh.
“Papi, harus menyelipkan pembatas. Kalau tidak, nanti malam tidak ingat sudah baca sampai. halaman
berapa.”
Carla menyerahkan sebuah pembatas buku dari daun yang cantik kepada Daniel.
“Halaman 234.” Daniel menyung ingkan senyumnya, sambil mengelus hidung Carla, “Tenang saja,
mcmori Papi sangat kuat!”
Kemudian, dia berdiri dan berjalan keluar dengan cepat, “Kalian bermainlah sendiri selama lima monit,
lalu turun kc bawah makan.”
“Mengerti, Papi!”
Ketiga anak itu menjawab secara bersamaan dengan suara menggemaskan yang sangat enak
didengar.
“Kak Carlos, apa maksudnya memori sangat kuat?” Carla memiringkan kepalanya, lalu bertanya
kepada Carlos dengan polos.
“Bisa langsung mengingat sesuatu hanya dengan sekali lihat.” Carlos menjelaskan sambil
membereskan bukunya, “Papi kita benar–benar jenius!”
“Aih, hanya kakak yang mewarisi kecerdasan Papi, sedangkan aku dan Carla sama sekali tidak
Follow on Novᴇl-Onlinᴇ.cᴏmmewarisinya.” Carles menopang dagunya, sambil menghela napas.
“Kamu mewarisi kemampuan olahraga dan bcla diri Papi, sedangkan Carla mewarisi gen seni Mami.
Itu semua juga termasuk kelebihan. Jangan mengecilkan diri sendiri...”
“Apa maksudnya mengecilkan diri sendiri?”
“Itu...”
Di ruang kerja itu, ketiga anak sedang membahas tentang arti beberapa kata.
Di luar, Daniel mencari Ryan, lalu bertanya, “Apa yang terjadi?”
“Saya mengirim pesan pada Hartono. Dia hanya bilang Nona Tracy mau pergi ke Bar Kaisar, tapi tidak
bilang ada urusan apa.” Ryan melaporkan, “Thomas sudah membawa orang untuk
menyusul. All
“Em.” Daniel sedikit mengernyi, “Tracy ini, mengapa selalu menggebu–gebu seperti ini setiap kali ada
masalah? Tidak pernah berdiskusi dengannya...
Benar–benar belum dewasa.
“Tuan Daniel, Anda tenang saja. Ada Thomas, pasti tidak akan terjadi apa–apa.” Ryan menenangkan,
“Temanilah anak–anak makan dulu, nanti saya akan menyuruh Thomas langsung
mengantar Nona Tracy berkumpul di pantai.”