- Novel-Eng
- Romance
- CEO & Rich
- Billionaire
- Marriage & Family
- Love
- Sweet Love
- Revenge
- Werewolf
- Family
- Marriage
- Drama
- Alpha
- Action
- Adult
- Adventure
- Comedy
- Drama
- Ecchi
- Fantasy
- Gender Bender
- Harem
- Historical
- Horror
- Josei
- Game
- Martial Arts
- Mature
- Mecha
- Mystery
- Psychological
- Romance
- School Life
- Sci-fi
- Seinen
- Shoujo
- Shounen Ai
- Shounen
- Slice of Life
- Smut
- Sports
- Supernatural
- Tragedy
- Wuxia
- Xianxia
- Xuanhuan
- Yaoi
- Military
- Two-dimensional
- Urban Life
- Yuri
Bab 649
“Scharusnya kamu tahu tabiat bibimu. Bagi orang yang tidak patuh, tidak peduli apa pun yang kamu
katakan, dia tidak akan menyerahkan obat penawar itu.” Tuan Besar mengancam lagi, *Kecuali aku
yang buka mulut!”
“Kakek…...”
“Scharusnya kamu juga tahu, tabiatku.” Tuan Besar tidak memberi Daniel kesempatan untuk bicara,
“Kalau aku mau melindungi bibimu, kamu tidak akan bisa menyentuhnya!”
Daniel mengerutkan kening, memang benar.
“Kalau aku menyuruhnya untuk menundanya, tidak menyerahkan obat penawar, maka cepat atau
lambat, wanita itu tetap akan mati, aku juga lebih hemat tenaga.” Tuan Besar mengucapkan kata–kata
yang lebih kejam, “Aku banya melihat ketiga anak itu, barulah membiarkannya hidup, itu sudah sangat
berlapang dada!”
Saat mendengarnya, Daniel terdiam.
Sekarang semua kenyataan memberitahunya, harus menyerah terhadap Tracy!
Tracy adalah putri pembunuh ayahnya, incrupakan keturunan dari musuh keluarganya. Meski dia tidak
Follow on NovᴇlEnglish.nᴇtmempermasalahkan dendam, tapi Tracy tetap akan melibatkan seluruh Grup Wallance dan
keluarganya, juga akan melibatkan anak–anak..…
Yang lebih penting lagi adalah, kalau tidak berpisah dengan Tracy, dia ijdak akan mendapatkan obat
penawar ilu. Tracy tetap akan mati....
“Kamu pikirkan dengan baik.” Tuan Besar sama sekali tidak memberi ruang pada Daniel, “Antar dia
pergi, itulah yang terbaik!”
Selesai bicara, Thomas datang dengan tergesa–gesa, memberi hormat pada Tuan Besar dulu, lalu
berbisik di samping Iclinga Daniel, “Sudah ditangkap, tapi dia tetap tidak mau menyerahkan obat
penawar itu, kami juga tidak berani bersikap keras padanya.”
Pada saat yang sama, Windy bergegas dan berteriak dengan panik, “Presdir Daniel, Presdir Daniel,
cepat pergi lihat, Kak Tracy....”
“Ada apa dengannya?” Daniel segera berlari keluar.
“Tadi dia tiba–tiba sakit kepala, lalu mengeluarkan banyak darah......”
Suara Windy gemetar, terdengar sengau.
Daniel segera berlari ke ruang istirahat. Tracy berbaring di sofa, memegang kepala dengan sangat
menderita, hidungnya terus berdarah, menodai gaun pengantin putihnya.
Bibi Juni memegang tangannya di samping menangis dan gemetar: “Nona, jangan menakutiku......”
Amanda melakukan akupunktur di sampink untuk meredakan rasa sakit Tracy, tapi sepertinya
tidak berguna.
Tracy masih sangat kesakitan.
“Kenapa bisa begini? Sebelumnya tidak begitu parah.” Amanda sangat panik sampai tidak tahu harus
bagaimana.
“Tuan Daniel.” Saat melihat Daniel, Lily scgcra melapor, “Efek racun Nona Tracy kambuh lagi. Sudah
minum obat pereda sakit, tapi tidak berguna. Menurutmu, bagaimana kalau aku menyuntikkan ancsicsi
padanya?”
“Tidak perlu anestesi.” Kata Amanda dengan cepat, “Aku punya obat cair, bisa langsung tertidur
setelah meminumnya.”
“Minggir.” Daniel menghampiri dengan terburu–buru, menggenggam tangan Tracy dengan erat.
Melihatnya begitu menderita, hatinya sangat sedih, langsung membuat keputusan, “Beri dia obat.”
“Baik.” Amanda segera menyuapi Tracy minum obat cair.
Follow on Novᴇl-Onlinᴇ.cᴏmTracy tenang dengan sangat cepat, menarik tangan Daniel, lalu tertidur....
Daniel merasakan ada sesuatu di telapak tangan Tracy, membuka tangannya dengan perlahan,
menemukan bahwa itu adalah cincin nikahnya…...
Tracy terus memegangnya, ingin memakaikan padanya, tapi tidak ada kesempatan.
Hanya bisa memegangnya dengan crat, tidak melepaskannya meski penyakitnya kambuh, sampai
cincin itu meninggalkan bekas yang mendalam di Iclapak tangannya......
Daniel mengambil cincin tersebut, memakaikannya di jari manis tangan kirinya sendiri, lalu mcletakkan
tangan Tracy di wajahnya, berkata dengan pelan: “Kalian keluarlah, aku mau menemaninya sebentar.”
“Baik, baik.” Bibi Juni segera meminta semua orang keluar.
Ryan dan belasan pengawal berjaga di luar pintu, sangat waspada.
Bibi Juni, Windy, dan Amanda tidak tenang, berdiri di sana dan terus mondar–mandir.
“Bibi Juni, bawalah mereka pergi makan dulu, sckarang ada kami di sini, Nona Tracy akan baik baik
saja.” Ryan menghibur, “Kembalilah setelah makan.”
“Aku tidak nafsu makan.” Pikiran Bibi Juni tertuju pada Tracy, tapi berpikir bahwa Windy dan Amanda
adalah tamu, dia berkata lagi, “Windy, Amanda, aku bawa kalian pergi makan dulu.”
Kemudian, sekelompok orang pergi......