- Novel-Eng
- Romance
- CEO & Rich
- Billionaire
- Marriage & Family
- Love
- Sweet Love
- Revenge
- Werewolf
- Family
- Marriage
- Drama
- Alpha
- Action
- Adult
- Adventure
- Comedy
- Drama
- Ecchi
- Fantasy
- Gender Bender
- Harem
- Historical
- Horror
- Josei
- Game
- Martial Arts
- Mature
- Mecha
- Mystery
- Psychological
- Romance
- School Life
- Sci-fi
- Seinen
- Shoujo
- Shounen Ai
- Shounen
- Slice of Life
- Smut
- Sports
- Supernatural
- Tragedy
- Wuxia
- Xianxia
- Xuanhuan
- Yaoi
- Military
- Two-dimensional
- Urban Life
- Yuri
Bab 651
Daniel segera merebut obat penawar itu, dan menyuapi Tracy.
Devina tersenyum: “Ini sebagian dari obat penawar. Untuk sisanya, tunggu sampai perusahaanku
kembali normal dan salam sudah diterima, dan aku akan memberikannya padamu.”
“Obat penawar dibagi beberapa bagian?” Daniel mengerutkan kening.
“10 botol.” Devina mencibir, “Harus diminum 10 kali, ponakanku yang baik.....”
“Kamu....” Daniel sangat marah sampai mau memukul orang, malah ditarik dengan erat oleh Sanjaya,
“Tuan, jangan cmosi! Berhubung Nona Devina sudah setuju untuk menyerahkan obat penawar, dia
tidak akan ingkar janji, ada Tuan Besar, Anda tenang saja.”
“Bawa sisa obat penawarnya, aku akan mengalihkan sahamnya sekarang juga.”
Tuan Besar melakukan sebuah gerakan, para pengawal melepaskan Devina.
“Benarkah?” Devina sedikit takut pada Tuan Besar,
“Kapan aku pernah tidak menepati janji?” Tanya Tuan Besar dengan dingin.
“Baik, aku akan menyuruh orang mengantarnya sekarang,” Devina mengambil ponsel, berjalan ke
Follow on NovᴇlEnglish.nᴇtsamping dan menelepon.
“Sekarang, kamu sudah tahu apa yang harus dilakukan?” Tuan Besar menolch dan melihat Daniel,
“Setelah minum obat penawar, antar dia pergi, semuanya beres, jangan keras kepala!”
Daniel menatap Tracy dalam–dalam. Dia tahu bahwa dia sudalı tidak punya pilihan. Berdasarkan
situasi sekarang, dia hanya bisa berkompromi untuk sementara.....
“Baik, aku berjanji padamu!” Akhirnya Daniel menyetujuinya, “Tapi aku mau mengatasinya sendiri, tidak
perlu orang lain yang melakukannya.”
“Boleh.” Tuan Besar menjawab dengan sangat lugas dan cepat, “Lagipula, apa pun yang kamu
lakukan, itu tidak akan lepas dari mataku.”
Percakapan di antara kakek dan cucu ini, orang lain tidak paham, tapi Sanjaya malah sangat mengerti.
Daniel bersikeras mau menanganinya sendiri, itu karena dia takut Tuan Besar akan menggunakan
cara licik secara diam–diam, membunuhnya di tengah perjalanan saar mengantarnya pergi......
Sedangkan, maksud ucapan Tuan Besar adalah, bolch membiarkan Daniel‘mengurusnya sendiri, tapi,
kalau Daniel melakukan sesuatu di belakangnya, berpura–pura mengantar orang pergi, tapi
sebenarnya mau menyembunyikannya. Itu tidak akan lepas dari kedua matanya.
Percakapan sederhana di antara kakck dan cucu, tapi sebenarnya saling memperingatkan!
“Nona Tracy, sudah sadar.....“Saat ini, tiba–tiba Ryan berseru.
Danicl menolch. Jari–jari Tracy bergerak, ekspresinya juga kesakitan, seperti hendak bangun.
“Jangan bertele–icle. Scbclum anak–anak mengetahuinya, bereskan secepatnya!”
Tuan Besar memberikan peringatan terakhir, lalu pergi bersama orang–orang, termasuk Devina.
Ryan segera membawa orang keluar, berjaga di pintu.
Daniel menggendong Tracy, bertanya dengan panik: “Tracy, bagaimana perasaanmu?”
IL S
IIT
Tracy membuka mata perlahan–lahan, melihatnya dengan pandangan kabur: “Apa yang terjadi??”
“Tidak apa–apa, kamu hanya tertidur...”
Daniel memeluknya dengan erat, sampai hampir membuatnya sesak napas.
Dia sungguh ingin terus memeluknya seperti ini, tidak melepaskannya selamanya......
Follow on Novᴇl-Onlinᴇ.cᴏmDengan begitu, Tracy tidak akan meninggalkannya.
“Uhuk, uhu....” Tracy kesakitan karena dipeluk icrlalu crat olehnya.
Daniel scgcra nclepaskannya, mencpuk punggungnya dengan perlahan: “Aku memelukmu terlalu
kuat.”
“Ya–” Tracy menaikkan sudul mulut, icrsenyum kaku, “Tidak apa–apa, aku sudah terbiasa.”
“Dasar bodoh!” Daniel mengangkat sudut mulut, sangat ingin tersenyum padanya, tapi tidak bisa,
sehingga ekspresinya menjadi sangat jelek.....
“Ada apa denganmu?” Tracy mengangkat tangan, membelai pipinya dengan lembut, “Kita sudah
menikah, kenapa kamu tidak senang?”
“Senang.” Danicl mcncium tangannya yang memakai cincin, “Istriku!”
“Suamikul!” Tracy membalas dengan lembut.
“Sungguh patuh!” Daniel mengangkat tangan kirinya sendiri, “Coba lihat, suamimu sudah memakai
cincin kawin. kelak kita adalah suami istri!”
“Kapan kamu memakainya?” Tanya Tracy dengan bingung, “Bukankah seharusnya aku yang
memakaikannya padamu?”
Selesai bicara, Tracy melepas cincin tersebut, lalu memakaikannya lagi padanya.....