- Novel-Eng
- Romance
- CEO & Rich
- Billionaire
- Marriage & Family
- Love
- Sweet Love
- Revenge
- Werewolf
- Family
- Marriage
- Drama
- Alpha
- Action
- Adult
- Adventure
- Comedy
- Drama
- Ecchi
- Fantasy
- Gender Bender
- Harem
- Historical
- Horror
- Josei
- Game
- Martial Arts
- Mature
- Mecha
- Mystery
- Psychological
- Romance
- School Life
- Sci-fi
- Seinen
- Shoujo
- Shounen Ai
- Shounen
- Slice of Life
- Smut
- Sports
- Supernatural
- Tragedy
- Wuxia
- Xianxia
- Xuanhuan
- Yaoi
- Military
- Two-dimensional
- Urban Life
- Yuri
Bab 669
Danici menyetir mobil menerobos ke bandara, seperti orang gila. Di saat ini, matanya berubah menjadi
warna merah tua, hampir menctcskan darah...
Di dalam hatinya, dia tidak berhenti berkata: Tracy, tunggu aku. Tunggu aku, aku segera datang...”
Demi meminta Victoria menggantikan Tracy, Tuan Besar sendiri yang memberi obat pada Daniel, lalu
menguncinya di ruang bawah tanah rumahnya.
Dia pingsan selama 3 hari 3 malam. Saat terbangun, semuanya sudah tidak bisa diubah kembal!
Semua jejak yang berkaitan dengan Tracy diubah menjadi Victoria, balikan sudah di umumkan ke
publik
Saat Daniel mengetahui hal ini, dia sangat marah. Namun, dia dikunci, sama sckali tidak bisa keluar,
juga tidak bisa mengubah apa pun...
Tuan Besar menguncinya hingga saat ini, menunggu selclah besok Tracy meminum sebotol obat
penawar yang terakhir, dia akan mengulus orang untuk mengantar Tracy kc icmpat lain, tempat yang
tidak dikctahui Daniel, kemudian baru membebaskan Daniel...
Namun, tidak disangka, belum sampai hari csok, sudah terjadi masalah!
Follow on NovᴇlEnglish.nᴇtDaniel memikirkan cara untuk kabur keluar. Dia mencuri ponsel seorang pengawal, menghubungi
Thomas dan Ryan, dan pengetahui bahwa sesuatu terjadi pada Tracy. Dia segera mencuri sebuah
mobil, bergegas ke bandara seperti orang gila...
Di saat yang sama, Tuan Besar juga membawa orang, buru–buru menuju ke bandara.
Dia berharap dapat mencegah Daniel, jangan sampai terjadi sesuatu.
Sedangkan, Sanjaya menghubungi orang–orang Keluarga Wallance di Bangkok, mengutus mereka
segera ke Kota Chiang Mai untuk melindungi Tracy.
Sayangnya, mereka terlambat selangkah...
Mobil ambulans yang ditumpangi Tracy, yang tinggal 2 kin lagi sampai di rumah sakit, ditabrak oleh
sebuah mobil SUV.
Terdengar suara “Bam” yang keras, mobil ambulans menabrak tiang listrik di tepi jalan. Mobilnya
berguling, dan terdengar suara sirenc darurat dari mobil itu “Tut, tui“, perawat yang ada di dalam mobil,
buru–buru merangkak keluar.
Henky merangkak dari samping jendela, lalu menyeret Tracy yang pingsan dan tak sadarkan diri,
Tidak jauh dari sana, Linda yang ada di dalam mobil mengarahkan ponsel ke arah mobil ambulans, ia
mengambil video dan berbicara pada orang di video itu. Apa kamu sudah mclihatnya??”
“Orang dari keluarga Wallance akan segera datang, Tracy harus mati sekarang juga!”
Presdir Devina yang ada di sebrang telepon, memerintah dengan tergesa–gesa.
“Aku tahu.” Linda membuat isyarat tangan.
Beberapa pengawal kulit hitam turun dari mobil, “Dor dor dor dor” terdengar suara tembakan. Dalam
sekejap. para staf medis berhenti.
“Aaaah —” Henky takut hingga mengangkat kedua tangannya, ia berteriak ketakutan, “Jangan bunuh
aku...Aku tidak tahu apa–apa, tidak tahu apa...”
“Dor!” Sebuah suara tembakan. Henky jatuh ke genangan darah.
Secara langsung, tanpa berbasa–basi.
Satu tangan Linda memegang ponsel, salunya memegang pistol. Đi tengah hujan yang mulai berhenti
perlahan–lahan, dengan dingin, menatap Tracy yang ada di dalam genangan darah.
Seluruh gaun pengantin yang dipakai Tracy sudah penuh dengan noda darah. Hujan dan lumpur
menbasuh tubuhnya yang dingin, seperti scorang mayat.
Linda menendang kepala Tracy dengan kakinya, tidak ada pergerakan. Dia pun berjongkok, dengan
Follow on Novᴇl-Onlinᴇ.cᴏmpistolnya memukul wajahı Tracy: “Hei, lici, bangun. Kalau begini, sudah tidak seru.”
“Cepat lakukan!” Presdir Devina yang ada di ujung telepon menggertakan gigi, berteriak dengan
marah.
“Kenapa terburu–buru?”
Linda mencubit Tracy, dia ingin ‘Tracy bangun, dia ingin melihat Tracy memohon bclas kasihannya.
Dengan begitu, barulah dia merasa senang.
“Linda, cepat lakukan!“, Presdir Devina memerintah dengan tergesa–gesa, “Apa kamu mau mau?”
Linda sedikit kesal, langsung memutuskan teleponnya. Dia berdiri, lalu menendang Tracy, lagi dan lagi.
Akhirnya, Tracy bergerak..
“Ini baru benar.” Linda membalikkan wajah Tracy dengan kakinya, “Tracy, lihat aku!”
Tracy membuka mata perlahan–lahan, dengan penglihatan yang kabur, dia melihat Linda. Perlahan–
lahan, di sorot matanya muncul kebencian yang amat dalam...
“Bagus sekali. Memang pandangan seperti inilah yang aku inginkan.” Linda tertawa dengan senang,
mengarahkan pistol ke arah Tracy, “Memohonlah padaku, mungkin aku bisa membuatmu mati dengan
cepat!”