- Novel-Eng
- Romance
- CEO & Rich
- Billionaire
- Marriage & Family
- Love
- Sweet Love
- Revenge
- Werewolf
- Family
- Marriage
- Drama
- Alpha
- Action
- Adult
- Adventure
- Comedy
- Drama
- Ecchi
- Fantasy
- Gender Bender
- Harem
- Historical
- Horror
- Josei
- Game
- Martial Arts
- Mature
- Mecha
- Mystery
- Psychological
- Romance
- School Life
- Sci-fi
- Seinen
- Shoujo
- Shounen Ai
- Shounen
- Slice of Life
- Smut
- Sports
- Supernatural
- Tragedy
- Wuxia
- Xianxia
- Xuanhuan
- Yaoi
- Military
- Two-dimensional
- Urban Life
- Yuri
Bab 674
Katika mcliliat ini, Tuan besar benar–benar merasa bersalah. Ia ingin mengatakan sesuatu, tapi ia
malah bertemu dengan tatapan kebencian Daniel.
‘Tuan besar langsung menegakkan punggungnya dan berbicara dengan berlagak scrius, “Sudah
pulang, jangan berkeliaran di luar lagi. Kamu tidak sendirian, kamu adalah penerus keluarka Wallance,
ayah dari tiga anak. Kamu harus bertanggung jawab pada mereka!”
Daniel tidak bicara sepatah kata pun, ia membawa anak–anak masuk ke dalam rumah.
Kebenciannya pada Tuan besar ditahan di dalam hati, ia tidak mengutarakan keluar. Itu semua demi
anak–anaknya.
Bagaimanapun, dunia anak–anak sangat sederhana. Mereka baru saja kehilangan ibu dan nenek
mereka. Jika inereka harus kehilangan kakek buyul lagi, akan semakin membuat mereka sedih....
“Sikap apa itu?” Tuan besar bergumam kesal.
“Tuan Daniel bisa setenang ini, sudah melebihi perkiraanku.” Sanjaya menenangkan dengan tulus,
“Berikanlah ia sedikit waktu.”
Follow on NovᴇlEnglish.nᴇt“Aku mclakukan ini, bukankah demi keluarga dan demi anak–anak... Apa tindakanku salah?”
Ucapan Tuan besar ini sedang menanyakan Sanjaya, juga menanyakan dirinya sendiri.
Dirinya juga sedang menginteropeksi diri, jangan–jangan dirinya memang salah?
“Fyuh... kebetulan menjadi salah dan takdir mempermainkan manusia.” Sanjaya mendesah,
“Kesalahan bukan di tangan Anda, tetapi kematian Tracy. Kita memang punya tanggung jawab, sudah
cukup bagus Tuan Daniel tidak mengungkitnya di hadapan anak–anak.”
Ketika mendengar ucapan ini, Tuan besar terdiam...
Sebenarnya ia sudah mempersiapkan banyak hal. Ia berpikir kcuka Daniel pulang nanti, ia akan
bertengkar besar dengannya, tapi Daniel malah tidak mclakukannya...
la semakin tidak tenang.
“Jangan cemas, Tuan Danicl kuat, kok.” Sanjaya tahu apa yang sedang dipikirkan Tuan besar. Berbisik
menenangkannya, “Ada tiga anak di sampingnya, ia pasti akan bangkit kembali.”
“Iya.”
Tuan besar menganggukkan kepala. Segalanya sepadan ketika memikirkan ketiga anak–anak ini.
“Waktu akan memulihkannya...” Sanjaya mendorong Tuan besar pergi.
Tuan besar mendongak. mclihat sekilas lantai dua. Lapu di kamar utama bclum hidup, malah lampu di
ruang kerja yang hidup.
Ia menarik napas dalam–dalam, “Siapkan pesawat, besok kembali ke negara Maple.”
“Tidak tinggal di sini menjaga Tuan Daniel?” Sanjaya agak terkejut.
“la sudah besar, bukan anak kecil lagi. Masih perlu dijaga?” Tuan besar menjawabnya dengan kesal.
“Siapa yang tidak punya kekhawatiran di dalam hidup? Jika ja tidak bisa bangkit, karena sedikit insiden
ini, maka ia tidak pantas menjadi anak dari keluarga Wallance!”
“Baiklah.” Sanjaya menganggukkan kepala, “Bagaimana dengan anak–anak? Anda sungguh tidak
cemas? Situasi Tuan Daniel sckarang takutnya malah tidak bisa menjaga anak–anak dengan baik.
Mau meinbawa mereka ke Negara Maple tinggal bersama?”
“Tidak perlu.” Tuan besar menggeleng–gelengkan kepala, “Justru karena adanya anak–anak, ia harus
segera bangkit kembali.”
“Baiklah, paham!” Sanjaya dan pengawal memapah Tuan besar naik kc mobil.
Follow on Novᴇl-Onlinᴇ.cᴏm“Panggil Jonson ke rumah, ada hal yang ingin kubicarakan dengannya.”
“Baik.”
Daniel menenangkan ketiga anak dan menidurkannya, lalu ia kembali ke kamar tidurnya.
Setelah meninggalkan rumah selama tiga bulan, kamar ini masih didekorasi kamar pengantin baru.
Tanpa instruksi darinya, siapa pun tidak boleh mengubah dekorasi kamar ini.
Hanya saja, foto pernikahannya dengan Tracy telah diambil pergi.
Di dalam rumah ini tidak ada fotonya, tetapi setiap sudut rumalı, scolah ada bayangannya, napasnya
dan jejaknya...
la scolah dapat melihat Tracy sedang duduk di meja rias mengeringkan rambut, lalu menolehkan
kepalanya berbicara pada dirinya, “Cepat pergi mandi.”
Lalu, scolah melihat kehangatan Tracy yang sedang menyambutnya, membantunya melepaskan
mantclnya, “Sudah pulang, ya. Lelah tidak? Aku sudalı menyiapkan air hangat, ayo mandi...”
Sosok tubulinya berjalan ke sana kemari di dalam kamar dan dekat di hadapannya. Tetapi, ketika
Daniel mengulurkan tangan ingin memeluknya. la malah berubah menjad kabut dan hilang...
Tangannya membeku di sana. Hatinya, juga ikut membeku.
Daniel menutup mata, ada rasa kesedihan tak icrbatas di dalam hatinya...
Namun, ada suatu kepercayaan diri dalam dirinya, bahwa Tracy masih hidup, pasti masih hidup....