- Novel-Eng
- Romance
- CEO & Rich
- Billionaire
- Marriage & Family
- Love
- Sweet Love
- Revenge
- Werewolf
- Family
- Marriage
- Drama
- Alpha
- Action
- Adult
- Adventure
- Comedy
- Drama
- Ecchi
- Fantasy
- Gender Bender
- Harem
- Historical
- Horror
- Josei
- Game
- Martial Arts
- Mature
- Mecha
- Mystery
- Psychological
- Romance
- School Life
- Sci-fi
- Seinen
- Shoujo
- Shounen Ai
- Shounen
- Slice of Life
- Smut
- Sports
- Supernatural
- Tragedy
- Wuxia
- Xianxia
- Xuanhuan
- Yaoi
- Military
- Two-dimensional
- Urban Life
- Yuri
Bab 710
Daniel melihat jam tangannya, lalu berbicara kepada Jonson, “Presdir Jonson, aku pulang dulu. Pagi
nanti ada rapat penting”
“Baik, terima kasih.” Jonson menjawab dengan sungkan.
Daniel menganggukkan kepala dengan sopan, lalu buru–buru meninggalkannya...
Jonson melihat punggungnya, raut wajahnya berangsur–angsur gelap...
“Bukankah Presdir Daniel sungguh kelewatan?” Pengawal berkata dengan marah, “Kita baru datang,
dia langsung pergi. Mungkin ia memang ada urusan bisnis, tapi Nona terluka seperti ini, dan ia bahkan
tidak bisa bersandiwara sejenak.”
“Victoria cinta sepihak padanya, sungguh sangat disayangkan..” Jonson mendesah dalam, “Linda
memiliki temperamen yang keras, aku bisa memahami Daniel, kenapa dia meninggalkannya. Tapi,
Victoria anak yang baik hati dan lemah lembut. Kenapa ia juga harus mendapatkan akhir seperti ini?”
“Nona Victoria terlalu baik hati dan lemah lembut, tidak boleh dimanfaatkan pria.” Pengawal merasa
emosional,“Saya rasa, seharusnya Anda mendesaknya, agar Nona besar secepatnya menikah ke
Follow on NovᴇlEnglish.nᴇtkeluarga Wallance.”
“Masalah ini mana bisa didesak?” gumam Jonson, “Sudahlah, sekarang aku berharap Victoria cepat
sembuh.”
Daniel buru–buru pulang, mandi, ganti baju dan bersiap pergi ke kantor.
Tuan besar hendak mengantar anak–anak ke sekolah. Ketika melihatnya, ia sangat terkejut, “Kenapa
kamu pulang? Bukannya kamu di rumah sakit?”
“Sudah mclewati masa kritis, Tuan Jonson juga sudah datang.” Daniel berjalan keluar sambil
mengancingkan jasnya, “Hari ini aku ada urusan, aku ke kantor dulu.”
“Kamu.... Tuan besar baru saja ingin emosi, tetapi anak–anak ada di sana. la terpaksa menahan
amarahnya.
“Papi, sampai jumpa!” Tiga anak melambaikan tangan kepada Daniel.
“Anak baik!” Daniel berjongkok memeluk mereka, “Lusa nanti, setelah urusan selesai, Papi akan
membawa kalian main ke pantai.”
“Oke.” Anak–anak sangat penurut Mereka memeluk Danici, lalu naik mobil.
Tuan besar menarik Daniel ke samping. la bertanya dengan kesal, “Apa yang terjadi? Victoria ada di
rumah sakit, kenapa kamu pulang?”
“Ia sudah melewati masa kritis, tidak dalam bahaya lagi. Selanjutnya adalah urusan dokter. Aku di sana
juga tidak bisa berbuat apa–apa.” ucap Daniel dengan acuh tak acuh.
“Kamu....”
“Sudahlah, Kakek...” Daniel memotong ucapan Tuan besar, lalu melihat jam tangan, “Aku ada urusan
penting, aku pergi dulu.”
Setelah berbicara, ia buru–buru naik mobil...
Tuan besar kesal hingga urat biru di wajahnya muncul, tetapi apa boleh buat, ia tidak boleh marah–
marah di hadapan anak–anak, akhirnya ia terpaksa mengikuti kemauan Daniel.
“Kakek buyut kenapa?” Carla melihat ekspresi Tuan besar sura. Ia memeluk boneka aplacanya sambil
mendekat untuk menghiburnya, “Apa Papi membuatmu marah? Nanti aku omeli dia.”
“Carla anak baik!” Amarah Tuan besar mereda kctika melihat tiga cicitnya, “Kalian yang paling patuh,
kakek buyut langsung senang ketika melihat kalian.”
Follow on Novᴇl-Onlinᴇ.cᴏm“Kakek buyui, apa yang papi lakukan hingga membuat kakek buyut marah?” Carles mcmiringkan
kepala bertanya dengan penasaran.
“Tidak ada apa–apa.” Tuan besar mengalilikan topik, “Sekarang apa kalian sudah terbiasa dengan
sekolah baru? Bagaimana hubungan kalian dengan para guru dan teman–teman?”
“Sangat bagus sekali, aku berkenalan dengan banyak teman baru....
“Teman sebangku aku adalah darah campuran..
Kedua anak mulai menceritakan kcadaan sekolah. Mereka bercerita dengan penuh semangar.
Sedangkan Carlos, duduk di samping mengoperasikan table:inya. la fokus dengan gambar di layar.
Merpati robotnya sedang mengudara di Bukit Haruna, memotret sebelah sisi pemandangan bukit itu.
Hanya saja, merpati tidak bisa terbang terlalu tinggi, jadi tidak bisa menangkap keseluruhan
pemandangan Bukit Haruna.
Ia berencana, malam ini akan mengambil merpatinya kembali untuk diperbaiki lagi.
Roxy berjongkok di kepalanya. Kepala kecilnya mulai mengantuk.
Di saat ini, sebuah mobil Roll Royce Silver lewat di samping mereka. Tiba–tiba, terdengar suara
kicauan elang dari dalam mobil itu.
Roxy menggigil ketakutan, tubuhnya gemetaran.