- Novel-Eng
- Romance
- CEO & Rich
- Billionaire
- Marriage & Family
- Love
- Sweet Love
- Revenge
- Werewolf
- Family
- Marriage
- Drama
- Alpha
- Action
- Adult
- Adventure
- Comedy
- Drama
- Ecchi
- Fantasy
- Gender Bender
- Harem
- Historical
- Horror
- Josei
- Game
- Martial Arts
- Mature
- Mecha
- Mystery
- Psychological
- Romance
- School Life
- Sci-fi
- Seinen
- Shoujo
- Shounen Ai
- Shounen
- Slice of Life
- Smut
- Sports
- Supernatural
- Tragedy
- Wuxia
- Xianxia
- Xuanhuan
- Yaoi
- Military
- Two-dimensional
- Urban Life
- Yuri
Bab 740
Kali ini, Carlos tidak marah scperti sebelumnya, dia hanya merasa sedikit putus asa.
Namun, kerena mendapat petunjuk tentang maminya, hatinya kembali mengobarkan harapan baru. Di
saat yang saina, dia juga mcrasa sangat bersemangat!
Meski usianya masih kecil, tapi dia juga tahu, semakin orang bersikap misterius, semakin ada sesuatu
yang disembunyikan.
Dia harus mencari tahu, apa hubungan wanita di vila utara itu dengan maminya?
Kenapa punggungnya terlihat begitu mirip dengan maminya?
Kenapa dia punya cincin mami?
Namun, berhubung saat ini pihak lawan sudah menyadarinya, maka tidak bisa terburu–buru...
Saat sedang berpikir, dari luar tiba–tiba terdengar suara ketukan pintu, kemudian terdengar suara
Danicl, “Carlos, apa papi boleh masuk?”
“Papi!” Carlos buru–buru pergi membuka pintu, “Silakan masuk.”
Daniel berjalan masuk ke kamar, melepaskan jasnya dan menaruhnya di atas sofa kecil, inelihat lihat
Follow on NovᴇlEnglish.nᴇttata letak kamarnya: “Ini masih kamar yang diclckor oleh Bibi Lily saat kamu berusia tiga setengah
tahun. Sekarang kamu sudah besar, apa mau didekor ulang?”
“Tidak perlu, begini lumayan bagus.” Carlos mengambil sebotol jus buah dan memberikannya pada
Danicl, “Di kamarku hanya ada jus buah dan yoghurt, tidak ada bir!”
“Haha!” Daniel tertawa, “Setelah kamu besar, papi buaikan bar kecil di kamarmu.”
“Seberapa besar, baru bisa dikatakan besar?” Carlos menuang segelas susu dingin untuk dirinya
sendiri.
Daniel mengetuk gelas susunya dengan botol jusnya, menatapnya dengan lembut: “Jika dilihat dari
sudut pandang psikologis dan kebijaksanaanmu, kamu sudah termasuk dewasa. Namun, secara fisik,
kamu masih kecil.”
“Terima kasih.” Carlos merasa ini adalah pujian untuknya.
“Carles dan Carla bilang, kamar mereka terlalu kekanak–kanakan, ingin mengubah gayanya, kamu
tidak ingin ganu?” Danicl kembali lagi pada topik ini.
“Tidak.” Carlos melihat–lihat kamarnya sendiri, pandangan matanya jatuh pada foto keluarga yang
tergantung di dinding, “Di kamar ini ada jejak mami dan nenek...”
Mendengar ucapan ini, Daniel langsung terdiam. Di tahun itu, saat Tracy pergi, hanya Carlos yang
melihatnya. Oleh karena itu, banyak hal yang tidak diketahui Carles dan Carla, hanya dia seorang diri
yang tahu...
Dia memang lebih dewasa dibanding anak yang lain. Meski pemahamannya terhadap hal–hal itu
diangkal, tetapi setelalı hal itu berlalu, dia juga tetap bisa berpikir bahwa Tuan Besar–lah van memaksa
Tracy pergi.
Maka, jika dia memiliki rasa benci terhadap Tuan Besar, itu juga bisa dimengerti.
“Kenapa hari ini papi pulang cepat?”
Carlos mengalihkan topik pembicaraan, tidak ingin suasananya menjadi terlalu sedih.
“Kakek Sanjaya mencicpon papi, katanya kamu mengurung diri di kamar, sepanjang hari tidak keluar.
Kakek buyut sangat khawatir, dia tidak makan dan minum seharian...”
Danicl menatap Carlos dalam–dalam.
“Hah? Kakek buyut kenapa tidak makan dan minum?” Carlos sedikit khawatir, “Aku sedang mengurus
Follow on Novᴇl-Onlinᴇ.cᴏmsesuatu di kamar dan aku ada makan.”
“Kakck buyut mencemaskanmu, dia juga merasa bersalah padamu....
Ini pertama kalinya Daniel membahas topik ini dengan Carlos, tetapi dia yang biasanya tidak pandai
mengekspresikan, tidak tahu bagaimana melanjutkan perkataannya.
Daniel sendiri juga punya rasa benci pada kakeknya, bagaimana bisa meminta anaknya pura–pura
bersikap ramah?!
“Lalu?” Carlos mengernyitkan keningnya, “Sebenarnya papi mau bicara apa?”
“Anggap saja kamu membantu papi, tengoklah Kakek buyur.” Daniel mengusap kepala kecilnya
dengan pelan, “Kakek buyut sudah tua, jika tidak makan, dia akan sakit.”
“Oke, aku akan pergi melihatnya,” Carlos langsung setuju. “Tapi, Papi, ada satu hal yang sudah lama
aku pendam, ingin aku tanyakan pada papi.”
“Katakan saja.” Daniel menatapnya dengan lembut.
“Kenapa saat itu papi tidak melindungi Mami?” Mata Carlos yang jernih, memandang Daniel dalam–
dalam, “Kenapa harus melepaskannya?”
Daniel menundukkan kepala, masa lalunya muncul di benaknya, perasaannya campur aduk: “Papi
bukannya tidak melindungi mami, hanya saja, papi tidak melindunginya dengan baik. Papi juga tidak
melepaskannya...”