- Novel-Eng
- Romance
- CEO & Rich
- Billionaire
- Marriage & Family
- Love
- Sweet Love
- Revenge
- Werewolf
- Family
- Marriage
- Drama
- Alpha
- Action
- Adult
- Adventure
- Comedy
- Drama
- Ecchi
- Fantasy
- Gender Bender
- Harem
- Historical
- Horror
- Josei
- Game
- Martial Arts
- Mature
- Mecha
- Mystery
- Psychological
- Romance
- School Life
- Sci-fi
- Seinen
- Shoujo
- Shounen Ai
- Shounen
- Slice of Life
- Smut
- Sports
- Supernatural
- Tragedy
- Wuxia
- Xianxia
- Xuanhuan
- Yaoi
- Military
- Two-dimensional
- Urban Life
- Yuri
Bab 762
“Bukankah gedung kecil di belakang ada ruang medis?” Daniel menyela Lily, mcmelototinya dengan
dingin, “Bagaimana kamu bekerja?”
“Maafkan saya.” Lily menundukkan kepala, tidak berani banyak bicara.
“Untuk apa marah–marah?” Terdengar suara Tuan Besar dari belakang, berkata pada Daniel; “Jangan
mengganggu pasien yang sedang istirahat. Kalau ada masalah, bicarakan di ruang kerja.”
Daniel sangat murka, tapi tetap ikut ke ruang kerja di lantai satu. Lily sangat tidak tenang. Ryan
melakukan sebuah gerakan tangan padanya, mengisyaratkannya agar tidak cemas.
Setibanya di ruang kerja, Daniel bertanya dengan kesal: “Bukankah sudah sepakat untuk tinggal di
gedung kecil belakang? Kakek mau membawanya ke sini untuk diobati, aku tidak keberatan, tapi tidak
perlu sampai harus tinggal di sini, ‘kan? Bahkan tinggal di kamar itu?”
“Kamu juga sudah berjanji untuk menemaninya, kenapa pergi lebih awal?” Tuan Besar bertanya balik
padanya.
“Ini dua inasalah yang berbeda!” Daniel sangat marah.
“Berhubung kamu bisa membuat keputusan sendiri, aku juga bisa.” Tuan Besar berkata dengan tegas,
Follow on NovᴇlEnglish.nᴇt“Di kamar itu ada peralatan, lebih praktis untuk tinggal dan melakukan pengobatan.”
“Ini rumahku.” Danic) berseru.
“Kalau tidak ada aku, kamu punya rumah?”
Tuan Besar menaikkan alis, aura yang mendominasi dan kuat muncul lagi.
“Kakek sungguh tidak adil.” Terdapat api amarah dalam hati Daniel, tapi dia berusaha
mengendalikannya, “Aku sudah terus mengalalı, Kakek malah terus meminta lebih ..….”
“Victoria pernah menyelamatkan Carla. Dia berjasa pada keluarga Wallance.” Tuan Besar langsung
membuat kesimpulan, “Sekarang dia terluka parah, jadi tinggal di rumah kita untuk menjalani
perawatan. Kamu malah marah–maralı, apa itu pantas?”
“Aku tidak bilang tidak mengizinkannya datang, hanya saja, tidak boleh tinggal di kamar itu.....”
“Dia sudah di sana, memangnya kenapa?” Tuan Besar kembali berdalih.
“Kakck......” Daniel sungguh sangat emosi.
“Tuan, jangan marah.” Sanjaya segera meredakan situasi, dan menjelaskan,” Sebenarnya sebelumnya
Tuan Besar tidak berencana membiarkan Nona Victoria tinggal di kamar itu, benar benar ingin
mengaturnya untuk tinggal di gedung kecil belakang.
Tapi saat tiba di rumah, tiba–tiba dia merasa tidak enak badan, perlu segera menghirup oksigen.
Gedung kecil itu belum dibereskan sepenuhnya, maka sementara tinggal di sana dulu.......
“Tidak perlu dijelaskan padanya.” Tuan Besar marah sampai wajahnya pucat, “Bukankah hanya
sebuah kamar? Memangnya kenapa kalau tinggal sebentar? Sekarang aku bahkan tidak punya hak
untuk mengatur??”
“Tuan Besar, jangan emosi......
“Daniel, kamu harus ingat.” Tuan Besar menunjuk Daniel, memperingatkannya dengan marah, “Semua
yang kamu miliki sckarang adalah pemberianku. Kalau tidak ada aku, kamu bukanlah apa–apa!
Kalau kamu masih berani bertindak sembrono, tidak mendengarkan ucapanku, maka aku akan
memberikan semua saham Grup Wallance pada Billy. Tiba saatnya, Lorenzo akan membuatmu mati
semudalı mematikan semut!!”
“Kakek mengancamku??” Ekspresi Daniel menjadi sangat muram tatapannya juga menjadi dingin,
“Kakek sungguh mengira, dengan meninggalkan Kakek, aku tidak bisa melakukan apa apa?”
“Kamu bisa mencobanya.” Tuan Besar menunjuk padanya dengan kejain.
“Coba ya coba....”
Follow on Novᴇl-Onlinᴇ.cᴏm“Tuan Daniel, jangan cmosi.”
Ryan segera menghentikan Daniel mengucapkan kata–kata kejam.
Di saat yang sama, Sanjaya juga membujuk, “Tuan Besar, Anda jangan begitu emosi! Anak–anak
sudah besar, harus diajari pelan–pelan.....”
“Anak–anak apa? Sudah 30 tahun, masih anak–anak?” Tuan Besar murka, “Ketiga cicitku itu barulah
anak–anak! Orang seperti ini, demi obscsinya sendiri, icrjerat di masa lalu schiap hari, tidak
memikirkan masa depan anak–anak, chois!”
“Siapa sebenarnya yang egos? Kalau bukan karena Kakek egois, keluarga ini bisa menjadi seperti
ini?”
“Kamu.... Kamu masih berani memberi pelajaran padaku?”
“Jangan ribut lagi, jangan ribut lagi. Repot kalau sampai membangunkan anak–anak....”
Sanjaya membujuk dengan cemas, melakukan sebuah gerakan tangan pada Ryan di saat yang sama,
mengisyaratkannya untuk menarik Daniel keluar.
Ryan sama sekali tidak bisa menghadapi Daniel.
Sanjaya terpaksa mendorong kursi roda Tuan Besar dan berjalan ke arah luar: “Tuan Besar, jangan
emosi. Kalau sampai ketiga anak itu mclihatnya, mereka akan mengkritik Anda lagi......