- Novel-Eng
- Romance
- CEO & Rich
- Billionaire
- Marriage & Family
- Love
- Sweet Love
- Revenge
- Werewolf
- Family
- Marriage
- Drama
- Alpha
- Action
- Adult
- Adventure
- Comedy
- Drama
- Ecchi
- Fantasy
- Gender Bender
- Harem
- Historical
- Horror
- Josei
- Game
- Martial Arts
- Mature
- Mecha
- Mystery
- Psychological
- Romance
- School Life
- Sci-fi
- Seinen
- Shoujo
- Shounen Ai
- Shounen
- Slice of Life
- Smut
- Sports
- Supernatural
- Tragedy
- Wuxia
- Xianxia
- Xuanhuan
- Yaoi
- Military
- Two-dimensional
- Urban Life
- Yuri
Bab 796
Namun, ketika penyakitnya menyerang, kesadarannya tidak jelas dan tidak dapat mengingat siapa
yang dia gigit dan bahkan tidak yakin, apakah dia benar–benar telah menggigit seseorang.
Dia tidak banyak berpikir, terkubur di dalam dadanya dan lanjut tidur...
Setelah beberapa saat, ponsel di samping ranjang bergetar, Daniel tiba–tiba bangun, membuka
matanya dan menyadari fajar sudah menyingsing dan orang yang menelepon adalah Ryan.
Jika tidak pulang, Tuan Besar akan menyadarinya.
Daniel menggerakkan tubuhnya dengan hati–hati, karena takut membangunkan Tracy.
Tapi Tracy lctap terbangun, membuka matanya yang mengantuk dan menatapnya: “Ada apa?”
“Kamu sudah bangun?” Daniel menatap wajahnya yang cantik dengan penuh keengganan, “Aku harus
pergi.”
“Hm.” Tracy berguling dan tcrus tidur dengan punggung membelakanginya.
Daniel membungkuk dan mencium bahunya, lalu dengan enggan mundur dan dengan cepat
mengenakan pakaiannya, lalu pergi kejendela...
Follow on NovᴇlEnglish.nᴇtTracy tidak menoleh ke belakang, tapi dia bisa merasakan kelincaliannya dari hembusan angin.
Secara logika, dia seharusnya bukan orang biasa.
Namun, jauh di lubuk hatinya, dia memiliki kepercayaan yang tak bisa dijelaskan padanya.
Terserah dia pergi ke mana...
Saat memikirkan hal ini, Tracy tertidur lagi...
Daniel berlari sepanjang jalan kembali ke vilanya dan masuk dari taman belakang, mendarat tepat di
luar jendela Tuan Besar.
Tuan Besar sudah bangun dan duduk di kursi roda, minum teh menghadap jendela yang besar.
Daniel segera melompat ke balkon di lantai dua.
Tuan Besar mengangkat kepalanya dengan waspada. Dia tidak melihat apa–apa, tapi dia masih
merasa gelisah: “Apa yang terjadi? Tadi aku merasa seperti ada sesuatu yang melompat keluar dari
jendela.”
“Mungkin seekor kucing.” Sanjaya berspekulasi, “Dengar–dengar, Tuan Eric pelihara banyak kucing di
sini dan berkeliaran ke mana–mana.”
“Lihatlah, apa anak itu sudah bangun.” Tuan Besar selalu merasa ada yang tidak beres.
“Tadi aku sudah mclihatnya dan dia masih tidur.“Sanjaya menasiliati, “Sekarang baru jam clclapan, tadi
malam ia juga tidur sangat larut. Biarkan dia tidur Icbih lama lagi.
“Tidak peduli seberapa sibuknya dia, dia selalu bangun jam enam pagi untuk berolahraga.” Tuan Besar
mengerukan kening dan berkata, “Anch, hari ini sampai jam delapan dia belum bangun.”
“Baiklah, saya akan pergi melihatnya.”
Sanjaya berbalik dan hendak keluar. Pada saat ini, sescorang mengetuk pintu dan terdengar suara
Ryan, “Tuan Besar, Tuan Daniel bertanya apa Anda sudah bangun? Apa ingin sarapan bersama?”
Sanjaya melirik Tuan Besar dan bergegas membuka pintu: “Tuan Daniel sudah bangun?”
“Baru saja bangun, sedang mandi dan berganti pakaian.” Ryan berkata sambil tersenyum, “Nona
Victoria juga sudah bangun, haruskah aku meminta orang untuk menyiapkan sarapan?”
“Oke, siapkan saja.” Sanjaya mengangguk.
“Baik.” Ryan segera pergi untuk memerintah.
Sanjaya mengangkat kepalanya dan melirik kamar tidur utama di lantai dua. Pelayan mengetuk pintu
Follow on Novᴇl-Onlinᴇ.cᴏmuntuk melaporkan bahwa dia mengantarkan pakaian, terdengar suara Daniel: “Masuk.”
Kemudian, pelayan mendorong pintu dan masuk.
Sanjaya menutup pintu, berbalik dan berkata kepada Tuan Besar, “Lihatlah, tidak ada apa–apa, tapi
Anda tidak percaya.”
“Baguslah jika tidak ada apa–apa.” Tuan Besar mengangguk, “Sepertinya aku terlalu curiga.”
“Iya, Anda jangan terlalu khawatir.” Sanjaya membujuk dengan getir, “Aku lihat hubungan antara Tuan
Daniel dengan Nona Victoria berkembang dengan sangat baik.”
“Kuharap begitu.” Tuan Besar menghela napas lega, “Aku akan pulang setelah sarapan. Ketiga cicitku
ada di rumah dan tidak ada yang menjaga mereka. Aku sangat kliawatir.”
“Oke, akan segera kuatur.” Sanjaya mengangguk sambil tersenyum.
Ryan memerintahkan pelayan untuk menyiapkan sarapan, lalu naik ke atas.
Pada saat ini, Daniel sudah berganti pakaian dan merapikan rambutnya di depan cermin: “Tuan Besar
tidak curiga, ‘kan?”
“Seharusnya tidak curiga, aku lihat Kiki sudah menyiapkan mobil. Kira–kira setelah sarapan,
Tuan Besar akan kembali.” Ryan menghcla napas lega.
“Hm, baguslah.” Daniel memakai sepatunya dan hendak turun. Pada saat ini, Hartono buru–buru
datang untuk mclaporkan, “Tuan Danicl, Duke Louis datang!”