- Novel-Eng
- Romance
- CEO & Rich
- Billionaire
- Marriage & Family
- Love
- Sweet Love
- Revenge
- Werewolf
- Family
- Marriage
- Drama
- Alpha
- Action
- Adult
- Adventure
- Comedy
- Drama
- Ecchi
- Fantasy
- Gender Bender
- Harem
- Historical
- Horror
- Josei
- Game
- Martial Arts
- Mature
- Mecha
- Mystery
- Psychological
- Romance
- School Life
- Sci-fi
- Seinen
- Shoujo
- Shounen Ai
- Shounen
- Slice of Life
- Smut
- Sports
- Supernatural
- Tragedy
- Wuxia
- Xianxia
- Xuanhuan
- Yaoi
- Military
- Two-dimensional
- Urban Life
- Yuri
Bab 822
Itu adalah foto keluarga yang dipotret saat Daniel dan Tracy mengambil foto pernikahan di pantai.
Mereka sekeluarga lima orang, ditambah Roxy dan Bibi Juni, sebenarnya enam orang dan satu hewan
peliharaan, semuanya tersenyum bahagia menghadap kamera.
Sejak saat itu, selembar foto keluarga digantung di kamar setiap orang.
Tuan Besar memerintahkan untuk menurunkan foto itu, tapi ketiga anak itu mati–matian
mempertahankannya, akhirnya Tuan Besar pun hanya bisa menyerah.
Anak–anak seusia ini biasanya sangat pelupa, tapi mereka terus mengingat wajah mami dan nenek
mereka, juga mengingat setiap momen kebersamaan dengan mereka.
“Papi, apa Papi merindukan Mami?” Carlos melihat mengikuti arah tatapan Daniel.
“Ya.” Daniel duduk di sofa, tubuhnya yang tinggi besar terlihat tidak sesuai dengan sofa kecil itu,
“Sofamu terlalu kecil, nanti akan Papi ganti dengan yang lebih besar.”
“Papi selalu berkata seperti itu setiap kali masuk ke kamarku.”
Carlos mengambil sebotol minuman untuknya.
Follow on NovᴇlEnglish.nᴇtDaniel mengelus–elus kepala Carlos, “Papi akan segera pergi dinas, mungkin baru akan kembali
setelah dua hingga tiga hari. Beberapa hari ini, kalian harus patuh di rumah, ada Kakek Buyut yang
menjaga kalian. Jika ada masalah, kalian bisa memberitahunya.”
“Apa Kakek Buyut masih belum kembali ke Negara Maple?” Carlos sedikit mengerutkan kening.
“Setelah Papi kembali, Kakek Buyut baru pergi.” Daniel mencubit pipi Carlos, “Sepertinya kamu juga
menginginkan Kakek Buyut pergi?”
“Em, penggunaan kata ‘juga‘ ini sangat bagus.” Carlos mengangguk seperti orang dewasa.
“Hahahaha...” Daniel tertawa keras.
as
Sifat Carlos sangat mirip dengannya, cara bicaranya juga sangat mirip. Meskipun ia tidak banyak
bicara, tapi semua perkataannya mengenai inti.
“Sudah waktunya Papi pergi.” Daniel berdiri.
“Ya.” Carlos mengangguk, “Papi tenang saja, aku akan menjaga Carles dan Carla dengan baik.”
“Kamu juga masih kecil, cukup menjaga diri sendiri dengan baik. Biar mereka dijaga oleh orang
dewasa.” Daniel mengelus kepala Carlos, “Papi berharap kamu juga bisa tumbuh besar tanpa beban,
seperti Carles dan Carla!”
“Terima kasih, Papi.” Carlos merasa sedikit tersentuh.
Daniel berdiri dan bersiap pergi. Saat dia berjalan sampai ke pintu, tiba–tiba Carlos berteriak, “Papi!”
“Em?” Daniel langsung berhenti dan menoleh melihat Carlos.
“Mereka bilang Papi menjalin hubungan dengan Bibi Victoria, apa benar?” Carlos menatapnya lekat–
lekat.
“Tidak.” Daniel tidak menjelaskan terlalu banyak, hanya menjawab dengan sederhana dan pasti,
“Hanya ada mamimu di hati Papi!”
“Baguslah kalau begitu.” Carlos bernapas lega, “Jika Mami kembali, Papi pasti sangat gembira, kan?”
“Tentu saja.” Daniel menyunggingkan senyum menawannya, matanya penuh dengan pengharapan,
“Mami akan segera kembali ke sisi kita...”
“Pasti.” Carlos sangat yakin, “Kita sekeluarga akan segera berkurnpul kembali.”
Daniel merasa perkataan Carlos ini sepertinya membawa semacam keyakinan yang kuat. Dia pun
Follow on Novᴇl-Onlinᴇ.cᴏmberpikir bahwa Carlos mungkin mengetahui sesuatu...
“Baiklah, Papi, cepat pergi.” Carlos mengingatkan, “Paman Ryan dan Paman Thomas sedang
menunggu Papi.”
“Ya, Papi pergi.” Daniel berjongkok dan memeluk Carlos, lalu berbalik pergi.
Menatap bayangan Daniel, dalam hati Carlos berkata, ‘Papi, aku pasti akan menemukan Mami
kembali...’
“Carlos.” Pada saat ini, Tuan Besar keluar dari kamar dengan didorong oleh Sanjaya, “Kakek Buyut
bersiap pergi ke sekolah untuk menjemput Carles dan Carla. Apa kamu ingin ikut?”
“Aku tidak ikut, nanti sore ada kelas sains.”
Carlos melihat jam tangannya, sekarang sudah pukul dua lebih.
“Baiklah.” Tuan Besar tidak berpikir begitu banyak, tapi dia tetap berpesan dengan tegas, “Kalau
begitu, kamu jangan kemana–mana ya. Kita akan segera kembali.”
“Oke, tenang saja.” Carlos berkata dengan patuh, “Aku antar Kakek Buyut turun.”
“Oke, terima kasih, Carlos.”
Tuan Besar merasa sangat senang. Beberapa waktu ini sikap Carlos terhadapnya sudah membaik,
kerenggangan di antara mereka berdua juga sudah hilang, seolah–olah kembali ke masa dulu...
Dia berharap bisa terus seperti ini.