- Novel-Eng
- Romance
- CEO & Rich
- Billionaire
- Marriage & Family
- Love
- Sweet Love
- Revenge
- Werewolf
- Family
- Marriage
- Drama
- Alpha
- Action
- Adult
- Adventure
- Comedy
- Drama
- Ecchi
- Fantasy
- Gender Bender
- Harem
- Historical
- Horror
- Josei
- Game
- Martial Arts
- Mature
- Mecha
- Mystery
- Psychological
- Romance
- School Life
- Sci-fi
- Seinen
- Shoujo
- Shounen Ai
- Shounen
- Slice of Life
- Smut
- Sports
- Supernatural
- Tragedy
- Wuxia
- Xianxia
- Xuanhuan
- Yaoi
- Military
- Two-dimensional
- Urban Life
- Yuri
Bab 883
Setelalı Lily meninggalkan kamar pasien, ia diam–diam menelepon Ryan memberitahu situasi di rumah
sakit kepadanya.”
Saat Ryan mendengar tiga anak sakit, ia bergegas ke ruang kerja untuk melaporkan hal ini.
Kebetulan Daniel sedang sibuk mengurusi masalah perusahaan. Ketika mendengar kabar ini, ia
langsung menghentikan aktivitasnya, “Kenapa bisa sakit? Jangan–jangan terluka?”
“Bukan.” Ryan menggelengkan kepala, “Lily bilang, tiga anak tidak terluka. Hanya demam tinggi belum
turun, scharusnya karena guncangan yang keras.”
“Siapkan mobil, pergi ke rumah sakit.” Daniel lekas mengambil jasnya dan berlari ke luar.
“Hartono, siapkan mobil.”
“Baik.”
Di rumah sakit.
Tracy memeluk Roxy duduk bersandar di sofa. Ia memandang tiga anak dengan hening.
Mereka semua tidur terlelap, tetapi karena tubuli mereka tidak nyaman, kening kecil mereka masih
berkerut,
Di saat ini, Lily mengetuk pintu mengecek suhu tubuh anak, lalu lekas melapor. “Suhu tubuh sudah
Follow on NovᴇlEnglish.nᴇtstabil, seharusnya akan baik–baik saja. Aku akan meminta orang menyiapkan kamar di sebelah. Anda
istirahatlab.
“Tidak perlu, aku menemani mereka di sini.” Tracy melihat jam tangan, sudah pukul empat subuh,
“Kamar sebelah untuk pengawalku saja, tolong bilang pada mereka.” A
“Baik.” Lily memberikan Tracy sebuah selimut, lalu meninggalkan kamar itu.
Tracy menggunakan sudut selimut menyelimuti Roxy yang baru saja tcrtidur, lalu menangkup dagunya
lanjut memandang anak–anak yang terbaring di atas ranjang..
Jclas–jelas ia sangat lelah, tetapi ia tidak bisa tidur.
la hanya bisa memandang mereka.
Ketika melihat mereka tidur lelap, hatinya merasa sangat puas dan damai.
Ia hanya berharap momen ini dapat berhenti, agar ia dapat sering menemani anak–anaknya.
Tiba–tiba, sesosok tubuh terlihat melalui celah di bagian bawah pintu. Tracy menoleh kepala dengan
cepat, mengambil pistolnya, berdiri dan bersembunyi di belakang pintu tanpa bersuara...
Pintu kamar pelan–pelan dibuka, sesosok tubuh tinggi dan ramping berjalan masuk....
Tracy lekas menodong pistol itu ke arahnya, tetapi orang itu merebut pistolnya secepat kilat, kemudian
menahan lcher dan mengarahkan pistol kc keningnya.
Gerakan ini dilakukan dalam satu detik.
Scccpat kilat.
Lalu, ketika kedua orang ini saling melihat wajah satu sama lain, mereka mau tak mau tercengang!
“Siapa?”
“Lancang!”
Dari luar, delapan pengawal wanita keluarga Moorc dan delapan pengawal laki–laki keluarga Wallance
mengeluarkan pistol saling menodong satu sama lain.
Situasi tegang dan saling berkonfrontasi!
Scorang perawat yang berjalan di antara kedua pihak, mengangkat tangan dengan tubuh gemetar. la
menangis ketakutan dengan panik, “Ampun, ampun!”
Daniel melepaskan Tracy, menggunakan satu jarinya mengembalikan pistol padanya, lalu memberi
perintah kepada orang di luar, “Salah paham, orang sendiri!”
Pengawal keluarga Wallance lckas menurunkan pistol.
Tetapi, delapan pengawal wanita masih tetap menodong pistol ke arah mereka.
“Turunkan senjata.” gumam Tracy.
Kemudian, delapan pengawal wanita baru menurunkan pistol dan menyingkir ke samping.
Follow on Novᴇl-Onlinᴇ.cᴏmDua sisi di koridor itu, satu sisi berdiri delapan pengawal laki–laki, satu sisi lain berdiri dclapan
pengawal wanita. Mereka saling memelototi satu sama lain dengan benci, scolah kapan pun siap
berkelahi.
Perawat wania itu ketakutan lingga kedua kakinya tak berhenti gemetar, lalu lekas mclarikan diri.
Daniel menutup pintu.
“Untuk apa kamu kemari?” Tracy memelototinya dengan dingin.
“Melihat anak–anak.”
Daniel berjalan ke tepi ranjang dengan pelan, lalu meraba kening tiga anak. Ia menghela napas lega
ketika mengetahui anak–anak sudah tidak demam tinggi.
“Selesai lihat, boleh pergi.” ucap Tracy dengan dingin.
Daniel mengabaikannya, melepaskan jas dan berjalan ke sofa. Ketika ia hendak duduk, ia hampir saja
menduduki tubuh Roxy....
“Hei!” Tracy bergegas maju, tetapi karena kakinya terpeleset, badannya jatuh ke dalam pelukan Danici.
Danicl lckas mengulurkan tangan untuk memeluknya, tetapi kedua tangannya malah menyentuh
dadanya.
Wajahnya membeku, lalu menatap Tracy dengan tercengang....
Tiba–tiba, ada sesuatu yang menyentuh bagian jantungnya. Ia menundukkan kepala, mengernyitkan
koning, lalu melepaskan tangannya...