- Novel-Eng
- Romance
- CEO & Rich
- Billionaire
- Marriage & Family
- Love
- Sweet Love
- Revenge
- Werewolf
- Family
- Marriage
- Drama
- Alpha
- Action
- Adult
- Adventure
- Comedy
- Drama
- Ecchi
- Fantasy
- Gender Bender
- Harem
- Historical
- Horror
- Josei
- Game
- Martial Arts
- Mature
- Mecha
- Mystery
- Psychological
- Romance
- School Life
- Sci-fi
- Seinen
- Shoujo
- Shounen Ai
- Shounen
- Slice of Life
- Smut
- Sports
- Supernatural
- Tragedy
- Wuxia
- Xianxia
- Xuanhuan
- Yaoi
- Military
- Two-dimensional
- Urban Life
- Yuri
Bab 116
“Tenang saja, tidak perlu kamu katakan pun, kami pasti akan melayani wanita cantik ini dengan baik,
hahaha.”
Mereka bertiga meneteskan air liur. Melihat Tracy yang terbaring di atas sofa, mereka tidak bisa
menahan kegembiraan.
Yuni berjalan keluar dari ruangan. Kemudian ia mengunci ruangan itu. Memandang Tracy dengan
pandangan dingin, sudut bibirnya terangkat menyunggingkan senyuman sinis…
“Tracy, jangan takut. Sekarang juga aku pergi mencari pacarmu. Biar ia melihat tingkah nakalmu,
mungkin ia akan semakin mencintaimu! Hahaha….”
“Wanita cantik, kami datang!” Seorang pria berambut flattop mengulurkan tangan kotornya kepada
tracy.
“Tunggu.” Seorang pria botak lainnya mengeluarkan ponsel. “Wanita seseksi ini, mana cukup main
sekali saja? Seharusnya kita merekamnya. Dengan begitu, kedepannya dia masih bisa kita gunakan.”
“Kakak, kamu pintar sekali.”
Kedua pria lainnya memuji.
Pria botak itu meletakkan ponsel dan menyalakan mode rekaman. Kemudian mengeluarkan 3 topeng
Follow on NovᴇlEnglish.nᴇtdan dibagikan kepada dua teman lainnya, “Pakai topeng, jika videonya tersebar, tidak ada yang tahu
kita yang melakukannya.”
“Kakak, kamu memang bisa diandalkan!”
“Cepat, kalian berdua minggir. Aku duluan!”
“Eh… oke, cepat sedikit!”
“Aku sangat menantikannya!” Pria berkepala botak mendekati Tracy dengan cabul, “Wanita cantik, aku
datang!”
Yuni hendak kembali ke ruang VIPnya, tapi malah bertemu Daniel di tengah jalan!
Kelap-kelip lampu tidak bisa menyembunyikan aura neraka di tubuhnya. Mata hitam dengan aura
binatang buas mendekatinya langkah demi langkah, “Di mana Tracy?”
“Presdir Daniel…” Yuni tersenyum kaku. Ia memaksa dirinya untuk bersikap tenang, namun suaranya
malah gemetar, “Tracy, ia minum banyak. Aku ingin membawanya keluar menghirup udara segar.
Tetapi, saat aku mengambil air untuknya, ia malah hilang dari pandanganku… Ah…
Ucapan Yuni belum selesai, lehernya sudah langsung dicekik oleh Daniel.
Tangan itu bagaikan cakar binatang buas, seketika membuat Yuni sulit bernapas.
Yuni membuka mulutnya, matanya penuh dengan ketakutan….
Pria di hadapannya bukanlah manusia, melainkan dewa kematian penentu takdir. Jika ia menggunakan
tenaga lebih besar lagi, hidup Yuni pasti berakhir!
“Dia, di, mana?”
Daniel meraung menggertakan gigi. Suaranya seperti binatang buas yang sedang menginterogasi
mangsanya.
“Ah…” Tangan Yuni gemetar, ia menunjuk sebuah ruangan yang terkunci.
Dua orang pengawal berbaju hitam memimpin yang lain menuju ruangan itu.
Daniel tidak melepaskan Yuni, malahan menarik rambutnya, menyeretnya ke arah ruangan
terbengkalai itu.
“Ah–”
Sepanjang jalan, beberapa tamu yang melihat ini sangat ketakutan. Ada yang berteriak dan melarikan
diri.
“Kumohon padamu, lepaskan aku. Aku tidak tahu apa-apa–”
Yuni menendang-nendangkan kaki dengan panik, matanya membelalak penuh ketakutan. Ia tidak
berhenti memohon.
“Ah–”
Follow on Novᴇl-Onlinᴇ.cᴏmTerdengar suara ketakutan dari dalam ruangan. Para pria itu belum sempat beraksi, sudah terlebih
dahulu ditendang jauh oleh Ryan.
Tubuh gemuk itu menabrak dinding dan jatuh ke lantai. Terdengar suara keras ‘brak’, lalu kemudian
hening.
Kedua pria lainnya ingin melarikan diri, namun mereka langsung dibekuk oleh pengawal, lalu berlutut di
lantai.
Daniel berjalan masuk dan melempar Yuni ke dalam.
Kedua pria itu langsung menunjuk Yuni, “Dia, dia yang membayar kami untuk melakukannya…”
“Bukan, aku tidak…” Yuni menggelengkan kepala dengan ketakutan.
Daniel mengabaikan mereka, kemudian ia melepaskan mantelnya menutupi tubuh Tracy. Ia
menggendong Tracy meninggalkan ruangan itu. Tak lupa, ia memerintah tanpa menolehkan kepala
sedikitpun, “Kalian layani wanita itu sesuai yang dia perintahkan sebelumnya!”
Kedua pria itu bengong, lalu menganggukkan kepala, “Baik, baik!”
“Jangan, jangan, jangan…”
Teriakan ketakutan Yuni terdengar dari dalam ruangan, tetapi tidak ada yang menghiraukan….
“Manusia berdosa ini tidak boleh hidup!”
Ryan mengucapkan perkataannya lalu pergi dengan bawahan lainnya.