- Novel-Eng
- Romance
- CEO & Rich
- Billionaire
- Marriage & Family
- Love
- Sweet Love
- Revenge
- Werewolf
- Family
- Marriage
- Drama
- Alpha
- Action
- Adult
- Adventure
- Comedy
- Drama
- Ecchi
- Fantasy
- Gender Bender
- Harem
- Historical
- Horror
- Josei
- Game
- Martial Arts
- Mature
- Mecha
- Mystery
- Psychological
- Romance
- School Life
- Sci-fi
- Seinen
- Shoujo
- Shounen Ai
- Shounen
- Slice of Life
- Smut
- Sports
- Supernatural
- Tragedy
- Wuxia
- Xianxia
- Xuanhuan
- Yaoi
- Military
- Two-dimensional
- Urban Life
- Yuri
Bab 34
“Apakah harus terluka parah?” Alice berteriak marah.
“Karena kedua belah pihak tidak setuju, mari kita lihat cctv.” Tracy berdiri, “Cctv terpasang di beberapa
sudut kelas, lihat cctv saja pasti kita tahu kebenarannya.”
“Ini…” Bu Lucy agak keberatan.
“Bu Lucy!” Tracy marah ketika dia melihat sikap kepala sekolah–
“Anda bahkan belum melihat cctv, kenapa sudah menyimpulkan bahwa anakku memukul orang lain
dan merusak mobil? Karena tidak ada bukti kenapa anakku harus dihukum? Apakah karena pihak lain
adalah kaum bangsawan? Apakah sekolah ini hanya dibuka untuk orang kuat dan berkuasa?”
“Bu, apa-apaan ini?” Bu Lucy berkata dengan dingin, “Jika menurut Anda sekolah ini tidak bagus,
silakan keluar.”
“Benar.” Alice mencibir, “Karena kita adalah saudara, jika anakmu putus sekolah, maka aku malas
menuntutnya, anggap saja uang ganti rugi 160 juta itu adalah uang sedekah!”
“Ganti rugi? Ganti rugi apa?” Tracy membantah
Follow on NovᴇlEnglish.nᴇt“Anakmu lah yang memecahkan jendela mobil, kenapa kami yang ganti rugi?
Anakmu mengecat rambut putriku, ini belum aku perhitungkan, malah meminta anakku putus sekolah?
Seharusnya anakmu yang putus sekolah.”
“Apakah kamu melihat sendiri kalau putraku mengecat rambut putrimu?” Alice segera berdiri.
“Kenapa kamu tidak bertanya kepada putramu?” Tracy menatap Christian,
Christian mengangkat kepalanya dengan angkuh, tapi ketika dia melihat mata tajam Tracy, dia merasa
agak takut.
“Chris, katakan padanya bahwa kamu tidak melakukannya!” Alice memeluk putranya dan berkata
dengan agresif, “Jangan khawatir mami ada di sini, tidak ada yang bisa menyalahkanmu.”
“Mami, aku…” Christian berbicara dengan ragu.
Pada saat itu pintu ruang kepala sekolah terbuka. Bibi Juni membawa Carla masuk ke dalam.
“Mami!”
Ketika Carla melihat Tracy, dia berlari ke pelukan ibunya. Matanya yang besar seperti anggur
ungu dipenuhi dengan air mata dan isak tangisnya membuat orang merasa iba
“Mami, Christian mengecat rambutku, nenek sudah berkali–kali mencuci rambutku, tapi tetap saja tidak
bisa bersih. Apakah aku harus potong rambut?”
Air mata mengalir begitu dia selesai bicara, “Aku tidak mau potong rambut, aku mau rambutku tetap
panjang.”
Tracy buru-buru memeluk Carla dan menghiburnya: “Carla jangan takut ya, mami akan cuci lagi di
rumah, pasti bisa hilang.”
“Iya.” Carla terisak sedih, wajah kecilnya yang merah muda dan lembut penuh dengan air mata
membuat orang merasa iba.
“Carla jangan nangis …” Christian buru-buru turun dari sofa dan berjalan ke arahnya, “Aku hanya
bercanda denganmu, bukan membulimu ...‘
“Chris!” Alice segera menutup mulut putranya agar tidak bicara lagi.
“Hah!” Tracy mencibir dan melihat Bu Lucy, “Apakah Anda dengar itu?”
Bu Lucy salah tingkah, tidak tahu bagaimana harus menjawabnya.
Bu Anita berkata dengan pelan, “Saya sudah tanya siswa lain dan memang Chris yang mengecat
Follow on Novᴇl-Onlinᴇ.cᴏmrambut Carla.
Chris tidak sengaja, dia hanya ingin bermain dengan Carla, tapi diabaikan, jadi dia menggunakan cara
ini untuk menarik perhatiannya...”
“Diam!” Bu Lucy menyela dan memarahinya, “Pak Stanley adalah Presdir sekolah kita dan putranya
adalah VIP, Jika kita membuatnya marah, sekolah kita pasti ditutup.”
“Bagus jika Anda tahu.” Alice berkata dengan dingin, “Pokoknya hanya bisa pilih salah satu dari kami,
Anda pikirkan saja!”
“Nyonya Alice, tentu saja saya harap Anda yang menetap.” Bu Lucy segera berkata, “Ibu Tracy, saya
minta maaf, saya akan mengembalikan uang sekolah, Anda dapat mencari sekolah lainnya…”
“Bu Lucy...”
“Tidak boleh.”
Sebelum Tracy selesai bicara, Christian tiba-tiba menarik tangan Alice ke arah Bu Lucy dan berkata
dengan cemas, “Jangan biarkan Carla pergi!”
“Chris...”
“Jika Carla pergi, aku tidak mau sekolah.”
Christian berteriak pada Alice dengan nada tinggi.