- Novel-Eng
- Romance
- CEO & Rich
- Billionaire
- Marriage & Family
- Love
- Sweet Love
- Revenge
- Werewolf
- Family
- Marriage
- Drama
- Alpha
- Action
- Adult
- Adventure
- Comedy
- Drama
- Ecchi
- Fantasy
- Gender Bender
- Harem
- Historical
- Horror
- Josei
- Game
- Martial Arts
- Mature
- Mecha
- Mystery
- Psychological
- Romance
- School Life
- Sci-fi
- Seinen
- Shoujo
- Shounen Ai
- Shounen
- Slice of Life
- Smut
- Sports
- Supernatural
- Tragedy
- Wuxia
- Xianxia
- Xuanhuan
- Yaoi
- Military
- Two-dimensional
- Urban Life
- Yuri
Tiga Harta Ayah Misterius Ternyata Seorang Bos Besar
Tiga Harta Ayah Misterius Ternyata Sang Bos Besar Bab 311
Bab 311
Sault melihat sampai di sini, air mata Tuan Besar mengalir......
Mungkin karena sudah tua, maka lebih mudah menangis.
Malam ini, dia dibuat sangat terharu oleh bocah cilik tersebut.
“Siapa Carles?” Perawat bertanya.
“Adik laki–lakiku, dia mengalami kecelakaan, sedang diobati.” Mata Carlos memerah, suara sedikit
tcrcekal, “Aku tidak melindunginya dengan baik. Seharusnya aku menarik tangannya dengan crat,
dengan begitu, dia tidak akan berlari mengejar kucing, juga tidak akan tertabrak mobil.”
“Jangan cemas, dia akan baik–baik saja.” Air mata perawat tersebut mengalir, ia segera menyeka air
matanya dan inembujuk, “Kamu lapar, ‘kan? Kakak belikan makanan untukmu.”
“Tidak perlu.” Carlos segera menolak, “Mami mengajariku, tidak boleh sembarangan merepotkan orang
lain. Carla sakit, aku tidak berdaya, hanya bisa meminta bantuanmu, tapi aku sendiri baik baik saja,
tidak boleh merepotkanmu......”
**Tapi.....
“Aku mau pergi melihat Carles.” Carlos menyela perawat tersebut, membungkuk lagi padanya, “Tolong
Follow on NovᴇlEnglish.nᴇtjaga Carla dengan baik, terima kasih.”
“Baik, baik, aku pasti menjaganya dengan baik, kamu tenang saja!” Perawat menyeka air mata dan
berjanji.
“Terima kasih.” Carlos berbalik dan pergi.
Tuan Besar buru–buru bersembunyi di belakang lemari yang ada di sampingnya, menjulurkan kepala,
melihat Carlos secara diam–diam.
Carlos berjalan keluar dari bangsal, mencari perawat lain untuk meminta sebuah gelas sekali pakai
lagi, pergi ke dispenser, minum tiga gelas air hangat secara berturut–turut, berserdawa, lalu pergi ke
lantai atas lagi.
Tuan Besar sangat terharu sampai berlinang air mata, tanganmya gemclar, perlahan–lahan naik ke
lantai atas dengan tongkat.
Di belakang, Sanjaya menghampiri dengan tergesa–gesa: “Tuan Besar, aku mencari Anda ke mana–
inana, mengagetkanku saja, aku inengira terjadi sesuatu pada Anda.”
“Bagaimana dengan anak itu? Tuan Besar kembali dingin seperti biasa.
“Sudah keluar dari unit gawat darurat Dokter bilang tidak membahayakan nyawa.” Sanjaya melapor,
“Hanya saja, pergelangan kaki kanannya patah, tubuhnya terluka, juga sedikit gegar otak......”
patah, tuh
a
L
“Katakan pada mereka, panggil dokter terbaik, sumber daya terbaik, harus mengobati anak itu dengan
baik, sama sekali tidak bolehi ada cfek sainping.” Tuan Besar memerintah.
“Baik, baik,” Samjaya terus mengangguk. “Pihak rumah sakit tahu Anda yang berpesan secara khusus,
sudalı ditangkapi dengan serius, kepala rumah sakit dan dokter anak terkait sudah clatang.”
“I1m.” Tuan Besar mengangguk, kemudian menunjuk ke bangsal di belakangnya, berkata, “Masih ada
gadis kecil ini, juga harus dirawat dengan baik, bukan hanya dari segi pengobatan, kehidupannya juga
harus dijaga dengan baik, aturkan beberapa tenaga medis profesional.; segalanya harus diatur yang
terbaik.”
“Mengerti, aku segera mengaturnya.” Sanjaya segera memerintahkan orang–orang, lalu memapah
Tuan Besar dan berkata, “Tuan Besar, sudah sangat malam, bagaimana kalau aku mengantar Anda
pulang untuk istirahat?”
Follow on Novᴇl-Onlinᴇ.cᴏm“Masalah ketiga anak itu belum diselesaikan, aku tidak bisa istirallat.”
Tuan Besar berjalan ke lantai atas dengan tongkat, menghela napas lagi—
“Aku sudah 96 tahun, masih bisa dibuat tersentuh olch scorang anak kecil. Baru 3 tahun, anak sekecil
itu, sudalı bisa menyisakan hamburger untuk adik–adiknya. Dia sendiri kelaparan, bahkan rela minum
air putih sajal.”
“Perawat berjanji untuk bantu membelikan bubur untuk adiknya, dia pun memberikan buku pada
perawat untuk dijadikan jaminan, bahkan membungkuk padanya. Didikan anak ini sangat baik. Tidak
tahu orang tua seperti apa yang bisa mendidik anak yang begitu berbakat seperti ini.”
“Saat melihat anak itu, aku teringat pada Daniel. Bocah lengik itu, juga sangat menggemaskan saat
kecil. Sekarang sudah besar.....
Saat teringat pada Daniel yang sengaja membuatnya marah tadi pagi, raut wajahnya menjadi muram,
“Seinakin besar, semakin menyebalkan!”
“Haha......” Sanjaya tertawa. “Anda ini, ucapan keras, lctapi berhati lembur. Anda memiliki harapan
yang tinggi pada Tuan Daniel, tentu saja lebih keras dan tegas padanya. Tapi, sekarang dia sudah
besar, juga sudah punya pemikiran sendiri, tidak bisa mengaturnya seperti saat masih kecil.”
“Sebesar apa pun, dia ictaplah cucuku.” Tiba–tiba Tuan Besar menjadi serius, “Dia tidak punya orang
tua sejak kecil, akulah yang membesarkannya, aku tidak bisa membiarkannya mengikuti jejak
ayahnya”