- Novel-Eng
- Romance
- CEO & Rich
- Billionaire
- Marriage & Family
- Love
- Sweet Love
- Revenge
- Werewolf
- Family
- Marriage
- Drama
- Alpha
- Action
- Adult
- Adventure
- Comedy
- Drama
- Ecchi
- Fantasy
- Gender Bender
- Harem
- Historical
- Horror
- Josei
- Game
- Martial Arts
- Mature
- Mecha
- Mystery
- Psychological
- Romance
- School Life
- Sci-fi
- Seinen
- Shoujo
- Shounen Ai
- Shounen
- Slice of Life
- Smut
- Sports
- Supernatural
- Tragedy
- Wuxia
- Xianxia
- Xuanhuan
- Yaoi
- Military
- Two-dimensional
- Urban Life
- Yuri
Tiga Harta Ayah Misterius Ternyata Seorang Bos Besar
Tiga Harta Ayah Misterius Ternyata Seorang Bos Besar Bab 1144
Bab 1144
Ekspresi wajah Daniel terlihat rumit setelah mendengar perkataan ini, “Sepertinya Lorenzo benar–
benar memperlakukan Tracy dengan sangat baik.”
“Benar.” ujar Ryan perlahan, “Aku mendengarnya dari Naomi, meski Lorenzo sangat tegas pada Nona
Tracy, sebenarnya dia bermaksud baik.”
Daniel tidak berbicara, dia hanya menurunkan tatapan matanya dan berpikir, apakah Tracy
menyanggupi pernikahan ini demi Lorenzo?
Dia sangat memahami bahwa Tracy tidak memiliki perasaan apa pun pada Duke, kenapa bisa setuju
pada pernikahan?
Dia tidak mengerti.…
Saat mendengar kabar itu, Daniel langsung merasa sangat tertekan....
Meski sudah lama mempersiapkan mental, saat benar–benar menghadapinya, ia tetap saja merasa
tertekan.
Dia selalu berharap, Tracy akan tidak rela, ragu, berontak dan menolak karena memikirkan hubungan
mereka, tetapi itu hanya angan–angannya saja.
Follow on NovᴇlEnglish.nᴇt“Anda jangan terlalu khawatir, sekarang masih belum diumumkan, mungkin hanya disanggupi secara
lisan saja, belum tentu terjadi.” Ryan menenangkan dengan suara kecil.
“Maksimal tiga jam dari sekarang, kabar itu akan diumumkan.”
Daniel menyipitkan matanya dan menatap cuaca mendung di luar.
Sejak Tracy pergi, Kota Bunakaen terus diguyur hujan, setiap hari selalu mendung, membuat perasaan
menjadi sendu.
Hanya saja Carles tidak merasakannya, dia tetap berlatih sepak bola setiap hari dengan gembira.
“Sekarang akhirnya saya mengerti alasan Carlos menyuruh Carles berada di sisi Anda,” ujar Ryan
menatap punggung Carles yang gembira sambil menghela napas, “Lihatlah betapa gembiranya dia!
Karena menemaninya setiap hari, suasana hati Hartono menjadi lebih baik.”
“Ya.” Muncul senyum di bibir Daniel, dia bersiap untuk bermain sepak bola bersama Carles, tapi baru
saja berjalan beberapa langkah, dia mulai merasa kepalanya pusing dan berputar..
“Tuan Daniel!” Ryan segera bergegas memapahnya, “Apa Anda baik–baik saja? Lebih baik Anda
beristirahat di kamar.”
Ryan memapah Daniel ke kamar, ia hendak menelepon Lily, namun dihentikan oleh Daniel, “Sekarang
aku sedang berada di Taman Lukehills, apa kamu ingin semua orang mengetahuinya?”
“Tapi, tetap saja tidak bisa terus seperti ini.” Ryan panik, “Sekarang penyakit Anda semakin sering
kambuh....”
“Tidak parah.” Daniel menutup matanya dengan siku tangan agar bisa beradaptasi dengan cahaya,
“Tidak akan mati!”
“Tuan Daniel, Anda...” Saat Ryan akan melanjutkannya, Daniel memberi isyarat yang memintanya
untuk keluar dari kamar. Ryan merasa cemas dan kesal, tapi tidak bisa berbuat apa pun dan hanya
bisa mengundurkan diri dalam diam.
“Kenapa? Kambuh lagi?” Thomas buru–buru mendekat dan bertanya dengan pelan.
“Ya.” Ryan menganggukkan kepalanya, “Bukankah Lily sudah bertemu dengan Paman Sanjaya? Apa
yang dia katakan?”
“Awalnya Paman Sanjaya ingin bertemu Tuan Daniel, tapi bukankah sekarang Tuan Daniel sedang
keluar? Agar kabar ini tidak bocor, hanya bisa menunggu kita kembali dulu….”
“Harus bisa membujuknya untuk menerima pengobatan. Jika tidak, akibatnya tidak bisa dibayangkan.”
“Ya. Lihatlah dia semakin kurus, aku benar–benar sangat khawatir.”
Follow on Novᴇl-Onlinᴇ.cᴏmSaat keduanya sedang berbincang dengan suara kecil, mereka tidak menyadari Carles
sedang berjalan mendekat dari ujung lorong yang satunya....
“Jadi...” Thomas tertegun sebelum dia sempat menyelesaikan perkataannya, dia menoleh dengan
waspada dan terkejut saat melihat Carles berdiri di sisi vas bunga, “Kapan kamu datang?”
“Barusan.” ujar Carles sambil tersenyum, “Mana Papi?”
“Papi terlalu lelah, sedang beristirahat di kamar.” Ryan buru–buru mendekat dan berjongkok, lalu
bertanya sambil memegang pundaknya, “Apa yang kamu dengar
tadi?”
“Tidak mendengar apa pun.” Carles menatap Ryan dengan bingung, “Ada apa?”
“Tidak ada apa–apa.” Ryan menghela napas lega, “Ayo, kita pergi makan, jangan mengganggu
Papimu beristirahat.”
“Aku tidak ingin makan, aku ingin mandi, berkeringat membuatku tidak nyaman.”
“Baik. Kalau begitu, Paman antar kamu kembali ke kamar.”
“Lebih baik kedua kakak cantik itu saja yang mengantarku, Paman lanjutkan pekerjaan saja.”
Carles inelepaskan pegangan tangan Ryan dan menghilang dalam sekejap....