- Novel-Eng
- Romance
- CEO & Rich
- Billionaire
- Marriage & Family
- Love
- Sweet Love
- Revenge
- Werewolf
- Family
- Marriage
- Drama
- Alpha
- Action
- Adult
- Adventure
- Comedy
- Drama
- Ecchi
- Fantasy
- Gender Bender
- Harem
- Historical
- Horror
- Josei
- Game
- Martial Arts
- Mature
- Mecha
- Mystery
- Psychological
- Romance
- School Life
- Sci-fi
- Seinen
- Shoujo
- Shounen Ai
- Shounen
- Slice of Life
- Smut
- Sports
- Supernatural
- Tragedy
- Wuxia
- Xianxia
- Xuanhuan
- Yaoi
- Military
- Two-dimensional
- Urban Life
- Yuri
Tiga Harta Ayah Misterius Ternyata Seorang Bos Besar
Tiga Harta Ayah Misterius Ternyata Seorang Bos Besar Bab 1177
Bab 1177
“Ya, aku juga melihatnya.” Kata Tracy dengan pelan, “Tapi itu tidak penting, aku hanya ingin orang–
orang tahu, aku bukanlah aksesori seseorang, dan tidak ingin merasa lebih tinggi dari orang lain. Aku
adalah diriku sendiri, jika mereka dapat menerimanya, itu bagus, jika tidak, ya sudah.”
“Benar, benar, Nona Tracy kami sangat baik, tidak perlu berkompromi pada orang lain.”
Naomi sangat mengagumi sikap Tracy.
“Tapi Nyonya Besar Louis masih terlihat tenang.” Tracy berkata dengan objektif, “Setidaknya untuk
sekarang ini, dia sangat menghormati dan menghargaiku.”
“Bagaimanapun, keluarga Louis masih mengandalkan kekuatan Tuan Lorenzo.” Naomi lebih subjektif,
“Sekarang tidak berani menyinggung kita, tentu saja mereka harus berperilaku baik.”
“Perkataanmu masuk akal juga...” Tracy tersenyum, “Tapi aku masih ingin berpikir positif terhadap
orang lain.”
“Anda terlalu baik hati.”
Ketika keduanya selesai berganti pakaian, mereka keluar dari ruang ganti. Maggie sudah bersama
Follow on NovᴇlEnglish.nᴇtdengan anak–anak, dia mengajarkan dasar–dasar berkuda dan memperagakan caranya kepada
mereka.
Carla dan ketiga anak itu belajar dengan sangat serius, Carlos menyaksikan diam–diam dari samping,
bersikap sangat acuh tak acuh.
“Mami!” Carla yang melihat Tracy keluar, segera berlari ke arahnya dan menariknya, “Ayo cepat lihat,
Wini sudah bisa menunggang kuda.”
“Hati–hati ya.” Tracy mengedipkan mata, mengisyaratkan untuk berhati–hati.
“Tenang saja, ada begini banyak orang, tidak akan terjadi apa–apa.” Kata Maggie sambil tertawa,
“Tracy, bagaimana jika kita lomba sekali, tunjukkan pada anak–anak!”
“Baiklah!” Tracy melompat ke atas kuda dengan gagah berani.
“Lumayan.” Maggie memujinya.
“Aku akan menjadi wasit.”
Duke dengan senang berlari ke sana dan menjadi wasit mereka.
Naomi dan Paula menjaga anak–anak dari samping sambil menonton, Carlos yang awalnya acuh tak
acuh menjadi sedikit menantikan.
Duke mengangkat senjata wasit dan melepaskan tembakan ke langit.
Tracy dan Nyonya Louis berlari kencang kearah depan.
Anak–anak bersorak girang meneriakkan, “Ayo Mami”, “Ayo Bibi”. Para pelayan juga mengepalkan
tangan mereka dan menyemangati Nyonya Besar Louis.
Duke memandang dengan gugup ke arah dua orang yang sedang bertanding tersebut, tiba–tiba
Tamara yang ada di sebelahnya bertanya, “Kakak, kamu berharap yang menang adalah Nyonya Besar
Louis atau Nona Tracy?”
“Menang atau kalah tidak penting.” Ucap Duke sambil tertawa, “Yang penting mereka senang.”
“Kakak kamu sungguh baik.” Kata Tamara.
Duke hanya fokus terharap kedua orang yang bertanding, dia tidak memperhatikan kata–katanya.
Tamara juga tidak mengatakan apapun lagi dan berjalan ke samping.
Pertandingan berakhir imbang.
Maggie dan Tracy sampai di tujuan di waktu yang sama, Duke mengumumkan, keduanya seri, sama–
Follow on Novᴇl-Onlinᴇ.cᴏmsama juara pertama.
Anak–anak tidak peduli apa itu seri, mendengar dua kata ‘Juara pertama‘ sudah membuat mereka
senang
Carlos dan Carla yang awalnya tidak begitu tertarik menunggang kuda, mulai merasa penasaran
karena pertandingan persahabatan ini, mereka mulai belajar dari Tracy cara menunggang kuda.
“Tracy, kamu seorang diri bagaimana mungkin bisa mengajari begitu banyak anak, biarkan Duke
membantumu.” Maggie berkata sambil tersenyum, “Duke, kamu tidak segera membantu?”
“Oh ya, benar.” Duke berbalik dan segera membantu mengajarkan anak–anak cara menunggang kuda.
Maggie duduk di satu sisi meminum kopi sambil beristirahat, menggelengkan kepala dan menghela
napas, “Anakku yang bodoh, terlalu jujur.”
“Tuan Duke Louis itu polos.” Pelayan berkata sambil tersenyum.
“Terlalu polos, jadi tidak bisa menaklukkan wanita.” Maggie memandang Tracy dengan dalam, “Wanita
ini, bukan orang yang bisa dikendalikan orang biasa.”
Para pelayan tidak berani berkata apa–apa.
Tamara yang sedang meñuangkan kopi, berkata dengan santai: “Aku mendengar kata–kata ini di film,
tidak peduli seberapa kuat seorang Wanita, setelah dimiliki, dia akan menjadi domba kecil.”
“Dimiliki...” Maggie menggumamkan kata itu dan matanya berbinar, “Itu benar!”